People-14.

81 41 107
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Jaevatio udah diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya dan meninggalkan rumah sakit. Ya walaupun sempat dilarang oleh Artsa. Kata dokternya luka yang ada di perut miliknya udah lumayan kering.

Mendengar kata dokter dia langsung senang tapi si Artsa ini malah memaksanya buat tetap di rumah sakit, saking khawatirnya kali ya. Tapi karena dia gak suka bau obat, makanya dia agak memaksa Artsa buat mengizinkan dirinya untuk pulang.

Untung aja, si Artsa ini mengizinkannya.

Sampai di kost, Jaevatio langsung membuka pintunya dengan kunci yang dia dapatkan dari Artsa. Kunci yang satu lagi dipegang oleh antara Vikent sama Chenlio.

Pemandangan gelap di retina matanya saat membuka pintu kost. Jaevatio langsung menyalakan lampu kost. Jaevatio mengernyit, ini gak ada orang atau gimana? Ac-nya juga gak dimatiin.

"Ac-nya kenapa gak dimatiin anjir, boros-borosin listrik aja."Monolog Jaevatio seraya mematikan AC yang masih menyala ini.

Jaevatio menuju kamar Chenlio, soalnya ada yang mau diperbincangkan oleh mereka berdua. Enggak sih, lebih tepatnya Jaevatio mau bertanya sesuatu ke Chenlio.

"YUHUUU CHENLIO SAYANG."Teriak Jaevatio seraya membuka pintu kamar Chenlio.

Jaevatio mengerjapkan matanya. Loh kosong.

Dia langsung mengecek jam dinding, pukul 16.47. Masih pukul 16.47 dan perasaan Chenlio ada jadwal kuliahnya nanti malam? Terus, Chenlio ini kemana? Pikir Jaevatio kebingungan.

Kalau si Vikent sih, dia udah tau. Vikent lagi menghandle cafe. Tapi setidaknya, Chenlio masih ada di kost karena belum pergi ke kampus.

Jaevatio menuju ke dapur, lalu membuka laci yang dimana ada makanan ringannya. Jaevatio mengambilnya satu, Jaevatio mengambil soda yang ada di kulkas. Setelah itu dia langsung berjalan ke kamarnya untuk rebahan sambil bermain game di ponselnya.

Gak apa-apa deh, gak ada Vikent dan Chenlio di sini. Enak jadinya, gak ada yang mengomel atau marah-marah yang bikin telinganya sakit.

Jaevatio menatap kamarnya yang sedikit berantakan (read: berantakan banget) itu berdecak malas. Jaevatio memilih buat rebahan dan bermain game yang ada di ponselnya tanpa memikirkan kamar yang udah berantakan.

Nanti Jaevatio bakal beres-beres kamarnya kok.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Kalau dia lagi gak malas dan ingat.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

"Art."

"Hm."Sahut Artsa dengan gumaman. Pulangnya Jaevatio membuat suasana ruangan ini agak canggung. Arasta gak suka suasana canggung.

[1] People. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang