2

5.8K 1.6K 179
                                    

Aku bukan jenis morning person. Bangun pagi sudah seperti kutukan sejak kecil. Karena itu aku menikmati masa sekolah di USA dulu. Tidak seperti sekolah di sini yang masuk pukul tujuh pagi. Untuk mengumpulkan energi saja setidaknya aku butuh waktu tiga puluh menit. Paling malas melakukan seluruh aktivitas pagi. Kecuali satu hal, you know-lah, kegiatan pria dewasa saat bangun tidur. Tapi pagi ini tidak ada Zea sampingku. Dia harus menghadiri London Fashion week. Sehingga mau tidak mau aku harus bangun.

Kubuka mata sudah terang ternyata. Semalam pulang larut karena harus menghadiri jamuan makan malam dengan beberapa rekan bisnis baru. Rasanya tidak pernah punya waktu cukup untuk tidur. Aku turun dari ranjang dan segera masuk kamar mandi. Duduk di closed sambil membuka ponsel. Meneliti pergerakan saham dan juga regulasi baru yang dikeluarkan pemerintah. Ada beberapa aturan baru mengenai impor dan ekspor. Selesai semua aku langsung mandi. Memilih setelan jas, kemeja, dasi dan jam tangan. Hari ini ada beberapa kegiatan di luar. Selesai berpakaian barulah turun ke lantai satu melalui lift.

Tidak seperti biasanya, ruang makan terlihat kosong. Beberapa orang asisten segera mendekat menyiapkan sarapan dan suplemen yang harus kuminum. Dua orang asisten pribadiku ikut duduk. Aku sarapan sambil mendengarkan jadwal hari ini. ternyata seluruh kegiatan selesai setidaknya pukul sebelas nanti malam.

"Mami mana?" tanyaku pada salah seorang asisten rumah tangga yang bertugas di meja makan.

"Kemarin sore menginap di rumah Pulo Mas, Tuan."

"Sendirian?"

"Bersama Mbak Sumi dan Mas Karya."

Aku hanya mengangguk. Sebenarnya cuma basa basi karena hubungan kami memang tidak pernah baik. Aku tidak suka padanya! Aneh? Iya! Mungkin aku satu-satunya anak yang durhaka pada orang tua. Tapi apa peduliku? Sejak kecil mami memang tidak pernah ada dalam hidupku. Nasibnya beruntung karena papi sangat mencintainya. Kalau aku yang jadi laki-laki sudah kubuang dia jauh-jauh dari kehidupanku.

Lalu kenapa kami masih satu rumah? Wasiat papi yang mengharuskan seperti itu. Mami memegang kekuasaan tinggi di kantor. Dia bahkan berhak untuk mendebatku dalam setiap rapat. Meski hal tersebut jarang dilakukan karena mami jarang datang. Dan jelas aku tidak bisa seenaknya karena begitu besar kekuasaan yang diberikan papi padanya. Hal tersebut membuat perempuan yang mati-matian kubenci itu bisa bebas melenggang melakukan segala sesuatu yang dia mau. Selesai sarapan kami semua menuju kantor. Hari ini ada rapat pemegang saham. Yang artinya aku harus bertemu mami.

Kedua asisten pribadiku, Prananda dan Syifa menyertai.

"Apa penerbangan saya sudah siap untuk besok pagi?"

"Sudah pak."

Aku berencana menghabiskan waktu di sebuah villa yang terletak ditepi laut bersama beberapa teman. Sebuah tempat favorit untuk menghabiskan akhir pekan. Melepas penat dari rutinitas sehari-hari. Villa itu mendapat pujian tahun lalu dari sebuah majalah arsitektur. Aku memang suka sesuatu yang terlihat berbeda, tidak seperti orang kebanyakan.

***

Kulempar mouse ke lantai. Kesal dengan ketidakhadiran mami tanpa alasan pada rapat penting bersama pemegang saham pagi ini. Padahal semua orang sudah berkumpul.

"Bapak mau ke mana?" tanya Syifa begitu aku meraih kunci mobil.

"Ke Pulo Mas."

"Maaf, masih ada pertemuan dengan pihak—"

"Batalkan!"

Kukemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Jakarta selalu macet. Beruntung pintu gerbang sudah terbuka dan mami tengah duduk duduk di kursi taman. Aku segera turun dan menghampiri. Tidak perlu berbasa basi padanya.

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKWhere stories live. Discover now