#16

999 86 0
                                    

Nafas Sukuna sangat jelas terdengar di samping mu. Ia mengecup pipi mu, kening mu, lalu melumat bibirmu lembut.

"Aku menyukai permaisuri ku yang sekarang, teruslah begini permaisuri"

Perkataan Sukuna barusan diartikan lain olehmu. Rasanya matamu memanas, suaramu tercekat di tenggorokan.

"Dia benar-benar hanya menginginkan tubuhku ternyata, betapa menyedihkannya diriku."

Sukuna tersentak, "Apa aku terlalu kasar padamu? Kau kenapa menangis?"

Kamu memalingkan pandangan, menutup wajahmu dengan lengan berusaha menutupi air mata yang tumpah dari Sukuna. Tapi ia sudah menyadarinya terlebih dahulu.

Sukuna berusaha menyingkirkan lengan mu, ingin mengusap air matamu. Tapi kamu bersikeras menolak membuatnya mengalah kamu dengan posisi yang sekarang.

Tubuh mu tersentak kaget saat merasakan jari besar mengusap luar vagina mu. "Apa sudah lebih baik sekarang?"

Kamu memberontak dan keluar dari tindihannya. Memungut pakaian yang kamu pinjam dari Yuki lalu memakainya.

Sukuna melihat tingkah anehmu. Wajahmu yang terlihat dari samping begitu dingin. Membuatnya bingung ada apa denganmu, kenapa bersikap dingin padanya.

"Apakah kita akan disini sampai pagi?"

Kamu melirik Sukuna yang masih telanjang bulan, dia terus menatapmu bingung sedari kamu menjauhinya.

Sukuna berpikir lama sambil melihatmu sesekali, "Aku ingin disini dulu, dikuil sangat membosankan"

Tanpa membalas, kamu meninggalkannya mencari ranting pohon untuk menghangatkan badan. Kamu memaksakan diri walau tubuh mu sudah mengeluarkan gejala masuk angin.

Sukuna menahan lenganmu, "Kau mau kemana?"

Kamu menatapnya datar, "Mencari bahan untuk hangatkan badan"

Sukuna menarik mu kedalam dekapannya, ia memelukmu dengan keempat lengannya. Wajah mu tenggelam di tubuhnya.

"Penghangat mu ada di depan mata, kenapa mencarinya susah-susah di kegelapan sana?"

Kamu menepuk perutnya berkali-kali, "Sudahlah, di sana pasti banyak kutukan yang mengincar permaisuriku"

Tepukkan di perutnya tidak berhenti membuatnya sedikit kesal, "Kenapa tepuk-tepuk terus? Apa pelukanku tidak membuatmu hangat?"

Tanganmu yang menepuk tubuhnya terjatuh lemas, Sukuna melirikmu. Melonggarkan pelukannya. Wajahmu muncul dari lipatan otot lengan kekar Sukuna, menghirup napas dengan rakus.

"Oh, bilang dong kalau gak bisa napas"

Kamu menatapnya kesal, namun ekspresi mu kembali menjadi datar. "Apa anda tidak kelelahan memeluk saya semalaman? Tidak, saya salah bertanya.. apakah anda bersedia memeluk saya semalaman?"

Sukuna menatapmu tak suka, "Apa-apaan bicaramu itu?! Kau benar-benar seperti Uraume"

Sukuna melepas pelukannya, menarik lenganmu menuju tempat yang lebih layak untuk bermalam.

Pohon kelapa penuh dipinggir pantai, itu tidak bisa dijadikan tempat bersandar. Sukuna memutar berjalan dengan cepat karena telah menemukan gua di ujung sana.

Kalian masuk kedalam gua, Sukuna menatap kedalam gua lama. Lalu ia berjalan masuk saat merasa tak ada pengganggu di dalam sana.

Kamu melirik sisi-sisi gua yang gelap. Alas gua ini batu kasar. Sangat tidak cocok untuk bermalam. Kaki mu masuk kedalam lubang kecil yang berisi air. Kamu hampir terjatuh namun Sukuna menarik mu.

"Biar ku gendong"

"Kenapa anda memilih tempat gelap ini?"

Semakin dalam Sukuna menjelajahi gua, kamu makin tidak dapat melihat apapun, kamu mengalungkan lengan pada lehernya.

"Aku memilih tempat yang bagus untuk istirahat kita, dan disini hangat"

Kamu baru merasakan kehangatan disekitar sini dibanding diluar sana. Tapi ini terlalu gelap, kamu tidak bisa melihat apapun disini.

Sukuna menurunkan tubuhmu lalu ia duduk di sebelah mu, merebahkan tubuhnya yang besar diatas batu kering didalam gua. Ia menepuk lengan keempatnya menyuruhmu untuk berbaring diatas lengannya. "Kemarilah.."

Kamu meraba tubuhnya lalu menemukan lengannya yang terlentang untuk dijadikan bantalmu. Kamu merebahkan tubuh mu disampingnya dan menatap langit-langit gua yang sangat gelap. Tidak terlihat apapun dan hanya suara tetesan air di sekitar sini serta hembusan nafas keduanya. Tangan Sukuna lainnya membalikkan tubuhmu yang terlentang untuk menghadapnya lalu mendekap tubuh mu dan berbisik. "Selamat malam (Name), kandung lah bayiku.."

Setelahnya hanya suara nafas teratur yang terdengar dari Sukuna. Air mata mulai menetes dari matamu, dengan sigap kamu menangkup mulutmu agar tidak mengeluarkan isak tangis yang akan membangunkannya. Jika ia melihatmu menangis entah kenapa membuatmu semakin terhina dari hanya menjadikanmu sebagai mesin produksi bayi untuknya.

"Ku kira dia telah berubah perlahan. Ku kira aku telah mengubahnya selama ini... Ternyata tidak, tidak sama sekali, kau terlalu naif (name)"





TBC.

Sukuna-sama [ Sukuna X Reader ]Where stories live. Discover now