Alda mengangguk pada akhirnya. "Tapi beneran nih?"
Divel mengangguk singkat. "Bina gak marah kan?" Tanya Alda lagi, takut jika sahabatnya itu marah karena cowok incarannya mengantarnya pulang.
"Dia gak cemburuan." Ujar Divel.
Alda menghela napasnya dan mulai naik di atas motor cowok dingin itu. "Udah." Sautnya membuat Divel segera menyalakan mesin dan menancap gas keluar dari area sekolah mereka.
***
Alda menghela napasnya setelah ia berhasil menginjakan kaki di rumahnya. Gadis itu masuk ke dalam kamar dan meletakan tas sekolahnya di atas ranjang.
Brak!
Sontak ia menoleh, suara benda jatuh mengarah pada jendela kamarnya yang terbuka. Gadis itu melangkah untuk memastikan suara itu bukan apa-apa.
"Kok jendelanya kebuka?"
Alda mengernyit bingung, namun saat ia berbalik kakinya tak sengaja menendang sebuah buku. Sticky note berwarna hitam ada di sela-sela buku itu, ia pun mengambilnya.
-Promise back at 17-
Gadis itu terdiam saat membaca kalimat singkat yang tiba-tiba membuat dirinya menjadi was-was. Apa maksudnya? Siapa yang akan kembali?
Alda melirik ponselnya saat sebuah notif dari seseorang yang membuatnya kesal hari ini muncul.
Raksa menghela napanya kasar. Hatinya menjadi tidak tenang, apalagi saat mengingat kejadian sore ini disaat Raksa tidak mengantar Alda pulang. Raksa mendesah kasar saat tidak mendapat balasan atau tanda-tanda pesannya di baca, sama sekali tidak.
Kanagara bermata elang itu segera membuka ponselnya lagi, namun tetap tak ada balasan. Cowok itu mendesah frustasi dan mematikan layar ponselnya, memilih untuk melajukan motornya menembus angin sore hari ini. Ia memainkan gas motornya melaju sangat cepat di jalanan kota.
Motor yang Raksa kendarai berhenti di sebuah markas perkumpulan ketujuh manusia yang terkenal berandalan, mereka ada di sana sekarang.
"Cuy.. gila si bos rela ninggalin bidadari demi mak lampir!" Seru Kenzo saat mendengar cerita Divel yang baru saja mengantar Alda sesuai dengan permintaan ketuanya.
Raksa menoleh, mendengar hal itu barusan cukup membuat rasa kesal Raksa terpanggil. Cowok itu mendudukan dirinya di teras bersama sebatang rokok yang diapit oleh jarinya. Memang tidak biasa, dan jika Raksa sudah berada dalam kata kurang baik pasti cowok itu akan melampiaskannya dengan merokok. Sedangkan Divel masuk ke dalam markas setelah membeberkan cerita itu.
Arza mendudukan dirinya di samping Raksa. "Kecewanya orang sabar itu pergi." Saut Arza mengisi keheningan di antara mereka.
"Tapi khusus Alda gak berlaku. Dia masih nunggu lo meski udah kecewa berkali-kali." Lanjut Arza membuat Raksa terdiam dalam kebisuan.
YOU ARE READING
KANAGARA [END]
Mystery / Thriller[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, membuat nama DARGEZ beserta Ketuanya Raksa Kanagara Pangeran Alba melambung diperbincangkan banyak ora...
29. Motor yang berbeda
Start from the beginning