#03. Vivid Dream

308 49 34
                                    

🌟 Seongjoong 🌟

. . .

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Menentang hukum waktu serta garis kematian yang ada, Hongjoong kembali ke kehidupan Seonghwa dan seakan memperbaiki segala yang sebelumnya telah rusak. Akan tetapi, Seonghwa tahu bahwa esok masih belum tentu akan berubah. Hanya karena keajaiban pernah terjadi, bukan berarti keajaiban lainnya akan datang lagi untuk yang kedua kali. Tak ada jaminan bahwa apa yang pernah rusak tidak akan rusak lagi sesudah waktu diulang kembali.

Dibayangi oleh fakta-fakta tersebut, mana mungkin Seonghwa bisa tenteram. Setiap malam, sebelum pergi tidur, pemuda yang satu itu akan diam-diam membuka pintu kamar Hongjoong dan memandang si pemilik kamar yang sedang terlelap. Hongjoong ada di sisinya lagi, mereka kembali bersama, tapi Seonghwa masih saja gelisah.

Apa yang terjadi belakangan ini ibarat fatamorgana. Oleh karenanya Seonghwa ingin memastikan lagi dan lagi bahwa setiap detik kebersamaannya dengan Hongjoong memang benar terjadi. Sebab, dia masih ketakutan.

Seonghwa semakin takut untuk berpisah.

Bagaimana jika semua yang terjadi ini hanya ilusi?

Atau, bagaimana jika kesempatan kedua ini ternyata hanya waktu yang diberikan Tuhan agar Seonghwa bisa mengucapkan salam terakhirnya kepada Hongjoong?

Bagaimana jika pada akhirnya Seonghwa tetap gagal menyelamatkan Hongjoong?

Jika seandainya nanti Hongjoong tetap pergi dari hidup Seonghwa—sekali lagi—maka kali ini Seonghwa akan lebih hancur dari yang sebelumnya. Dia tidak akan sanggup bertahan menerima sakitnya kehilangan Hongjoong untuk yang kedua kali.

Jangan pernah pergi. Seonghwa selalu ingin mengatakan itu kepada Hongjoong. Dia amat ingin menyampaikan, apa pun yang terjadi kumohon bertahanlah, tetap bersamaku, kau punya aku, jangan pernah berpikir untuk menyerah.

Kata-kata itu, Seonghwa sungguh berharap dirinya mampu mengatakan semuanya kepada Hongjoong.

Kumohon, jangan pergi lagi.

Akan tetapi, Seonghwa hanya bisa memandang Hongjoong dalam keheningan. Dia hanya berdiri di depan pintu kamar Hongjoong sambil memendam dan menelan bulat-bulat resahnya sendirian. Dalam hati dia berdoa, semoga Hongjoong tidak akan pernah terluka.

Yang tidak diketahui Seonghwa, saat dirinya menutup kembali pintu kamar Hongjoong dan berbalik badan menuju kamarnya sendiri, Hongjoong di dalam membuka mata.

Seonghwa tidak menyadari bahwa pada malam itu Hongjoong belum betul-betul tertidur.

Hongjoong tahu Seonghwa membuka pintu kamarnya di hari sebelumnya pula, dan dia mempertanyakan apakah Seonghwa juga melakukannya di hari-hari sebelumnya lagi? Hongjoong bahkan juga tahu bahwa Seonghwa kemarin menangis dalam diam di depan kamarnya. Dia tahu itu, tapi Seonghwa tak pernah mengatakan apa-apa dan selalu bersikap baik-baik saja.

Over The Destiny | Ateez Seongjoong [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang