People-12.

58 44 158
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

"Main truth or dare yuk?"Ucap Vikent yang berusaha mencairkan suasana canggung ini.

Arasta tadi mengkhawatirkan Artsa yang bersama Damian, apalagi kalau tentang masalah ibunya. Arasta takut Artsa menyakiti Damian. Arasta gak mau ya adik yang beda hanya tiga menit itu sifatnya menjadi kasar.

Arasta bernapas lega saat Artsa balik ke ruang rawat inap yang ditempati oleh Jaevatio beserta Arasta. Tapi yang membuat Arasta gak tenang lagi, Artsa balik ke ruang rawat inap dengan wajah gak ada ekspresi.

Suasana yang ada di ruang rawat inap menjadi canggung karena aura yang dikeluarkan oleh Artsa saat ini. Arasta lagi melihat Artsa, Artsa lagi membaca buku dengan muka datarnya, Jaevatio lagi memakan buburnya dibantu Teguh.

Sedangkan Chenlio memilih gak peduli dan memainkan ponselnya membuat Vikent kikuk sendirian beserta gak enak dengan suasana canggung saat ini.

Vikent menyenggol Chenlio. "Chen, bantuin gue mencairkan suasana canggung ini napa."Bisiknya.

Chenlio melirik kearah Vikent dan mengendikan bahunya acuh, membuat Vikent terus menerus menganggu pemuda berambut cokelat tua itu.

Chenlio memutarkan bola matanya karena merasa terganggu. "Coba deh, lo ceritain sebuah cerita yang menurut lo menarik. Gue lagi males main game soalnya."

Vikent mengusap dagunya. "Emm.. Cerita ya."

Chenlio mengangguk.

"Pada suatu hari, ada sebuah keluarga yang penuh dengan tentram, kebahagiaan, dan canda tawa. Orang tua yang memiliki dua anak yang masih kecil banget. Anak pertama yang berumur lima tahun, sedangkan anak kedua yang berumur satu tahun."

Arasta dan Jaevatio mendengarkan ceritanya Vikent karena merasa tertarik. Artsa mukanya kayak gak kelihatan peduli tetapi dia ini masih mendengarkan karena merasa penasaran. Teguh yang habis membantu Jaevatio langsung ketiduran.

"Namun ada suatu kejadian yang luar biasa terjadi, yang membuat kedua anak itu kehilangan orang tuanya."

"Rumah mereka kebakaran. Anak pertama yang lagi menyelamatkan adiknya yang polos itu."

"Kakaknya yang lagi mencari bantuan dengan adik yang ada di gendongannya. Tapi percuma. Lagipula siapa yang mau membantu pada keluarga miskin? Orang kaya saat itu hanya gak peduli dan acuh terhadap sekitarnya. Rasa simpati juga gak ada."

"Beda banget sama sekarang, yang gak memandang kasta sama sekali. Walaupun masih ada beberapa orang yang memandang kasta kayak gitu."

"Anak pertama ini dengan pasrah menjauh dari rumahnya, mereka berdua gak sempat mengecek keadaan orang tua yang masih terjebak di dalam rumah karena itu terlalu berbahaya. Apalagi mereka saat itu masih kecil banget."

"Anak pertama yang berusaha untuk melindungi adiknya dan mempertahankan hidup dirinya beserta adiknya harus berpindah tempat terus kayak masa zaman prasejarah. Beda dengan masa zaman prasejarah yang berpindah tempat untuk mempertahankan hidup karena kondisi bumi yang masih gak stabil, mereka berdua berpindah tempat karena diusir. Dengan bahasa kasarnya, mereka jadi gelandangan."

Ini perasaan Chenlio aja apa emang mukanya Vikent kayak lagi menahan tangisnya?

"Tapi untungnya, ada orang baik yang merupakan petani di pedesaan itu yang mau membantu mereka berdua untuk mengantarkan mereka ke panti asuhan. Walaupun anak pertama masih cadel buat bicara dan kurang jelas, petani ini bisa memahami apa yang dibilang anak pertama. Panti asuhan itu menerima mereka dengan senang hati."

[1] People. ✓Where stories live. Discover now