Bagian pertama : Senin

3.8K 274 19
                                    

Kamar bernuansa hijau sage namun lebih didominasi oleh warna putih tulang itu tampak terlihat segar dipagi hari. Di tengah ruangan dapat dilihat ranjang berukuran sedang dengan gumpalan selimut halus diatasnya, dapat ditebak terdapat sosok manis bungsu dari keluarga pemilik rumah tersebut.

Athena Larissa, orang sekitar biasa memanggilnya dengan sebutan Bunda Thena. Sosok lemah lembut dengan pembawaan tenang, ibu 2 anak yang terlihat masih cantik meskipun usianya sudah memasuki akhir 30an.

Wanita dewasa itu menyibak pelan horden putih agar tidak mengejutkan tidur si bungsu.

"Adek, bangun sayang. Udah jam setengah 6 ini. Ayo bangun dulu cantik" menyibak selimut si bungsu sambil sesekali menjawil lembut hidung anak gadisnya.

"Emhh, bunda?" suara serak itu tampak mengemaskan.

"Iya, bangun dulu ayo. Hari senin ini. Adek enggak boleh terlambat sekolahnya" ujar sang bunda sambil sibuk merapikan meja belajar si bungsu.

"Seragam sama tas udah bunda siapin ya, adek mandi dulu. Habis itu turun kebawah buat sarapan. Oke nak?" Lanjutnya.

"Iya bunda sayangggg"

***

"Selamat pagi bunda. Pagi, yah"

"Pagi juga mas"

"Pagi mas, duduk dulu ayo. Sambil nunggu adek" ucap sang bunda.

"Gimana mas sama sekolahnya, enak? Udah punya teman baru belum?" Belum sempat mendudukkan diri di kursi meja makan, si sulung sudah lebih dulu mendapat rentetan pertanyaan dari sang kepala keluarga.

"Gimana mau punya teman baru yah, orang teman-teman SMP mas pada sekolah di SMA yang sama juga sama mas, ya temannya tetep. Emm mungkin yang baru cuma beberapa"

"Tapi kamu nyaman kan, nak?"

"Nyaman kok yah, jadi enggak perlu banyak beradaptasi lagi mas"

Belum selesai sang ayah dan sulung berbicang perihal sekolah baru, bungsu keluarga sudah berlari turun dari tangga dengan tergesa-gesa. Sang ayah menatap khawatir jika bungsunya terjatuh berbeda dengan sang bunda yang mengulas senyum kecil, sudah hafal deng tabiat si bungsu yang sangat aktif.

"Pelan-pelan aja dong dek, nanti kalo jatuh gimana?"

"Hehe selamat pagi ayah, bunda, mas Darren. Hehe maaf ayah, Cia takuk kalian nunggu lama" jawab si bungsu sambil mengambil duduk di samping kiri sang kakak.

"Enggak sayang, ayah sama mas juga baru duduk kok"

"Terima kasih, sayang"

"Makasih, bun" ucap sang kakak setelah menerima piring berisi nasi goreng spesial, soalnya bunda yang buat. Kalo kata Cia.

"Ini buat adek. Makanya pelan-pelan aja. Enggak bikin terlambat kok"

"Hehe iya bunda. Selamat makan semua" sambil tersenyum manis yang membuat anggota keluarga di meja makan itu saling melempar senyum akan tingkat manis si bungsu.

Meja makan di isi dengan obrolan ringan ayah dan si sulung atau juga sang kakak yang menggoda di bungsu hingga membuatnya mengerucutkan bibir mungilnya dengan lucu.

"Mas Darren nakal, Cia enggak suka ihhh"

"Jauh-jauh dari Cia. Enggak boleh cium-cium" lanjutkan dengan tangan menjulur kedepan seakan-akan membuat benteng pertahanan.

True Love (GS) Where stories live. Discover now