7 ; naughty!

237 45 15
                                    

Jangan lupa vomentnya yaa, happy reading!



"Sobrina! Coba cicipi adonannya. Aku butuh pendapatmu."

"Sebentar tia!" Aku memasukkan loyang berisikan adonan cookies coklat ke dalam oven, lalu mencuci tangan dan menoel adonan yang disodorkan tia Rieta.

"Enak kok. Tapi boleh tambahin sedikit gula atau pemanis lainnya? Biar gak terlalu asin." Aku berpendapat. Tia Rieta mengangguk paham, "Sip, terima kasih sarannya Sia!"

Kini, aku tengah membuat dessert bersama tia. Kami berbagi tugas, aku mengurus kue kering, sedangkan tia membuat cheese cake.

Tia Rieta tersenyum padaku. "Aku mendapatkan banyak ilmu baru soal kue darimu. Senangnya bisa belajar sama ahlinya langsung."

Pipiku memanas menerima kata ahli dari tia. "Tiaa, biasa aja ah!"

Sebenarnya di kota lama, membuat dessert sudah menjadi rutinitasku. Yah, aku melakukannya karena berhubungan dengan pekerjaan ibuku sih.

Helaan nafas terdengar dari tia, "Andai Sonya mau ikut membantu di dapur. Tapi ia lebih memilih merakit kayu bersama Diego dan ayahnya."

Aku terkekeh, "Biarkan saja. Ia memang lebih suka beraktivitas diluar."

"Oh iya! biar lebih mantep, tambahkan remahan biskuit di dasar adonan cheese cakenya sebelum dipanggang." Timpalku menyarankan.

"Siapp."

"Mau kubantu menghancurkan biskuitnya? Mumpung pekerjaanku sudah selesai."

"Nggak, gak usah! Kamu istirahat saja. Kamu sudah membantuku banyak!" Tia mengibaskan tangannya, menyuruhku bubar.

"Yakin?"

"Yakinn sayang. Sudah jangan keras kepala, toh ini tinggal ngerjain langkah terakhir." Tia mencubit pipiku gemas. "Kalo bosen di rumah, coba kunjungi perpustakaan. Dekat kok dari sini."

"Perpustakaan?"

"Iya, belum pernah kesana kan? Tempatnya adem, tia yakin kamu suka disana."

Perpustakaan ya ... boleh juga.

Usai berganti pakaian, aku berpamitan pada tia Rieta dan keluar rumah. Saat menutup pagar, tiba-tiba ada yang menyapaku, "Mau kemana?"

"Eh," Aku memutar badan, "Oh hai Diego. Mau ke perpus."

"Tumben rajin," Diego menatapku curiga. "Biasanya siang gini kau tidur macam orang pingsan. Gak hibernasi sekalian?"

Sonya sudah mengumbar aibku berapa banyak sih?! "Gak. Aku ingin menyegarkan otak. Satu lagi, aku gak se-lebay itu ketika tidur." Ketusku tak terima.

"Bagus. Jangan simulasi mati terus."

"Pedas ya ucapanmu,"

Pemuda ini tertawa renyah menanggapiku, menyebalkan.

Diego menawariku bareng. Bukan berarti mau ke perpustakaan juga, tapi ia ingin mengantar hasil rakitannya ke temannya. Kebetulan kami searah. 

Di tengah jalan, tak sengaja mataku menangkap Camilo berkumpul dengan teman-temannya, bersenda gurau bersama. Ia tidak menyadariku, toh jarak kami terbilang jauh. Kulihat Agatha juga ada disana. Aku mendengus, berhenti menatap mereka.

Sesampai di perpus, aku melapor pada petugas perpustakaan. Aku mulai menjelajahi tiap lorong, mengedarkan pandangan. Ternyata tempat ini luas, bukunya lengkap, hanya ada satu-dua orang disini.

Aroma buku menyeruak memenuhi penciumanku, sungguh nikmat yang hakiki.

Aku melipir ke salah satu rak yang menyediakan aneka buku fiksi. Hm, mana yang harus kubaca ya? Aku dilema.

Chameleon Boy [Encanto Fanfiction] ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora