Bab Tujuh Belas

210 38 23
                                    

Happy reading❤️ Jangan lupa tinggalin jejak yaa biar aku lebih semangat^^

Alih-alih merespons panggilan dari teman satu circlenya, Alankar menjedotkan kepala ke roda kemudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alih-alih merespons panggilan dari teman satu circlenya, Alankar menjedotkan kepala ke roda kemudi. Dari setengah jam yang lalu, dia sudah tiba di parkiran NALA. Akan tetapi, rasa malunya untuk turun terlalu besar.

Kesatu, insiden tawaran endorser NALA. Beberapa bulan yang lalu, Galiena selaku CEO NALA mengiriminya pesan terkait tawaran kerja sama. Bukannya segera menerima sebab merasa beruntung, dia malah sengaja membiarkan pesan Galiena tenggelam di antara pesan-pesan yang lain, berkedok dia kewalahan membalas pesan masuk mengingat manajernya tengah cuti.

Tidak cukup sampai sana. Galiena yang memang membutuhkan jawaban secepat mungkin, terpaksa mengirimi pesan kepada Alankar berulang kali. Hal itu membuat Alankar kesal dan berakhir membicarakan Galiena di live Instagramnya.

Kesalahan kedua, persoalan aksi protes yang dilakukan tiga hari lalu. Karena tidak terima hanya dia yang tidak lolos di antara teman satu circlenya, dia pun pergi ke NALA untuk memprotes. Sebenarnya rencana awalnya cukup memprotes kepada salah satu staff NALA, tapi dalam sekejap rencananya langsung berubah.

Dia tidak sengaja bertemu Diego, yang kemudian disusul Galiena. Sudah langsung protes kepada para atasan, tahu-tahu dia yang salah. Harus ditaruh di mana mukanya saat ini?

Layar ponselnya yang berkedip mengalihkan perhatiannya. Nama Lula kembali muncul di sana. Berhubung ini bukan panggilan pertama dari Lula, Alankar berdeham sebentar lalu menerima panggilan itu.

"Iya, Lul."

"Lo di mana, sih? Kita udah pada sampai, tahu. Berdiri lama di pintu masuk."

"Tahu, tuh. Emang gila. Ngaret di waktu genting kayak gini," timpal Almira.

Alankar bergeming, masih kebingungan apa yang harus dilakukan. Haruskah dia mundur beralasan perutnya mulas hingga dia tidak bisa mengikuti babak semifinal? Atau bertingkah seperti urat malunya telah putus kemudian mengikuti acara?

Alankar mengerang dalam hati. Namun, bagaimana cara dia membayar utang secepatnya jika dia memilih mundur? Persetan dengan urat malu, dia menjawab, "Bentar. Gue tadi ada panggilan alam, sekarang udah sampai di parkiran, kok."

"Yakin lo sampai di parkiran? Bukan sampai di kamar mandi?"

Sembari mematikan mesin mobil, Alankar menjawab, "Iya. Ini otw ke pintu masuk. Gue matiin teleponnya."

Begitu tiba di hadapan teman-temannya, Alankar tersenyum cengengesan. "Yuk."

"Bukannya minta maaf udah bikin kita nunggu lama, datang-datang langsung yuk. Emang lo," maki Gio lalu menoyor kepala Alankar.

Scent of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang