"Jangan sembarang. Sudah hampir 8 tahun aku tidak berada disini bagaimana bisa aku menjadi pengkhianat." Marvin menampakkan ekspresi yang begitu dingin.

Marc mengendikan bahunya. "Ya mana ku tahu."

"Cukup." Theo mengintrupsi keduanya.

Marvin yang baru ingin membalas ucapan Marc pun, harus kembali menelan kata-katanya.

"Jangan lengah dan justru membuat pertikaian sendiri," Theo memberikan peringatan pada Marvin juga Marcus. "Ivan selidiki semua ini secara diam-diam."

Ivan mengangguk sekali. "Baik Tuan. Kalau begitu saya permisi."

Setelah Ivan keluar dari ruangan, Marvin juga turut undur diri dari ruang kerja Theo. Dengan cepat, Marvin langsung menyusul Ivan untuk segera bertanya mengenai apa yang terjadi pada istrinya tadi.

"Ivan tunggu. Aku mau bertanya."

Mendengar panggilan Marvin, Ivan langsung berhenti dan membalikkan tubuhnya menghadap majikannya itu.

"Iya Tuan? Apa yang ingin Anda ketahui?" Tanya Ivan dengan sopan.

"Istriku-"

"Iya, tadi aura Nyonya Akira sangat mengerikan, sampai tidak ada yang berani menghentikannya." Salah seorang anak buah Czaren bicara dengan menggebu-gebu.

"Benar. Salah-salah kita yang disetrum jika sampai menghalangi," timpal yang lain.

"Oh iya, katanya tembakan di kaki para penyusup itu juga perbuatan Nyonya." Seolah tak ingin kalah, yang lain terus menimpali.

"Ahaha! Nyonya kita sangat hebat!" Ucap salah seorang dengan begitu bersemangat.

Mendengar semua itu Marvin hanya bisa mematung dan tak mampu berkata-kata.

"Dasar mereka itu. Saya akan tegur mereka Tuan," Ivan langsung undur diri untuk menegur mereka. Setelah memberikan teguran, Ivan kembali menemui Marvin. "Jadi, apa yang ingin Tuan tanyakan adalah mengenai Nyonya Akira?" Tebak Ivan.

Marvin mengangguk. "Ya, aku sudah tahu secara garis besar dari orang-orang tadi. Tolong ceritakan detailnya," pinta Marvin, yang langsung diangguki oleh Ivan.

*
*

Marvin membuka pintu kamarnya, dengan langkah pelan ia menghampiri Akira yang sedang tidur dengan nyenyak di atas ranjang.

Dengan hati-hati agar tidak membangunkan Akira, Marvin duduk di tepi ranjang. Tangannya yang besar bergerak untuk mengusap pipi istrinya itu. "Maaf. Kupikir tempat ini aman untukmu, tapi ternyata kamu tetap menghadapi bahaya walaupun berada di dalam mansion," ucap Marvin dengan lirih.

"Ya mau bagaimana? Orang-orang disini kan manusia biasa semua. Tidak semuanya bisa dengan sempurna melindungi mansion ini." Akira membuka matanya dan langsung menggenggam tangan suaminya yang masih berada di pipinya.

Akira yang tadinya baru terlelap langsung sadar setelah mendengar suara langkah kaki.

Marvin tersenyum tipis sebentar, sebelum akhirnya ia menghela nafas. "Tapi semua hal buruk yang terjadi padamu selama ini, dimulai karena aku membawamu kemari."

"Kamu kan juga manusia biasa yang tidak bisa menebak masa depan, siapa yang tahu kalau semua ini akan terjadi padaku. Kita berada disini karena ini satu-satunya pilihan yang paling baik. Jadi jangan menyalahkan dirimu." Akira mengelus rahang Marvin.

Marvin yang tadinya menampakkan ekspresi muram, seketika dibuat tersenyum tipis. "Iya." Marvin menggenggam tangan Akira lalu mengecupnya. "Istirahatlah, kamu pasti lelah setelah menghadapi para penyusup itu."

Weird GirlWhere stories live. Discover now