Bagian ketiga : Good Night, Kecil

1.6K 231 47
                                    

Sudah dua hari ini Cia enggak berangkat sekolah. Selain luka pada lututnya yang belum kering alias setiap dibuat bergerak masih sakit, ternyata malamnya anak manis itu diserang demam. Tubuhnya panas tapi menggigil.

Darren sudah menitipkan surat izin Cia pada Nana.

Pagi ini Cia baru minum obat, sebelumnya sarapan bubur yang dibutin sendiri oleh sang Bunda.

"Adek, kalo bosen dikamar bisa jalan-jalan ya dek. Tapi tetep dalam pantauan bunda ya" Ucap sang bunda sambil mengolesi krim luka pada lutut si bungsu yang sudah agak mengering.

Sang kepala keluarga masih duduk anteng di kursi meja belajar si bungsu. 2 hari ini juga ayah memanfaatkan jabatannya untuk berangkat siang padahal jelas-jelas sudah diomeli bunda. 'Atasan itu harus memberi contoh yang baik untuk anak buahnya, yah' kata wanita itu.

"Mau keruang keluarga, dek? Ayo ayah gendong"

"Nanti ajadeh yah, habis minum obat adek jadi ngantuk"

"Yaudah kalo gitu bunda sama ayah kebawah dulu ya dek. Kalo butuh sesuatu panggil bunda aja" sambil memberi kecupan ringan pada kepala si bungsu lalu disusul oleh kepala keluarga.

Setelah menutup pintu kamar, ayah dan bunda segera pergi ke bawah. Mungkin ayah akan berangkat ke kantor.

Jika kalian bertanya dimana kakak pagi ini? jawabannya jelas saja kakak sedang sekolah. Karena hari ini bukan hari libur.

Jujur saja Cia sedikit memikirkan teman kakaknya yang 2 hari lalu sudah menolongnya. Kakak itu menurut Cia ganteng dan wangi. Cia suka. Hehe.

"Kira-kira namanya siapa ya?"

"Ehh, aku ngomong apa sihh. Enggak boleh"

"Kakak itu udah SMA, enggak mungkin mau sama anak SD kayak aku"

Rutuk Cia pada diri sendiri, sampai Cia ketiduran banyak sekali kata 'andai' di pikiran anak manis itu.

***

"Nanti jangan lupa kerumah gue lagi ya. Kolase Kemarin kayanya udah kering juga. Tinggal beresin PPT nya aja" Ucap Darren disela-sela mereka makan di kantin siang ini. Ada Arin dan Yeri juga yang ikut bergabung.

Tidak ada lagi rasa canggung, hanya saja Meru memang lelaki banyak diam kalo kata Arin.

"Nanti kalian duluan ajadeh, gue mau mampir Indomart bentar" Ucap Lanang sambil menghabiskan soto terakhir di piringnya.

"Oh iya, Ru. Kok kemarin lu bisa sama adek gue sih?"

Remaja yang mendapat pertanyaan serta tatapan curiga dari teman-temannya itu hanya menghela nafas sebelum menjelaskan kronologi kejadian Cia jatuh dari sepeda. Soalnya hanya dia saksinya.

Membayangkan wajah lucu Cia membuat Meru sedikit menyunggingkan senyum. Membuat sepasang mata yang memperhatikan dia sedari tadi ikut menarik senyum tipis.

"Kemarin lu salah kirim Sharelok ke gue. Jadi gue berhenti di seberang jalan rumah lu setelah mondar-mandir"

"Dari arah berlawanan gue lihat adek lu naik sepeda pelan-pelan. Entah emang karena pingin pelan aja tau emang enggak terlalu bisa" Lanjutnya.

"Enggak bisa emang" Jawab Darren cepat yang mendapat anggukan dari Meru.

"Ketika mau belok kearah rumah lu, Gue lihat Cia jatuh. Mungkin karena paving depan rumah lu licin setelah hujan. Udah sih gitu doang. Karena kedua lututnya luka, gue tanya dia bisa jalan apa enggak dia cuma jawab gelengan aja, yaudah gue gendong"

True Love (GS) Where stories live. Discover now