"Oh iya, aku baru ingat, ada yang mau aku sampaikan juga nih ke kamu."

"Ya udah, buruan, kepo nih."

Nadia memberikan poster Idol kepada Nawra.

"Aaaa ... Oppa ...." teriak Nawra sambil mengambil poster, lalu menciumnya.

Nadia hanya bisa tertawa dan terheran-heran.

"Ahhh cakep banget ga sih. Hidungnya mancung, bibirnya tipis, matanya tajem, huaaa ...." meleyot-leyot Nawra memandang poster Idolnya.

"Udah udah, stop halunya! kan, tadi aku mau ngomong, Ra."

"Oh iya, lanjut lanjut. Apa nih yang membuat kamu jadi makin agamis, Nad?"

"Jadi gini, Ra. Aku mutusin buat nggak menjual poster Idol lagi, dan ini karena kamu udah terlanjur bayar, ya udah, ini pesenan terakhir aku bawain aja buat kamu, Ra."

"HAH?" Nawra makin terheran-heran dan tidak menyangka apa yang baru saja dikatakan Nadia.

"Iya, Ra. Aku udah bener-bener mutusin buat ninggalin dunia K-Pop ini, Ra. Nih, Udah nggak ada tersisa lagi kan lagu-lagunya." Nadia menunjukkan isi play list di HPnya.

"Yah, Nad! jangan gitu, dong! jelasin ih, kenapa kamu mau ninggalin mereka-mereka yang udah menghibur kita, jadi motivasi kita, kenapa Nad?" sambil menggenggam erat tangan sahabatnya itu.

Nadia menarik napasnya dalam-dalam lalu berkata, "Karena mereka tak akan bisa tergapai, sampai kapanpun itu," ucap Nadia sambil mengambil poster Idolnya.

Sontak Nawra seperti tersadar akan sesuatu.

"Dan tentunya, aku dapet ilmu baru dari pengajian minggu lalu, bahwa memandang fisik atau gambar lawan jenis kemudian menghalu-halukannya, kita bisa terkena zina mata dan zina hati, Ra," ucap Nadia sambil menunjuk-nunjuk sekeliling kamar Nawra yang penuh dengan foto-foto dan pernak-pernik bergambar Idolnya.

"Dan yang terakhir, berdasarkan dari sebuah hadits, kita akan dikumpulkan dengan orang-orang yang kita cintai di hari kiamat nanti. Sedangkan kamu tau sendiri, mereka dari umat-umat mana saja," sambung Nadia.

Nawra hanya bisa terdiam dan memandang kamarnya yang dipenuhi gambar Idol.

"Aku juga mau pindah, Ra!" menggenggam tangan Nawra.

"HAH? seriusan, Nad? mau kemana, sih? kok, kamu tega mau ninggalin aku, Nad?" raut wajah Nawra tampak sedih mendengar kata-kata Nadia.

"Iya, aku sengaja mau pindah ke kampung Ibuku, kampung Ibumu juga, kan? aku sekalian pindah sekolah di sana, di sekolah yayasan milik papahmu. Karena kata Ibuku, pendidikan agamanya juga bagus di situ, Ra."

Nawra mulai bimbang dengan keadaannya sekarang.

"Ya udah, gini aja, Ra. Kamu pikir-pikir dulu, pertimbangkan secara matang, terus nanti kamu hubungin aku lagi kalau misalnya kamu mau ikut," ucap Nadia sambil memegang kedua pipi Nawra.

"Nah, kebetulan besok aku udah ngurus segala berkas-berkasnya untuk pindah sekolah ini, Ra," sambungnya.

"Oke beb, aku bakal pertimbangin dulu, besok pagi aku kabarin yah." melepas tangan Nadia dari pipinya.

My Crush My Ustadz [On Going]Where stories live. Discover now