Bab Lima Puluh

158 30 46
                                    

Selamat hari senin dan selamat membaca❤️

Selamat hari senin dan selamat membaca❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Galiena sungguh merasa lelah. Terlalu asik mengobrol bersama Fay, Galiena jadi lupa waktu. Alhasil, ia kebut-kebutan sepanjang perjalanan menuju kantor. Ia pun tiba di kantor tepat pukul enam. Mendapat informasi dari Airis bahwa semua telah menunggunya di ruangan rapat B sejak setengah jam yang lalu, Galiena terpaksa berlarian di koridor.

Galiena meminta maaf kemudian memulai rapat. Dan rapat diakhiri Galiena kala suara perut Luna yang keroncongan terdengar. Merasa tidak enak karena ia penyebab rapat diselenggarakan lebih lambat dari jadwal, Galiena menawarkan untuk makan bersama. Tentu saja ia yang membayarnya.

Sebagian anggota tim inti yang memang sebenarnya sudah lapar langsung bersorak antusias. Ujungnya, mereka makan malam bersama di restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh dari NALA. Sedangkan rapat akan mereka lanjutkan besok siang.

Galiena baru bisa bersantai saat jarum jam menunjuk angka sembilan. Seketika, ia teringat jika tadi siang Alankar sempat mengiriminya pesan dan ia belum sempat membacanya. Ia mencari ruang obrolan mereka yang tak tahu-menahu sudah tenggelam. Begitu selesai membaca empat buah pesan tersebut, tanpa Galiena sadari ada seulas senyuman tipis yang muncul melengkung di bibirnya.

Haruskah ia membalas cerocosan Alankar? Atau lebih baik ia diamkan saja agar Alankar tidak merasa malu? Akan tetapi, rasanya sedikit tidak pantas seandainya ia hanya membaca pesan tersebut. Terlebih di pesan awal, Alankar tampak ingin mencoba memperbaiki komunikasi mereka yang sempat terputus.

Serta kilasan pertemuannya dengan Lula tempo hari terbayang di kepalanya.

"Bu Galie!" seru Lula seraya tersenyum lebar.

"Hai, Lula!" balas Galiena. Lula yang tidak pernah absen menampakkan batang hidungnya di NALA membuat hubungan mereka kian akrab. Setiap kali Lula datang, Lula pasti menyempatkan diri mencarinya. Bahkan, Lula tak segan naik ke lantai atas hanya untuk menemuinya.

"Bu Galie sibuk apa? Kalau saya duduk di sini sebentar bakalan ganggu Bu Galie, enggak?" tanya Lula.

"Oh, ini. Saya lagi baca strategi pemasaran baru yang diusulkan sama timnya Kiara. Enggak ganggu, kok. Duduk aja. Kamu baru selesai pemotretan, ya?" Galiena berucap seraya meletakkan proposal tersebut di meja dan beranjak mendekati Lula. Ia ikut duduk di sofa menemani Lula.

"Iya. Hari ini Blake galak banget. Kayak orang lagi dapat tamu bulanan aja. Marah-marah mulu, padahal saya posenya udah bener," celoteh Lula, tak lupa dia mencebikkan bibirnya jengkel.

Galiena sontak tertawa. "Dia kan emang gitu. Harus memastikan semuanya sempurna. Kamu miring satu sentimeter aja dia bakalan tahu."

"Iya, tahu. Cuma hari ini bener-bener beda, deh. Jadi bete."

"Mungkin dia lagi berantem sama pacarnya? Enggak ada yang tahu, kan?"

Lula lantas melotot. "Hah? Blake punya pacar? Beneran, Bu?"

Scent of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang