Chapter 22 • Louder Than Bombs🔞

3.8K 295 592
                                    

Yuhuu~ it's been long time since the last update!! How's life?

Some of u spam me dms cuz i did 'ghosting' last time 🙇🏻🙇🏻

.

Before we go down, i want you to vote, langsung aja bintang dipojok kiri bawah!! (๑•᎑< ๑)♡

Enjoy~





















Matahari terbenam, suara angin berhembus kencang menabrak fungling yang tergantung di teras rumah menjadi alunan musik pembuka malam itu.

Dan langit gelap malam menjadi lapisan selimut kesunyian untuk menghangatkan sisi yang kelam dari kejamnya roda dunia yang berputar.

Langit tak lagi menangis, dan begitupula air mata perlahan mengering di pelupuk binar si bungsu, namun kini yang tersisa hanyalah keheningan yang menyelimuti raga.

Tidak perlu malam untuk sekadar menyaksikan kegelapan dan kehampaan, semua itu bisa di saksikan cahaya yang begitu redup menguar dari dalam tatapan yangyang.

Yangyang menghela nafas entah sudah ke berapa kalinya, kepalanya perlahan menyender dengan nyamannya di bahu sang suami. Merasa bosan, merasa kehadirannya yang sedari tadi terabaikan.

Suaminya itu tadi tiba-tiba mendapat rapat dadakan, untung saja tidak perlu repot-repot pergi ke kantor sebab sekarang zaman sudah serba canggih-- manusia bahkan bisa melakukan apapun tanpa menghabiskan energi untuk berpergian jika ingin bertemu.

Padahal suaminya itu baru saja pulang dari kantor, tapi kenapa masih ada meeting sih?!

Yangyang merasa sebal, dirinya entah kenapa sedari tadi enggan untuk berjauhan dari Kun setelah adegan tangis menangis nya. Atau mungkin dirinya sedikit tersentuh oleh kalimat-kalimat manis Kun, suaminya itu benar-benar seseorang yang cocok untuk dijadikan tempat bersandar.

Mungkin satu di antara kalian bingung dengan alasan yangyang menangis, yangyang baru saja selesai menonton serial drama kesukaannya dan menangisi akhir dari cerita itu yang menurutnya tidak memuaskan. Entah kenapa akhir-akhir ini si bungsu Liu itu mudah sekali berganti suasana hati.

Terkadang bersikap manis, sampai berganti menjadi setan cilik yang membuat Kun suka jengkel sendiri. Pokoknya sudah seperti menghadapi bocah baru saja pubertas.

"Mr Kim, can you give your report about the improvement of the main building?"

Si bungsu mendengus, melirik dalam diam kearah layar laptop yang menyala, menunjukkan beberapa anggota yang menghadiri rapat dadakan itu.

"Bahas apaan sih?" Bisiknya kecil menatap wajah tampan Kun yang tengah fokus, suaminya itu sedari tadi hanya memasang wajah datarnya dan sesekali menyuruhnya untuk tidak berisik.

"Ck, masih lama?"

"Bentar lagi, sabar ya? Kamu butuh sesuatu?"

"I need your attention"

Pria dewasa itu hanya tersenyum tipis dan mengusap punggung si manis yang terus-terusan bergerak di atas pangkuannya, yangyang menghela nafasnya sebelum menjatuhkan kembali kepalanya pada bahu Kun.

You're My Destiny ; KunYangWhere stories live. Discover now