that's what live feels like

125 23 16
                                    

untuk:kakakku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

untuk:
kakakku

DI ANTARA banyak sekali hal dan peristiwa di dunia ini, aku hanya membencimu. Hanya kamu. Aku mengerti, mengapa kebencianku terhadapmu tak kunjung menemui garis pangkal selama ini, sebab Tuhan telah mengutuk hidupku semata untuk membencimu sampai buta.

Yang kuingat darimu adalah teriakan marah dan wajah masammu, yang sialnya setiap pagi harus kudengar dan lihat itu di meja makan sebab ibu tidak pernah sempat menyiapkan sarapan. Kamu seperti tidak pernah menganggapku ada dan menyiapkan makanan tanpa pernah bertanya apa yang sedang ingin kumakan atau lauk apa yang kuinginkan? Tidak pernah. Kamu hanya-dan selalu-menyuruhku untuk menghabiskan makanan dan bergegas pergi ke sekolah. Kamu tahu? Itu adalah hal menyebalkan yang terjadi dalam hidupku. Tanpa kamu sadari, kamulah yang menyebabkan sarapanku terasa begitu memuakkan. Teriakan dan marahmu membayangi masa-masa kecilku. Dan aku membencimu.

Semua ini berawal sejak kelahiranku. Kelahiranku sebagai anak laki-laki kedua yang tidak begitu diharapkan. Ayah dan ibu telah memilikimu sebagai anak laki-laki semata wayangnya selama tujuh tahun sehingga ketika ibu mengandungku mereka berharap aku lahir sebagai anak perempuan anggun yang barangkali wajahnya secantik ibu. Tentu aku tidak mengingat hal-hal yang terjadi di umurku yang masih belia. Aku hanya menduga-duga dari perlakuan mereka yang berbeda pada kita.

Jarak usia yang tak begitu jauh seharusnya membuat kita dekat sebab memiliki masa bermain bersama yang cukup panjang. Namun ternyata kita selalu bertengkar memperebutkan barang dan hak yang sama. Ketika ayah akan membeli komputer baru, aku memukulmu supaya memenangkan komputer itu. Tetapi justru murka yang kudapat. Mereka bilang aku nakal; aku tidak menurut; aku tidak mengerti kamu; aku belum membutuhkan komputer itu. Padahal aku sangat-sangat menginginkannya. Terlampau sering aku menghayal kehidupan sebagai adik akan selalu dinomorsatukan dan hal itu tidak pernah terjadi dalam hidupku. Kuanggap semua ini adalah karena kamu. Karena kamu lahir sebagai kakak laki-lakiku.

Ibu selalu membanggakan kamu di depan para saudara. Menyanjungmu yang begitu bisa diandalkan. Memujimu karena begitu berguna untuk keluarga. Aku pandai melukis, pandai menyanyi, dan tentu saja berkelahi. Tetapi ibu dan ayah tidak menyukai itu. Mereka bilang semua itu tidak berguna. Mereka lebih menyukai kamu yang pandai memasak, merawat rumah, dan memperbaiki kerusakan-kerusakan perkakas rumah. Aku semakin merasa menjadi manusia yang selalu salah di keluarga ini.

Tetapi tahun lalu, tahun yang tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku. Kamu tiba-tiba jatuh sakit. Kukira itu hanya sakit biasa namun semakin lama kamu terlihat semakin lemah. Pernah suatu ketika kamu terjatuh di kantor tempatmu bekerja dan diantar oleh dua orang teman kerjamu. Dan itu terjadi beberapa kali setelahnya. Ibu bahkan mengambil cuti untuk dapat merawatmu dan mengantarmu ke dokter.

Beberapa hari kemudian, ibu memanggilku untuk bicara di kamar. Kulihat raut wajahnya yang layu dan sedih menyampaikan bahwa kamu mengalami kebocoran ginjal. Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Yang kulakukan hanya diam dan membisu.

𝙖𝙥𝙞 𝙖𝙥𝙞 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙠𝙖𝙧 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙞𝙩Where stories live. Discover now