Xiaojun hanya menatap tidak suka. "Udah kenyang, aku mau berangkat sekarang!" Lalu ia beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu.

"Eh! Eh! Tunggu Ayah!" Yuta langsung memakan makanannya dengan cepat lalu meminum air dengan sekali teguk kan. Setelah itu Yuta menggendong Shotaro.

"Ayah berangkat dulu ya, kamu juga harus segera berangkat biar ga telat ke sekolah, nanti rumah biar ay—"

"Enggak Ayah, Nana bakal beresin rumah dulu baru berangkat. Gapapa telat dikit doang kok, paling cuma di suruh bersihin kamar mandi."

Yuta menatap Jaemin dengan penuh haru. Ia mengusap-usap rambut Jaemin. "Ya udah, nanti kamu berangkat sama siapa?"

"Sen—eh! Sama temen. Ayah tenang aja."

"AYAH!! CEPETAN! NTAR AKU DI MARAHIN KALO TELAT!" Teriak Xiaojun dari teras rumah.

"Ayah berangkat dulu ya, nak. Kamu hati-hati berangkatnya nanti."

"Iya, Ayah"












🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃











Seperti biasa, Jaemin telat. Dan itu mengharuskannya untuk melakukan hukuman yang diberikan. Kini ia berdiri di lapangan outdoor untuk menyapu daun-daun yang berserakan. Lapangannya yang luas dan matahari yang cukup menyengat, membuat Jaemin mengeluarkan keringat yang banyak.

Sebenarnya tadi, Jaemin bisa saja tidak telat. Tapi, karena ia berjalan kaki–ralat! Maksudnya berlari dari rumah ke sekolah itu membuatnya sedikit kualahan, di tambah lagi tadi bus yang mengarah ke sekolahnya sudah berangkat. Mau tidak mau ia harus capek dua kali.

Rasa pening mulai menghampirinya namun ia tetap mempertahankan kesadarannya dengan menepuk-nepuk pipinya dan mengusap-usap matanya yang terasa buram.

Di ujung lapangan, ada dua kelas yang sedang praktek pendidikan jasmani. Salah satunya kelasnya Jeno. Lelaki itu tengah duduk, meneduh sambil menunggu giliran. Ia memperhatikan seseorang di ujung lapangan sedang terdiam sambil terus menggeleng-gelengkan kepala sembari menepuk-nepuk pipinya.

Guanlin, teman sekelas dan sekamar Jeno itu duduk di sebelahnya. Ia juga sama menunggu giliran untuk dipanggil melakukan praktek. Guanlin memperhatikan wajah Jeno yang terus menatap lurus kedepan. Lalu ia mengikuti arah pandang Jeno dan tertuju pada orang yang tak asing baginya.

"Loh? Itu bukannya Jaemin?" Ucap Guanlin sambil memperhatikan dengan lamat-lamat orang itu.

"Jaemin?" Gumam Jeno. Merasa asing dengan nama itu tapi pernah dengar.

"Iya! Dia sedang di hukum? Ini udah jam berapa, astaga! Mana panas banget lagi."

Guanlin terus mengoceh. Jeno menyimak tanpa niat menjawab. Jeno masih saja terus  memperhatikan Jaemin yang terlihat seperti ingin jatuh.

"Jeno Lee!"

"Jen, giliran Lo!" Guanlin menyikut Jeno, tapi si empunya acuh.

"Jeno!"

Jeno terus memperhatikan Jaemin dan memperkirakan Jaemin akan pingsan. Kayaknya dia bakal–

BRUKK

Kan!

Tanpa aba-aba, ia beranjak lalu berlari ke ujung lapangan. Menghiraukan namanya yang terus di panggil.

Guanlin yang ikut panik liat Jaemin, langsung menghubungi Renjun namun tak kunjung di angkat. Ia terus mencoba menghubungi Renjun sembari berlari menyusul Jeno yang membawa Jaemin ke UKS. Sampai akhirnya di angkat.

"Ken–"

"Halo? Jaemin pingsan!"

"Hah!?"










🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃










Dengan rasa cemas, Renjun berlari di koridor sambil berdoa berharap kembarannya baik-baik saja. Saat tiba, ia di sambut Guanlin di depan pintu UKS.

"Renjun" sapa Guanlin yang tidak dihiraukan oleh Renjun. Ia mengerti dengan Renjun saat ini. Mungkin jika dia di posisi Renjun akan melakukan hal yang serupa.

Renjun masuk ke dalam UKS, dan terkejut melihat Jaemin terbaring dengan wajah yang pucat. "Astaga Nana!" Lelaki manis itu mendekati Jaemin. Ia sempat terkejut saat mendapati Jeno di dalam.

Jeno tersentak saat Renjun menyebut nama Jaemin dengan sebutan Nana. Seolah itu tidak asing baginya, padahal mereka baru dua kali bertemu. Tapi kenapa rasanya Jeno mengenali nama orang itu.

"Jen Lo kenapa bisa disini? Dan Nana? Dia kenapa?"

Jeno ingin sekali bertanya soal Nama yang di sebutkan Renjun barusan, tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahas yang tak penting. Ia melirik raut wajah Renjun yang menunjukkan rasa khawatir.

"Jeno! Gue nanya sama Lo?!"

Guanlin mendengar bentakan Renjun, langsung masuk dan menghampiri si manis. "Hey! Ada apa ini?"

Bisa di lihat, kini Jeno hanya menatap diam wajah Jaemin sedangkan dari tadi Renjun sudah mengamuk karena tidak mendapat jawaban apapun dari Jeno.

"Lin, bilang sama gue. Nana kenapa? Gue khawatir banget! Please jawab. Gue, gue takut Nana kenapa-kenapa!"

Baru saja Guanlin hendak membuka mulut untuk menjelaskan apa yang terjadi, tapi dengan tiba-tiba Renjun membentak Jeno kembali.

"Woi Jeno! Lo kalo gak ada kerjaan mending manggil petugas UKS! Jangan cuma diem disitu! Gak punya otak ya Lo?!"

Jeno tersadar dari lamunannya, lalu mengangguk dan pergi dari sana. Air mata Renjun mengalir, ia menutup wajahnya malu ketika ia menangis di lihat oleh orang lain.

"Gue bodoh banget gak bisa jagain kembaran gue, gue gak pantes di sebut kakak–" ucapnya lirih sambil menahan sebisa mungkin tangisannya.

"Hey!" Guanlin menarik lengan Renjun dan membawa masuk kedalam pelukannya. "Gak boleh ngomong gitu! Bukan salah kamu ! Kamu udah berusaha buat yang terbaik! Jangan salahin diri sendiri. Ayo yakinkan diri kamu kalo Jaemin bakal baik-baik aja."

"Tapi tetep aja" pecah sudah tangisannya. Renjun memukul-mukul dada Guanlin dengan pelan. Rasa bersalah menghampirinya. Ia tidak kuat menjelaskan ke Ayahnya tentang kondisi Jaemin. Pastinya Ayah nya akan khawatir dan akan menunjuk dirinya karena tidak becus menjaga kembarannya sendiri.









🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃



Okelah nambah lagi satu part yang langsung di ketik!
Hari ini tiba-tiba dapet alurnya, yaudah langsung aku tulis tanpa berlama-lama lagi. Takutnya kalo di biarin penyakit mager ku bakal nongol lagi yang bakal book ini lama up nya haha

Gimana part ini?
Kira-kira Jeno bakal sama Jaemin atau sama Renjun?

Malaikat Ayah [REVISI]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें