8. Kesenangan.

Mulai dari awal
                                    

Sooyoung lalu melempar tasnya ke atas ranjang dan meninggalkan Nora yang sekarang berdiri bimbang di dalam kamarnya yang besar.

"Haaaah," Nora menghela napas. "Jangan pikirkan apa pun. Fokus!"

Fokuslah untuk mengajar Sooyoung dan jangan memikirkan bagaimana tangan Chanyeol terlihat menawan saat menggenggam setir kemudi. Fokus kepada posisi pengajar tetap yang kepala sekolah tawarkan, bukan kepada mata Chanyeol yang berbisa. Fokus saja dan lupakan betapa seksinya pria itu dalam kemeja yang tergulung hingga siku.

"Fokus! Fokus!" Nora menepuk pipinya berulang kali sebelum duduk di depan sebuah meja rendah berbentuk bundar yang tergeletak di dekat sofa. Nora mengeluarkan alat persiapan mengajarnya satu-persatu dan menatanya rapi di meja.

"Di mana Sooyoung?"

Jantung Nora nyaris lompat keluar dari mulutnya. Ia terperangah saat suara Chanyeol menyapa kupingnya. Benar-benar, Nora lupa kalau pintu kamar Sooyoung masih terbuka.

"Dia..., mandi." Nora menyahut kaku.

Saliva berkumpul di mulutnya saat melihat Chanyeol dalam pakaian rumah. Kaos hitam dan jeans tua selutut. Pria itu seperti ber-travel ke masa lalu. Dia terlihat dua kali lipat lebih muda daripada sebelumnya. Seakan-akan masih remaja.

"Oh." Chanyeol mengangguk dan melangkah masuk. "Apa kalau aku ada di sini akan mengganggu proses belajar kalian?"

"Ya?"

Chanyeol duduk di sofa tepat di belakang Nora. Gadis itu yang duduk di lantai sambil menghadap meja bergidik ngeri saat merasakan keberadaan Chanyeol di belakangnya.

"Aku ingin memastikan dia serius belajar," ucap Chanyeol rendah. Suaranya seperti tepat berada di leher Nora.

"Aku rasa kau tidak perlu melakukan itu. Aku adalah gurunya, Sooyoung pasti akan belajar serius di bawah pengawasanku."

"Apa ini kepercayaan dirimu yang lain?"

Nora mengusap tengkuknya seolah-olah menghapus jejak napas Chanyeol di sana. "Ini..., maaf, bisa kau mundur sedikit?"

Pada akhirnya, Nora bereaksi juga.

Situasi ini tidak akan berjalan baik kalau Chanyeol terlalu dekat dan terlalu mengalih perhatiannya. Nora--walau memuja ketampanan pria itu--masih memikirkan tujuan utamanya datang kemari. Ia bertugas mengajar Sooyoung, bukan meneteskan liur terhadap eksistensi Chanyeol.

"Kenapa?" Chanyeol berbaring miring di sofa dan melihat wajah merah Nora dari samping. "Apa aku membuatmu tidak nyaman?"

"Kau harus berhenti bertingkah seperti ini," peringat Nora kesal. Sepasang mata teduhnya berkilat di bawah cahaya lampu, menuntut Chanyeol dengan kecaman yang menggemaskan.  

"Kau membingungkanku." jelas Nora, kali ini sudah tidak bisa menyembunyikan isi hatinya.

"Aku bertingkah seperti apa memangnya?"

'Seperti kau sedang mengajakku menari
Salsa di ranjang?'

"Se-seperti ini..." Nora tidak mau mengatakan apa yang kepalanya pikirkan dengan terang-terangan. Itu memalukan.

Terakhir kali Nora jujur pada Chanyeol, ia dipermalukan oleh penolakan yang menyakitkan. Nora yang sekarang sudah dewasa, ia sedang ditahap mengejar karirnya, bukan mengejar selangkangan pria!

"Kau membuatku bingung, Nora-ssi." Chanyeol bermain-main dengan nama Nora di bibirnya.

"Lupakan saja, lakukan apa yang kau mau." Nora menyerah secepat kilat dan membuang muka.

Tidak ada gunanya mendebat Chanyeol yang saat ini terlihat berseri-seri dan kekanakan. Dari penampilan pria itu dan cara matanya memandang penuh kejahilan, Nora menduga Chanyeol tidak akan menanggapi serius satu pun ucapannya.

Semakin Nora menunjukkan keputus-asaan atau sedikit saja reaksi atas aksi jahil Chanyeol, Nora hanya akan memuaskan jiwa nakal pria itu yang sedang membuncah.

Seperti pembully yang senang setiap kali korbannya menangis.

"Kau harus berhati-hati dengan kata yang kau ucapkan, Nora-ssi." Chanyeol tiba-tiba berbisik kembali. Sedikit tawa terselip di intonasinya. "Melakukan apa yang aku mau, kau tidak tau apa yang kumau."

"Tsk!"

Nora bergeser menjauh dari Chanyeol dan meraih pensil mekaniknya. Ia memutar pensil itu di sela jari. Berpura-pura bertingkah acuh walau sebenarnya ucapan Chanyeol mulai mendominasi kepala.

Seperti ular yang menggoda Hawa, bisikan Chanyeol saat itu nyaris membuat Nora kehilangan kewarasannya.

"Atau jangan-jangan, kau mau tau?" Chanyeol tidak berhenti sampai di situ.

Mata kelam Chanyeol menyorot kepada jari lentik Nora yang menggenggam pensil. Produksi saliva di bibirnya meningkat pesat hanya dalam sekali perhatian kepada jari-jari Nora. Imaji hitam mengisi benaknya. Bertanya-tanya, bagaimana bila tangan itu...

Sial!

Chanyeol ingin membenturkan kepalanya ke meja.

Saat itu pula, panas membakar wajah Nora luar biasa. Ia melirik Chanyeol dan memberikan tatapan peringatan yang tajam. Sayangnya, di mata Chanyeol reaksi Nora malah menggemaskan. Dia ingin menyapu raut polos itu dengan lidahnya, melumurinya dengan saliva dan apa pun yang bisa membuatnya sangat berdosa.

"Maaf," Chanyeol memijit dahi.

Pikirannya sungguh tak terkendali. Bila ia berada lebih lama di sana, Chanyeol berpikir ia bisa mati oleh perasaan antusias yang membakar jantungnya. Minat dan gairah yang meledak-ledak di dadanya seperti kembang api. Ia tergerus oleh perbincangan kecil yang bahkan tidak membuatnya bergerak seinci pun.

Bagaimana bisa Nora mengguncang keseimbangannya hanya dengan bertukar kata?

"Aku akan pergi ke kamarku," ucap Chanyeol, saat itu sudah tidak sanggup. Terpaksa mematikan gairah yang sudah memuncak keubun-ubunnya bukanlah perihal mudah. 

"Selamat belajar," tuturnya dan berlalu.

Malam ini, sesi bertemu Nora-nya cukup sampai di sini saja. Chanyeol tidak mau tergesa-gesa. Bermain-main dengan Nora saat ini sudah cukup untuk membuatnya senang luar biasa.

Senang? Iya, senang.

Sungguh perasaan yang mengerikan.

--------

HARMONIA (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang