28. Harus Kamu

81.7K 6.5K 315
                                    

"Luka yang menjadi candu itu kamu." -Aldaraya

***

Terpaut seminggu penuh Alda bersikap dingin pada cowok itu. Namun, bukan Raksa jika di abaikan justru akan balik mengejar. Sebaliknya mereka malah saling acuh satu sama lain. Padahal terakhir kali mereka bersama menatap hamparan lampion di langit malam, berdua layaknya sepasang kekasih.

"Lo musuhan sama Raksa?" Tanya Syabina yang penasaran dengan tingakah keduanya yang saling menghindar sejak saat itu.

Alda mendengus, ia kesal saat pesannya tidak di baca meski Alda sudah mengirim pesan ribuan kali. Dan semakin kesal saat sikap Raksa yang berubah dingin. Berubah sangat drastis tanpa alasan dan kejelasan.

Syabina mengernyit. "Lo kenapa sih?"

Alda mengendikkan bahunya acuh. "Udah lah jangan di bahas." Ujarnya.

Lantas Syabina melipat bibirnya tak jadi bertanya, ia membetulkan letak kursi duduknya. Hanya bisa menebak-nebak apa yang terjadi tanpa tahu alasannya.

Sebenarnya sejak saat itu, satu dari ratusan pertanyaan akhirnya terjawab. Alda akhirnya sedikit mengerti dengan perubahan sikap Raksa padanya yang selalu berubah. Meski Alda tak tahu apa alasan pastinya, namun setidaknya Raksa sempat bilang. "Gua anter Rachel karena disuruh orang tuanya, dia tetangga gua."

Beruntungnya hanya tetangga, namun kabar senatero Padja Utama malah melenceng dari faktanya, seminggu ini mereka menggosipkan bahwa Raksa dan Rachel adalah sepasang kekasih. Alda hanya berharap itu gosip belaka, maksudnya agar Alda bisa berharap lagi.

Terkadang hati Alda mendadak gelisah, tapi saat melihat kehadiran Raksa, Alda menjadi tenang kembali. Posisi ini cukup melelahkan baginya, waktu itu Alda menolak untuk mengenalnya kembali. Tapi secara tidak sadar apa yang dirinya lakukan saat ini itu memang berharap, meski Alda membencinya namun Alda melakukannya, demi Raksa. Alda takut Raksa terluka, jika dirinya harus keluar dari zona mereka berdua.

Mereka benar, cinta memang keras kepala yang sebenarnya.

Syabina menoel-noel pipi Alda. "Kenapa sih? Lagi kere ya gak bisa malak sepupu lo?" Jenakanya.

Alda mendecak dan menumpukan kedua tangannya di meja. Lalu ia menopang dagunya sembari menatap malas ke arah papan tulis.

"Gua peringkat berapa besok?" Tanya Alda mengingat bahwa besok adalah hari pembagian rapotnya.

PAS sudah tuntas di lakukan sejak seminggu lalu. Seminggu itu juga yang membuat Alda jarang melihat Raksa di kantin, pasti cowok itu selalu ada di perpustakaan. Dan komunikasi mereka juga jarang, Alda pun memang sudah berhenti mengganggunya.

Beruntungnya pihak sekolah mengimbau agar para siswa yang mengambil rapot tersebut, membuat mereka bisa leluasa untuk bernafas sebelum di marahi para orang tua mereka, tergantung nilai rapotnya.

Syabina menatap Alda sedikit menerka. "Gua yakin lo masuk lima besar." Ujarnya.

Alda menggeleng lemah. "Kemarin PAS aja nilai gua 90 han, Bin." Ujar Alda.

"Eh monyet! 90 itu gede, lo mau ngerusak mental gua? Gua yang 70 aja sujud salto." Protesan itu keluar dari bibir sahabatnya.

Alda terkekeh. "Tapi masalahnya gua harus bisa ranking satu. Sialnya KKM aja 80." Gerutu Alda.

"Lo lupa di kelas ini ada Raksa?"

"Tau."

"Berapa nilai dia?" Tanya Syabina lagi seakan ingin menyadarkan Alda.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang