Bab Tiga Belas

199 35 6
                                    

Happy reading❤️

Selagi menunggu Diego, Galiena memutuskan untuk merapikan mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selagi menunggu Diego, Galiena memutuskan untuk merapikan mobil. Pandangannya menjelajah ke seisi mobil memastikan tidak ada kotoran yang tertinggal di satu sudut pun.

Mendengar suara ketukan dari samping, Galiena lantas menoleh dan menurunkan kaca. "Langsung masuk aja, Go."

"Ehm," Diego berucap sembari menggaruk tengkuknya, "Saya duduk di mana, Bu? Di belakang atau di samping ibu?"

Galiena terkekeh pelan melihat wajah canggung Diego. Meski demikian, ia maklum. Sebab ini pertama kalinya mereka pergi bersama tanpa embel-embel pekerjaan. "Kalau duduk di belakang, berarti saya supir kamu, dong?"

"Eh bukan gitu, Bu. Maksud saya—"

"Saya bercanda. Senyamannya kamu aja, Go."

Diego mengangguk sebelum membuka pintu samping kemudi. Dia merasa tidak sopan jika membiarkan Galiena duduk sendirian di depan. Wangi stroberi sontak menyeruak ke indra penciumannya.

"Berangkat?" tanya Galiena begitu Diego selesai mengenakan sabuk pengaman.

"Iya, Bu."

Selama mobil porsche putih tersebut melaju membelah kerumunan kota, bibir keduanya terkatup rapat. Ingin terlibat dalam sebuah percakapan agar perjalanan mereka tidak terasa sunyi. Namun, bingung harus membahas apa. Pasalnya setiap kali mereka bertemu, topik yang akan mereka bicarakan adalah pekerjaan.

Merasa tidak nyaman dengan keheningan tersebut, Diego berdeham lalu bertanya, "Saya boleh nyalain radio, Bu?"

"Oh iya, boleh."

Mendapat persetujuan dari Galiena, Diego pun menekan tombol guna menyalakan radio. Dalam
sekejap, keheningan yang tercipta di antara mereka diisi oleh suara merdu milik Budi Doremi.

Aku mengerti
Perjalanan hidup yang kini kau lalui
Ku berharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri
-Melukis Senja, Budi Doremi-

Baik Galiena ataupun Diego, keduanya tampak menikmati lantunan lagu tersebut. Bahkan sesekali, Galiena bersenandung kecil. Ingin menyanyikan lagu secara utuh, tapi ia merasa malu mengingat keberadaan Diego.

"Bu Galie tahu lagu itu?" tanya Diego begitu mendengar senandung kecil Galiena.

Galiena menoleh sekilas sebelum berucap, "Bisa dibilang lagu favorit?"

"Wow, ternyata kita punya kesamaan," ujar Diego takjub.

"Kamu juga suka?"

"Iya. Hampir setiap hari saya dengerin lagunya."

Berkat menemukan kecocokan satu sama lain, kecanggungan yang semula menyelimuti mereka perlahan memudar secara sendirinya. Bahkan saking serunya mengobrol, Galiena sampai tidak sadar bahwa ia telah melewati bangunan megah itu.

Scent of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang