Bab 20 - Perang Tomat

373 65 10
                                    

Mereka kembali ke kediaman kakek setelah puas bermain di danau. Pakaian milik Arya dan Hermand telah basah kuyup akibat saat turun dari perahu sampan, Arya sengaja mendorong Herman hingga tercebur ke danau. Hermand yang tak terima tentu membalaskan dendamnya dengan menarik kaki Arya yang masih berdiri dengan bangganya sambil tertawa kencang.

Pemuda itu sangat terkejut ketika kakinya ditarik. Maria yang melihat betapa kekanak-kanakannya kedua pemuda itu segera naik ke atas dermaga, takut menjadi korban kedua orang aneh itu. Ia memeluk bukunya erat, takut buku kesayangannya menjadi basah.

Mendapati Maria yang telah kabur, Arya dan Hermand segera mengejar gadis itu. Namun, Maria berlari cukup kencang sehingga sampai mereka tidak di kediaman kakek, keduanya sudah tidak menemukan gadis itu lagi.

"Kau membuatnya takut," gerutu Arya sambil memukul bahu Hermand.

"Hey, kau duluan yang memulai ya..." cetus Hermand tidak mau disalahkan. Ia balas memukul Arya. Maria tiba-tiba muncul di balik pintu dan membuat kedua pemuda itu membeku.

Ia melemparkan handuk kepada Arya dan Hermand yang segera ditangkap keduanya dengan tangkas. Ahh... tubuh mereka memang sudah basah dan kotor karena jatuh ke danau. Saatnya mandi dan membersihkan diri.

"Di mana kamar mandinya?" tanya Hermand sambil bergegas mencari pakaian ganti dari tas yang dibawanya.

"Ada di belakang sana," kata Arya. "Di sebelah sana ada pancuran air gunung yang jernih dan segar yang langsung mengalir ke sungai. Apa kau mau coba mandi ala orang kampung?"

Wajah Hermand tampak berseri-seri. Rasanya seru sekali kalau bisa mencoba mandi air pegunungan di kampung seperti orang-orang pribumi yang sering dilihatnya di buku-buku tentang Hindia Timur. Di Belanda sana tidak ada kesempatan untuk bermain-main air seperti ini karena mereka sudah memiliki sistem pengairan yang cukup modern.

"Boleh," kata Hermand dengan antusias.

Arya mengajak Hermand ke belakang wisma dan menunjukkan pemandian yang ia maksud. Ini adalah pemandian outdoor yang ditutupi oleh dinding dari bambu yang mendapatkan air dari gunung yang disalurkan dengan beberapa pipa bambu. Terlihat eksotis sekali. Di sebelah pemandian ini ada sebuah sungai kecil yang mengalir melintasi tanah milik kakek.

"Aku mandi duluan, ya," kata Hermand dengan gembira. Ia bergegas membawa handuk dan pakaian ganti ke dalam area pancuran dan mulai membersihkan diri. Arya menemui Maria dan memastikan gadis itu baik-baik saja sementara ia menunggu giliran.

Di wisma milik kakek ada beberapa kamar mandi modern, tetapi ia selalu senang menggunakan pancuran tradisional saat bertandang kemari karena dirasa unik dan membuatnya merasa lebih dekat dengan alam.

Setelah ketiganya membersihkan diri dan berganti pakaian, mereka lalu duduk beristirahat sebentar dan menikmati pisang goreng dan teh panas yang disajikan pelayan.

Tanpa terasa, matahari perlahan turun ke arah Barat. ketika hari telah menjelang sore, Arya harus bergegas menyiapkan makan malam untuk kakeknya dan mereka. Setelah menghabiskan tehnya, pemuda itu bergegas menuju dapur. Seperti biasa, semua bahan sudah disediakan.

Malam itu mereka akan makan Nasi Tutug dengan ayam bakar dan sambal oncom. Ini adalah menu makanan kesukaan kakek yang diajarkan oleh Mak Siti, kepala juru masak di sana.

Hermand juga menyusul ke dapur untuk melihat-lihat bagaimana Arya melakukan pekerjaannya. Saat melihat Arya yan mencuci sayur, ia pun mendekat dan menawarkan jasa.

"Kurasa kau bisa melanjutkan dengan mencuci tomat-tomat itu." Arya menunjuk ke arah meja tempat belasan tomat berada. Hermand pun menurut.

Tak berselang lama, Maria juga ikut bergabung. Gadis itu tak menyentuh bahan makanan karena ia memilih duduk di atas kursi terdekat jendela dan kembali membuka bukunya.

Raden Arya AdinataWhere stories live. Discover now