Karena tidak mendengar suara apapun lagi dari dalam Jeongwoo bangkit, lalu membuka kunci pintu tersebut.

Ia segera mengangkat Haruto lalu membaringkannya di kamar yang selalu ia jadikan tempatnya beristirahat, kemudian mengelap keringat serta membersihkan darah dari hidung Haruto menjadi aktifitas keseharian Jeongwoo . Sadar tak sadar dirinya semakin memperkeruh penyakit Haruto.

Pikirnya, ia sangat tidak pantas menjadi pendamping Haruto di masa depan, terlampau tidak layak.

"I don't deserve for you, Ru" Hatinya dilingkupi rasa sesal, ia mengelus pipi Haruto yang terusik.

Dapat Jeongwoo tangkap Haruto sampai tersentak kaget melihat dirinya, apa sebegitu jahat dirinya sampai Haruto yang selama ini terkenal pemberani yang angkuh menjadi ketakutan saat ketika melihat dirinya?

"Ru, maaf gue kelepasan"

Kalimat yang sama, setiap setelah Haruto mendapatkan penderitaan tersebut. Haruto tidak sebaik itu, tidak mudah baginya memaafkan kesalahan seseorang yang begitu fatal.

"Kenapa lo harus nyakitin gue? Gue udah sakit Jeongwoo jadi lo gak perlu repotin diri buat nyakitin gue! Dan kalo lo pengen gue mati gak perlu lo ngotorin tangan lo buat bunuh gue, karena tanpa lo bunuh pun gue bakalan pergi. Tolong tahan sebentar lagi, gue pastiin lo gak bakal liat gue lagi" Murka Haruto, ia melirih diakhir kalimat dengan pandangan kosong yang menitikan buliran air mata.

Kemudian Jeongwoo mendekap Haruto, hatinya merasa sakit seperti ditikam mendengar penuturan Haruto "Maaf, maafin gue Ru. Asal lo tau tiap gue ngelakuin itu gue sadar gak sadar, bahkan mata gue gelap dibutakan buat menyadari setiap luka yang gue gores ke hati lo" Walau sangat menyesal, tapi ia tidak yakin kelakuan kejinya dapat dihentikan.

"Gue mohon, lo berlaku kayak biasa pas kita selalu ngeributin segala hal dari pada kayak gini, gue cape kalo lo siksa terus. Batin gue gak sekuat itu, jangan berharap gue bisa terus bertahan" Tangis Haruto kembali pecah dalam dekapan Jeongwoo yang terasa begitu menghangatkan hati, ia tidak menyangkalnya.

"Gue juga mohon Ru, jangan ngebangkang karena itu yang ngebuat gue jadi gelap mata dan akhirnya nyiksa lo" Entahlah, Jeongwoo memohon untuk kebaikan keduanya atau diri sendiri.

Haruto memilih untuk menyamankan diri dalam pelukan Jeongwoo tanpa menjawab. Ia tidak paham pada pemikiran Park Jeongwoo yang tidak bisa dianggap wajar, bahkan untuk sekedar protes atau mengingati Jeongwoo saja percuma karena pada akhirnya, ia akan mendapatkan luka kembali.

Seperti waktu lalu, permasalahan hanya karena Haruto telat makan obat beberapa menit saja walau tidak bisa dianggap sepele, padahal masih bisa ditoleransi tapi Jeongwoo terlalu berlebihan menanggapinya.

🐺🦋


Dua minggu setelahnya, selama itu Jeongwoo tidak pernah menyiksa Haruto kembali, mungkin karena Haruto menjadi sangat penurut emosi Jeongwoo tidak mudah meledak seperti sebelumnya. Selain meminum obat tepat waktu Haruto juga mendengarkan dan melaksanakan apapun titahan serta larangan dari Jeongwoo.

Kembali lagi pada kesehariannya seperti biasa saat ketika di sekolah, mungkin juga faktor stress dan sekedar pelarian semata Haruto kembali berulah.

"Oit! Heh babu sini lo" Panggilnya pada Yeongue, si korban langganan yang sedang berjalan seorang diri.

Dengan ragu Yeongue menghampiri Haruto beserta para antek anteknya, mereka berkumpul di lorong koridor yang jarang dilewati murid lain, hanya karena terdapat dua kelas kosong yang terbengkalai dari tiga tahun lalu sebab sempat terjadi insiden yang sangat mengerikan.

Keadaan cukup sepi, terasa sejuk hingga menenangkan hati. Maka dari itu Haruto betah sekali beristirahat di tempat ini.

"G-gue Kak? Ada apa, ya?" Tanya Yeongue sembari menunjuk dirinya sendiri.

He's My EnemyWhere stories live. Discover now