Chapter 4 • Heartstopper

2.9K 461 227
                                    

Heyyo! How's life?

Before we go down, i want you to vote, langsung aja bintang dipojok kiri bawah!! ><

Enjoy~



RINTIK hujan baru saja berhenti, tiap tetesannya seolah dapat membawa sejuta kenangan yang hanya tersisa layaknya debu-debu di jalanan. Menyapu habis sehingga tak seorang pun bisa mengingatnya kembali.

Awal pagi yang baik untuk menyambut hari yang juga cerah disambut oleh hangatnya mentari setelah perginya sang awan kesedihan.

Walau masih menyisakan udara yang cukup dingin, seperti tak rela meninggalkan tetesan air hujan yang tertinggal di tiap sudut, mulai perlahan mengering menghilangkan memori-memori yang sempat hadir tanpa jejak.

Sudahi kesedihan mu, sekarang mari kita fokuskan pada pemeran utama kita.

Suara gaduh mendominasi di rumah utama Liu pagi ini, yang mana membuat penghuni rumah terheran-heran akan sumber suara yang berasal dari arah tangga rumah. Tanpa menoleh pun mereka tahu jika itu adalah perbuatan si anak bungsu.

"Astaga.. pelan-pelan dek, nanti jatuh!"

Bagaimana wanita yang menjadi ibu rumah tangga itu tidak khawatir, si bungsu baru saja berlarian turun dari lantai dua dengan tas sekolah nya yang ditenteng asal.

"Engga kepagian banget dek?"

Benar, ini masih pukul enam dini hari. Bahkan sang kepala keluarga belum berangkat bekerja dan masih menikmati sarapannya. Dengan rambut yang masih setengah basah Yangyang menggeleng sebagai jawaban, walau ia tahu papa nya tak melihat.

"Adek berangkat ya ma! pah!"

"Abang aja masih mandi lho.. sarapan juga belum kamu" nyonya Liu melangkah mendekat ke arah si bungsu yang sedang memakai sepatu sekolahnya. Biasanya yangyang akan minta diantar sama abangnya, Hendery.

Apron cantik berwarna merah masih menempel ditubuh wanita yang sudah berumur itu. Tanda bahwa ia baru saja selesai memasak sarapan.

"Sama Luke! Byeee! Sayang kaliaann!"

Sang ibunda hanya menggelengkan kepalanya saat melihat anaknya yang berjalan keluar rumah terburu-buru, seolah seperti ada yang mengejarnya. Baru saja ia ingin menutup pintu rumah, tiba-tiba ia tersentak teringat akan sesuatu.






"Loh! Kan adek mau dijemput sama Kun?!"

***

"Sumpah! Lo akhir-akhir ini aneh banget, serius" Lucas mengusap ujung hidungnya yang terasa dingin. Pemuda tinggi itu langsung memakai helm full face kesayangannya setelah merasa mesin motornya sudah cukup panas.

Kedua anak adam itu sekarang masih berada di garasi rumah Lucas, bahkan orangtua si pemuda kelahiran Hongkong itu terheran-heran melihat sahabat anaknya itu didalam rumah mereka pagi-pagi buta, ditambah sudah bersiap dengan seragamnya untuk sekolah.

"Lama! Gue nih yang bawa kalo lo masih lelet!"

Lucas menghela nafas sembari mengaitkan helm berwarna abu-abu yang dipakai Yangyang, anak satu-satunya dikeluarga Wong itu memang selalu membawa helm itu di jok motornya, antisipasi jika si pendek menyebalkan itu ingin diantar, Lucas sudah seperti gojek pribadi rasanya.

You're My Destiny ; KunYangDonde viven las historias. Descúbrelo ahora