“Hoo… Bocah, kamu ngomong apa tadi? Coba ulangi.”
“Aku bilang apanya yang demi Leisha? Tante cuma maksain kehendak Tante, ga lebih dari itu. Asal Tante tau, Leisha itu orang yang paling rajin dan tekun yang aku tau. Leisha males-malesan? Jangan bercanda! Aku aja paham, kalau Leisha itu bukan tipe orang yang suka males-malesan. Jadi omongan Tante yang barusan itu terdengar seperti orang tua yang gag-.”
Sebelum aku bisa menyelesaikan ucapanku, Bu Melati mentutup? Bukan, mencengkram paksa mulutku. Sakit banget sialan!
Sekali lagi, aku terhanyut dalam emosi. Misal Bu Melati nggak menutup mulutku, aku bakal ngomong sesuatu yang sangat tak sopan ke Ibunya Leisha.
Bu Melati memelototiku seakan bilang “Berhenti ngebacot bocah sialan!”.
“Melati, lepaskan mulutnya,” pinta Ibunya Leisha.
“Tapi…”
“Lepaskan” Bu Melati melepaskan cengkramannya “Saat itu, kamu tak bisa menjawab kalau apa yang aku lakukan itu salah atau tidak. Apa sekarang kamu bisa menjawabnya, Bocah?”
Saat itu, dini hari Dies Natalis aku tak mampu menjawab dan berakhir ditolong Leisha. Namun sekarang tak akan ku biarkan diriku ditolong oleh orang yang ingin aku tolong lagi.
“Ya, tentu saja.” Kalau Ibunya Leisha orang yang sangat rasional, aku hanya perlu membuat dia percaya apa yang dipercayainya itu salah. Seperti apa yang sudah Bu Melati rencanakan sebelumnya. “Kalau Tante cuma mau Leisha berprestasi, aku yakin tujuan Tante udah tercapai.”
“Sudah aku bilang tak ada jami-.”
“Jaminan?” tukasku “Aku yang akan menjaminnya. Aku akan menjamin prestasi Leisha tak menurun dengan seluruh yang aku punya. Jadi aku mohon…” melawan keras dengan keras hanya akan terjadi perpecahan “rubah sikap Tante” maka dari itu aku menundukkan kepala di atas meja dan memohon dengan tulus.
“Bwahahaha!” Ayah Leisha tertawa kencang sekali “Sayang, kamu kalah, aku setuju dengan anak ini. Memang tak ada jaminan apa yang kamu katakan tadi tidak akan terjadi. Tapi lihat dia, dia menundukkan kepalanya, memohon kepadamu untuk merubah sikapmu demi anak kita. Aku pernah muda, jadi aku memihak tekadnya.” Ditutup dengan kedipan sebelah matanya kepadaku.
Sekarang aku paham, bantuan yang paling bagus untuk melawan Ibunya Leisha itu suaminya—Ayahnya Leisha.
Ibunya Leisha membuang napas kuat-kuat. “Aku tahu dia peduli dengan Leisha, namun tak ada jaminan juga dia akan terus bersama Leisha. Kan?”
“Kamu dengar sendiri Rey, gimana jawabanmu?” tanya Ayahnya Leisha.
“Aku udah janji sama Leisha, lelaki ga akan mengingkari janjinya.”
Terdengar bodoh, tak beralasan. Namun hanya itu yang bisa aku ucapkan saat ini.
“Sorot mata yang tajam dan teguh, aku suka itu. Sayang, beri Rey kesempatan. Lagi pula kalau dia mengingkari janjinya, kita bisa menanyakan alamatnya ke Melati, kan?”
Bu Melati mengangguk mengiyakan ucapan Ayahnya Leisha.
Oi, oi, oi, kau ini guru, kan? Mana boleh menyebarkan data pribadi siswa seenaknya?!
“Ya sudah kalau kamu ngomong begitu, akan aku turuti,” jawab Ibunya Leisha tak puas.
Bu Melati memberikan seringai kemenangannya sembari menepuk? Bukan, memukul punggungku.
Perasaan dari tadi Bu Melati kasar banget denganku? Kampret!
“Leisha,” panggil Ibunya Leisha “kemarilah.”
“Ada apa?”
“Aku yakin kamu dengar semuanya, kan?” Leisha mengangguk “Ini kemenangan pacarmu, aku akan merubah sikapku mulai sekarang.” Ibu Leisha berdiri dan memeluk Leisha “Maaf kalau sikapku selama ini membuatmu tertekan, tapi itu aku lakukan untukmu.”
“Un, Leisha paham kok Ma.”
Sial, momen yang sangat emosional! Kalau aku tak gengsi sebagai lelaki, aku pasti sudah nangis!
“Sekarang, mari kita mulai dengan lebih banyak berbicara. Terutama soal,” Ibunya Leisha melirik ke arahku “tentang bocah yang berani melawanku. Dua kali malah.”
Seketika aku menundukkan kepala. “Ma-maaf Tante!”
“Pffft! Ahaha! Aku cuma bercanda, Rey.”
“A-haha-haha…” Bercandanya nggak lucu!
“Sebagai gantinya, tepati omonganmu. Aku memang merubah sikapku, tapi aku tetap mengawasi nilai Leisha sama seperti sebelumnya.”
“Aku akan melakukannya dengan seluruh kemampuanku, dan aku nggak akan mengecewakan kesempatan yang udah Tante kasih.”
Setelah mendengar jawabanku, Leisha dan Ibunya pergi ke sofa yang ada di depan TV. Dan tak lama, Bu Melati menyusul buat bergabung dengan mereka.
“Rey.”
“Y-ya, Om?”
“Tak usah gugup, aku cuma mau bilang terima kasih sudah membantu menyelesaikan masalah keluarga kami. Melati sudah menceritakan masalah ini sejak dahulu, tapi tak ada cara yang bagus untuk menyelesaikannya. Sampai akhirnya hari itu datang, Melati meneleponku kalau ada seseorang yang mungkin bisa menjadi faktor x yang selama ini kami cari.”
“Dan orang itu aku?”
Ayahnya Leisha mengangguk. “Orang yang bisa menjamin dan meyakinkan Ibunya Leisha, dan juga orang yang peduli dengan putriku. Sekali lagi, terima kasih Rey.”
“Nggak usah berterima kasih Om, aku melakukan ini buat Leisha. Lagian dari awal aku kesal dengan dia yang terus terobsesi dengan nomor satunya itu. Karena kalau obsesi itu terus ada, aku tak akan pernah menjadi nomor satu buat Leisha.” Namun tentu saja aku tak mengucapkan itu semua. Itu terlalu memalukan.
“Sama-sama Om.”
“Ayo kita ke sana Rey, para perempuan udah meriah tuh,” ajaknya.
Dengan begitu, aku pun terdampar di antara keluarganya Leisha.
Tamat
----------------
Terima Kasih sudah membaca sampai selesai! Semoga cerita ini berkesan untuk Anda 😁
YOU ARE READING
Image Change [COMPLETED]
RomanceRey Razak memiliki tubuh yang gempal, saat SMP dia dijauhi dan dijadikan bahan ejekan oleh orang-orang sekitarnya. Karena itu, Rey memutuskan untuk merubah bentuk tubuhnya. Setelah UN, dia menggunakan waktu itu untuk diet ketat dan berolahraga agar...
Epilog
Start from the beginning
![Image Change [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/206295447-64-k2996.jpg)