Atensiku tertuju pada satu buku bertemakan historical eropa. Aku membaca sinopsis yang tertera dibaliknya. Wow, tampaknya seru.

Iseng membaca dua lembar pertama. Aku memutuskan untuk menutup buku itu.

"Gila," Aku tercengang. "Baru awal sudah panas saja."

"Tidak, tidak boleh." Segera kukembalikan buku itu. "Mending cari buku lain saja."

********

BUK!

Aku menutup halaman akhir dari buku yang kubaca. Berhasil menuntaskan buku yang pertama kali kutemukan itu.

.....

Aku tau aku tidak konsisten. Tapi gimana ya, ceritanya bikin penasaran T_T

Toh, usiaku sudah cukup dewasa juga untuk membaca ini.

Panas dingin sih membacanya, tapi overall alurnya seru! Aku berhasil menamatkan seri kedua novel ini. Saking asiknya, sampai tak sadar sudah berapa lama berada disini.

"Ada seri ketiganya gak ya?" Aku beranjak dari kursi, berniat melanjutkan seri ketiga novel ini, kalau ketemu. Aku mencarinya di rak yang sama.

"Nah, itu dia!" Yes! Aku melihatnya! Di rak paling atas :')

Aku berusaha jinjit untuk meraih buku itu. Tinggi sekali, bahkan jari telunjukku hanya mampu mengelus ujung buku itu.

Bahuku loncat, saat tangan seseorang mendahuluiku mengambil buku yang kuincar. Berbalik badan, aku menghela nafas. Dia lagi, dan lagi.

"Mencari ini?" Anak laki-laki itu memerhatikan seluruh sisi novel, lalu menatapku.

"Benar. Makasih sudah mengambilkannya." Ucapku, ingin meraih buku novel di tangan Camilo. Tapi Camilo malah menjauhkan buku itu dari jangkauan tanganku, lah??

"Camilo, kemarikan bukunya," Pintaku, sambil mencoba mengambil bukunya, tapi ia semakin menghindar. Ini maksudnya apa sih?

"Kupikir kau ingin mengambilkannya untukku..?"

Camilo melirikku sebentar, sebelum ia kembali menatap novelnya. "Memang iya. Tapi aku mau lihat bukunya sebentar."

"Huh?"

"Aku penasaran dengan apa yang kau baca."

Tunggu, ia ingin melihat-lihat buku itu?? Oh jangan!

"H-Heh gak usah kepo! Berikan padaku!"

"Liat sinopsisnya dulu,"

"Gak perlu! Cepat berikan padaku!"

Aku mendengarnya mendengus geli, ia memamerkan seringaian nakalnya. "Kok panik? Mencurigakan, intip ceritanya ah."

HIH—jangan!! Bisa gawat kalau dia tahu aku baca cerita berat seperti itu!

Aku terus mengejar tangan Camilo yang memegang novel itu. Sial, dia sangat lincah. Plus, ia sangat tinggi. Bahkan tinggiku hanya mencapai dagunya, membuatku semakin susah menjangkau buku yang ia angkat tinggi-tinggi itu.

Kapan drama konyol ini selesai!?

Camilo membuka acak halaman novel itu, jangan sampai ia membaca—

"Putra mahkota melumat bibir merah muda kekasihnya,"

SI BODOH BENERAN DIBACAIN SAMA DIA DONG! MANA PAS BAGIAN ITUNYA.

"Hush!! Jangan dibaca!! Cepat kembalikan!!"

"Sang putri membalas kasar kecupan dari kekasihnya. Astaga hermosa, kau menyukai hal-hal seperti ini? Gadis nakal."

"Ck diam!! Berhentilah menggodaku! Serahkan bukunya cepat!!"

"Ciuman keduanya terasa begitu sensual,"

"CUKUP!!"

Punggung Camilo menabrak meja. Sudah di puncak emosi, aku segera mengambil kesempatan mencengkram lengan atas Camilo. Mendorong dan memojokkannya ke atas meja, yang otomatis ikut membaringkan badannya. Berhasil mengunci pergerakannya, satu tanganku langsung merebut novel dari genggaman Camilo, "Gotcha!"

"Ekhem!!"

Aku berjengit, saat penjaga perpustakaan muncul. Memandangku kesal di depan sana.

"Jaga mulut kalian! Ini perpustakaan! Ngerti aturan tidak sih!" Hardik penjaga perpustakaan. "Dan lagi, kalau pacaran jangan disini! Dasar anak muda tak tau tempat!" Sambung nya sebelum pergi meninggalkan kami.

Pacaran katamu?

Aku terlonjak, sadar dengan posisiku dan Camilo yang amat ambigu sekarang. Aku hampir menindih Camilo, ia berada tepat dibawahku. Tanganku yang menahan lengannya, seolah ingin menerkam dirinya. Wajah kami tepat berhadapan. Kulihat mata Camilo membola sempurna menatapku.

Gulp.

Sierra Besson idiot, APA YANG SUDAH KAU PERBUAT??!

"Maaf," Aku segera menjauh dari pemuda itu. Dengan wajah merah padam Camilo bangkit dan menutup mulutnya. Ia menatapku shock. Aku memalingkan wajah, membelakanginya.

Rasanya ingin kugigit bibir bawah ini sampai berdarah. Memalukan! Aku seperti hewan buas yang ingin menerkam Camilo—bah, dia juga memancing emosiku!

Heran aku sama titisan bunglon satu ini. Kalau sweet damagenya bukan main, tapi sekalinya jahil bikin darah tinggi.

Hampir saja kami di blacklist dari perpustakaan.

Aku menata buku yang sudah tamat kubaca ke tempat asalnya, sambil melantunkan umpatan dalam hati karena kelakuanku barusan. Seri ketiga kuputuskan untuk pinjam dan membacanya di rumah. Camilo belum mengucapkan sepatah katapun. Aku ingin angkat kaki secepatnya dari sini, awkward banget!

Seseorang mendekatiku dari belakang. Lenguhan nafas lelah lolos dari mulutku, sebelum berbalik menghadap pemuda jahil ini. "Apa lagi?"

Camilo diam. Ia menyorotku dengan tatapan intensnya.

"Ada yang ingin disampaikan, Tuan shape-shifter?" Tanyaku memastikan. Namun nihil respon. Kenapa ia membisu?

"Gak ada? Oke aku pergi—"

"Tanggung jawab."

Alisku mengerut mendapati permintaannya. "Hah? Tanggung jawab apa? Kau terluka?"

Camilo menggeleng.

Camilo melangkah mendekat. Aura tegas yang dipancarkan membuatku mengambil langkah mundur. Hingga punggungku menubruk rak, aku terpojok.

"Camilo kau mau ngapain—?!!"

Tiba-tiba Camilo menumpu kedua tangannya pada rak belakangku, tepat di sebelah kepalaku. Aku mendelik dibuatnya, ia mengurungku.

Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Ingin berulah apalagi dia??

Nafasku tercekat, saat ia semakin menghapus jarak antar wajah kami, menyisakan beberapa senti. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya menggelitik wajahku. Aku menelan ludah, ia terlihat tidak main-main.

"Hermosa," Ia memanggilku dengan suara beratnya.

Aku terbelalak di detik berikutnya, setelah ia meluncurkan permintaan gila dari mulutnya itu.

"Mau merealisasikan kecupan di novel itu denganku?"

TBC_

Chameleon Boy [Encanto Fanfiction] ✔Where stories live. Discover now