Kakashi membulatkan mata. Secara spontan ia menatap Sakura yang saat ini setia terpaku di depan sana. Gadis itu mengepalkan sebelah tangannya, menandakan jika ia tengah menahan segala gejolak dalam dirinya.

"Nakamura Hisobu! Apa maksud dari tindakan lancangmu ini?!"

Gaara menaikkan suaranya, hal yang tidak biasanya ia lakukan. Jujur saja, untuk kali ini, ia tidak bisa mentolerir perbuatan Hisobu. Jika sebelumnya Gaara memilih untuk diam, namun tidak untuk kali ini. Secara tak langsung, Hisobu turut mempermalukan dirinya di hadapan Kage lain. Maka dari itu tak ada alasan bagi Gaara untuk membiarkan pria tua itu berbuat seenaknya lagi.

"Tidak ada maksud apapun, Kazekage-sama. Aku hanya menyebar undangan hari bahagia mu. Tidak salah bukan jika aku membantu calon menantuku untuk mempersiapkan pernikahannya?"

"Kau ini-"

"Calon menantu? Siapa yang baru saja kau sebut sebagai calon menantumu, Tuan?"

Semua orang kini mengalihkan atensi pada Sakura. Gadis itu menatap tajam kepada Hisobu, yang hanya dibalas dengan seringai tipis olehnya.

"Oh? Apa kau ketinggalan berita, Nona Haruno? Kazekage kami-"

"Sungguh? Atau mungkin kau yang tidak salah mendengar berita? Karena nyatanya Kazekage kalian telah melamarku sebelum aku kembali ke Konoha."

Perkataan Sakura membuat semuanya membulatkan mata. Gadis itu sedikit mendongak lalu menampakkan kalung yang sejak tadi  melingkari lehernya, sekaligus menampakkan sebuah cincin yang menjadi pengganti liontinnya.

"Setauku Kazekage-sama menolak perjodohannya dengan putrimu, Tuan. Lalu mengapa kau repot-repot membuat undangan dan membagikannya seperti ini? Kurang kerjaan sekali," tukas Sakura sembari menaikkan salah satu sudut bibirnya, tersenyum miring kala melihat wajah Hisobu yang mulai panik.

Entah karena kalah malu atau mungkin tak tau malu, justru pria itu mengumpat padanya. "Dasar kurang ajar! Kau pikir kau pantas untuk bersanding dengan Gaara, jalang?!"

"Ya, ya, mungkin untuk urusan selanjutnya bisa kau bicarakan dengan Kazekage-sama secara langsung. Namun untuk saat ini, mohon berikan aku waktu sebentar hingga pekerjaanku selesai di sini."

Sakura berujar tanpa mengendurkan ekspresi wajahnya. Gadis itu setia menatap datar pada sosok sepuh itu sementara Gaara diam-diam mengulas senyum tipis. Pria itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, bersedekap lalu menatap santai ke arah Sakura.

"Lanjutkan presentasimu, sayang. Kita tidak bisa menunda pertemuan ini lebih lama lagi."

Panggilan yang disematkan oleh Gaara sontak saja membuat Sakura merona tipis. Gadis itu mengerjapkan mata pertanda salah tingkah, seraya membatin betapa tidak profesionalnya pemuda itu karena terang-terangan menggodanya. Sementara Gaara sendiri hanya tersenyum tipis, membuat rasa kesal Sakura langsung berpindah pada pemuda Kazekage itu.

Sakura menghela napas pelan. Selanjutnya ia tersenyum tipis. "Mohon maaf atas ketidaknyamanan anda sekalian. Saya akan melanjutkan pembahasan kita."

Setelahnya kegiatan itu kembali berjalan. Kankuro menuntun Hisobu untuk keluar dari ruangan, merasa puas melihat bagaimana wajah pria itu pias lantaran tidak lagi dipedulikan di sana. Setelah melihat Hisobu semakin jauh, Kankuro menatap jajaran para ANBU yang bertugas di sepanjang koridor menuju ruang pertemuan lalu memberi titah pada mereka.

"Jangan biarkan siapapun masuk ke dalam ruangan, bahkan petinggi desa sekalipun."

***

Sakura membereskan lembaran kertas yang berserakan di atas meja. Akhirnya setelah memakan waktu hingga dua jam, pertemuan ini berakhir. Gadis itu menelisik ke seluruh ruangan, memandang para Kage yang tengah berdiskusi bersama para ninja medis perwakilan masing-masing desa terkait persetujuan serta langkah selanjutnya untuk membuka klinik mental anak yang baru saja diperkenalkan oleh Sakura. Sesaat gadis itu melakukan kontak mata dengan seorang ninja medis kenalannya asal Iwagakure. Setelah saling melempar senyum, Sakura mengalihkan pandangan yang justru jatuh secara tak sengaja pada amplop undangan yang saat ini tengah dipegang oleh Kakashi. 

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now