Hug - Midorima Shintaro (Kuroko no Basuke)

158 21 0
                                    

Nama Donatur: Haira
Akun Donator: ranhaiirani
Jenis Bansos: Oneshot
Judul: Hug
Character: Midorima Shintaro
Fandom: Kuroko no Basuke
Shintaro itu kadang menyebalkan.

Aku sedang berada di depannya saat ini. Ia tengah mengutak-atik mesin keyboard yang katanya rusak, sehingga ia tak bisa menyelesaikan tugasnya yang dikumpulkan seminggu kedepan.

Bukannya apa-apa, tapi bukankan kelewatan jika sudah ada janji untuk menonton film denganku lalu mengabaikanku dan berkutat dengan keyboardnya yang rusak? Ia mengotot pula untuk mengerjakan tugas yang masih dikumpulkan seminggu kedepan saat ini juga? Dasar perfeksionis!

“Jadi, bagaimana Shin? Aku tahu kamu orangnya perfeksionis. Tapi bukankah melanggar janji juga bukan kelakuan seseorang yang perfeksionis?”

Shintaro bergumam sebentar. “Aku ini tidak perfeksionis, nanodayo. Hanya saja tugasku sangat penting.”

Aku naik pitam mendengarnya. “Jadi, aku tidak penting?”

“Bukan begitu nanodayo, aku hanya tidak ingin kalau tugas ini malah membuatku kepikiran saat bersamamu nanti. Aku juga bukannya ingkar janji, janji kita msih setengah jam lagi, nodayo.”

“Memangnya kau bisa menyelesaikan tugas itu dalam setengah jam termasuk membetulkan keyboardmu yang rusak?” tanyaku agak geram.

Shintaro mengangguk. “Bisa, duduklah dulu dan dinginkan kepalamu. Jangan berisik, setelah ini semuanya selesai.”

Aku duduk di kursi yang berada di sudut ruangan. Mungkin memang aku yang terlalu berlebihan karena datang ke rumahnya lebih cepat dari yang seharusnya. Aku harus minta maaf nanti padanya karena mengganggu.

“Tidurlah dulu di kasurku, punggungmu akan lelah kalau duduk di situ, nodayo.”

Aku menurut saja karena Shintaro benar, kursinya lumayan keras, kurasa aku perlu menjemurnya lain waktu. Aku melepas kaos kaki juga cardigan lengan panjang yang kugunakan lalu merebahkan diri di sana.

---

Entah sejak kapan kesadaranku hilang, tapi sekarang aku merasakan kasur ini bergerak. Mungkin Shintaro sudah selesai dengan tugasnya. Tapi, aku belum ingin membuka mata, entah mengapa mengantuk sekali.

Aku merasakan ada lengan melingkupiku, mencoba memeluk dengan sangat hati-hati, lalu mengelus kepalalu perlahan.

Ini ... Shintaro? Pacarku yang bahkan kuminta mengeluarkan gombalan saja tak mau?

Aku baru saja akan membuka mata lalu mendengar suaranya.

“Maafkan aku dari tadi mengabaikanmu, nanodayo. Padahal kamu sudah mendatangiku begini. Maaf juga karena telah sibuk hingga melupakanmu akhir-akhir ini.” Suara itu ditutup dengan sebuah benda lembut yang menempel pelan di puncak kepalaku. Sangat pelan seakan takut aku akan bangun karenanya.

Shintaro gila, ah bukan, aku yang gila. Lalu sekarang apa? Aku boleh membuka mata belum, ya?

Shintaro bergerak, seperti menjauh. Lalu aku merasakan lenganku digoyang perlahan.

“Bangun, nanodayo, kau bilang ingin jalan.” Suaranya berbeda dengan sebelumnya. Terdengar datar dan jutek, dasar pria ini.

Aku berpura-pura mengusak mata dan menguap. “Aku tertidur sejak kapan?”

“Mungkin baru sebentar, aku juga baru selesai mengerjakan tugasku tepat tiga puluh menit dari saat kamu pergi ke kasur, nanodayo.” Shintaro meregangkan badannya sejenak, dia terlihat lelah.

Shintaro itu tak pernah mengeluh, sekalipun menjadi mahasiswa fakultas kedokteran menurutku adalah hal yang memberatkan. Shintaro anak yang baik.

“Eung, Shin. sepertinya kita tidak perlu jalan deh. Di rumah ada apa? Mau kubuatkan apa untuk makan malam?”

Shintaro mengernyit bingung. “Padahal tadi kamu sudah semangat sekali, nodayo. Kenapa tiba-tiba membatalkannya?”

“Tak apa-apa. Ayo, mau tidak?”

Sedikit menimbang namun akhirnya mengatakan, “Boleh.”

“Tapi nanti ya, agak sore. Aku mau lanjut tidur,” ucapku sok tak acuh.

Shin terlihat mengernyit makin bingung sebelum aku melengos dan merebahkan diriku lagi di kasurnya. Dan tanpa kata, ia ikut tidur di sebelaku. Lucunya.

“Aku juga mengantuk nanodayo. Tidurlah, aku sudh memasang alarm.”

“Kamu tak mau memelukku?” tanyaku usil.

Shintaro diam.

“Setop tsundere, nanodayo,” ucapku menirunya.

Shintaro salah tingkah, selanjutnya ia mendekap kepalaku ketika aku mulai menggodanya. “Tidurlah, kau makin aneh kalau mengantuk.”

Meski kami tak jadi pergi ke pusat kota dan menonton film yang baru muncul di sebuah bioskop, tetapi kami menikmati hari itu dengan baik. Sesungguhnya aku sangat puas bisa menjahili Shintaro hingga ia memerah sampai telinga. Mungkin, lain kali home date seperti ini yang akan kami gunakan sebgai agenda di akhir bulan karena tawa Shintaro lebih menarik dilihat daripada film manapun.

★ | Bansos Asupan Halu :: Chara x ReaderWhere stories live. Discover now