Bagian 6 : Hari Spesial

5 0 0
                                    


Pagi ini, aku bangun dengan tidak sangat bagus. Mataku sangat bengkak, hitam, dan merah. Pastinya orang-orang bisa mengetahui kalau aku memang habis menangis. Aku mencoba bangkit dan mencoba mencuci muka. Mungkin dengan mencuci muka, semua kejelekan ini akan hilang seiring dengan aliran air. Hari ini libur, tidak ada kelas, tidak ada kegiatan. Ada tugas, tapi masih ada 5 hari lagi untuk dikumpulkan. Aku mencoba untuk tenang hari ini.

Sekarang pukul 6 pagi. Ini sangat jarang sekali untuk aku bangun pada jam-jam seperti ini. Malam tadi, aku tidur sangat cepat, lelah menangis, lalu terlelap.

Berpikir hari ini kegiatan apa yang akan dilakukan. Daripada tidak melakukan apa-apa, aku berpikir untuk keluar dari pagi hingga malam untuk berkeliling di kota ini. Mungkin aku akan menemukan sesuatu yang dapat menghiburku.

Aku memberanikan untuk mandi pagi ini. Sangat jarang. Jarang sekali. Di hari libur, aku mandi pagi-pagi. Aku berusaha mandi dengan cepat pagi ini. Yang penting, aku segar pagi ini untuk memulai hari.

Hari ini akan terik lagi akan cahaya matahari. Hari ini aku benar-benar kana berpikir tentang apa yang akan aku pakai. Aku tidak akan memakai hoodie lagi seperti kemarin. Selain memberikan ingatan yang tidak baik, aku seperti berada di sauna ketika memakainya. Aku memutuskan untuk memakai kaos putih lengan panjang, celana krem, dan sepatu putih yang warnanya sudah tercampur banyak dengan warna lain.

Aku menuruni tangga dan seketika aku melihat seseorang sedang menyapu jalanan. Pagi sekali orang ini menyapu. Ternyata, itu adalah Nenek Sakura. Sedang manyapu jalanan. Bersiap-siap untuk membuka tokonya.

"Selamat pagi" ucapku sambil membungkuk.

"Selamat pagi juga, hati-hati ya nak" dijawabnya dengan lembut sambil membungkuk. Baik sekali beliau tidak bertanya mau kemana, biasanya orang-orang akan penasaran dengan hal-hal seperti ini. Tapi, beliau sangat berbeda dan aku menyukai akan hal itu.

Aku mencari tempat yang bagus untuk memulai hari. Sarapan. Sudah lama aku tidak sarapan. Tapi, hari ini special, aku harus memanjakan diri dengan hal-hal sederhana seperti ini.

**

Sudah 20 menit aku jalan, belum juga mendapatkan tempat. Sebenernya ada, tapi karena beberapa alasan, aku hanya melawatinya. Entah makanannya kurang menggiurkan, tempat yang tidak nyaman, atau harga yang tidak bersahabat. Aku mulai lelah. Aku duduk sebentar disebuah kursi trotoar. Dan disitulah. Aku melihat sebuah tempat makan. Terletak diseberang tempatku duduk.

Aku bergegas untuk menyebrang dan melihat menu yang terpampang di depan tempat makan itu. Aku melihat harga yang bersahabat dan tempat yang nyaman. Makanannya juga terlihat enak. Aku masuk ke dalamnya dan mencari meja yang cocok dengan suasana hatiku saat ini. Aku akhirnya duduk disudut dekat dengan jendela. Sama seperti kemarin. Tapi hari ini, suasana hatiku sangatlah tenang.

Seorang pelayan menghampiriku. Dia seorang anak kecil. Sepertinya, aku memasuki restaurant keluarga. Sudah hal umum untuk sebuah restaurant keluarga mempunyai pekerja yang juga keluarganya sendiri. Anak itu mungkin berumur sekitar 9 atau 10 tahun. Pintar sekali. Beda sekali denganku pada saat seumuran dia.

Aku mengatakan semua pesananku, tidak lupa desertai dengan minumannya juga. Dia berlari dan mengatakan isi dari pesananku kepada seseorang yang mungkin dia adalah ayah dari anak itu sekaligus orang yang bertugas memasak. Aku menunggu sambil membuka sosial mediaku.

"lihatlah, anaku sudah lahir"

"aku mendapatkan penghargaan"

"besok aku menikah"

"tempat ini indah sekali"

Dan banyak hal lagi yang aku lihat dari teman-temanku yang membagikan momen-momen indahnya di sosial media. Aku juga terkadang membagikan momenku disini. Kecuali kesedihan itu. Aku hanya akan membagikan momen-momen indah saja.

KEBENARAN IMAJINASIOnde as histórias ganham vida. Descobre agora