BAB 3. The Deepest Ocean

27 9 6
                                    


"Seudah diskusi sama pembimbing, maneh sehat Din?" ucap Rani mendelik tajam pada Dinara yang sedari tadi membolak balik selembar kertas yang diberikan Christin. Ia sama sekali tak bersuara semenjak sepuluh menit yang lalu Rani duduk di hadapannya.

"Din!" teriak Rani membuat beberapa orang yang ada di Foodcourt menoleh dan ikut memperhatikan mereka. Sementara yang dipanggil masih memutar-mutar kertas di tangannya.

Hani dan Riska saling pandang kemudian angkat bicara berbarengan sambil menangkupkan tangannya di wajah Dinara "Hey Din!"

"Oh... gimana...gimana? Kalian tadi ngobrolin apa?"

"Belum ih! Maneh ngelamun terus, punya banyak hutang maneh?" ucap Rani kesal. Dinara hanya meringis kemudian mencoba mengalihkan pandangan dan topiknya pada kedatangan Eko dan Abizhar. Dinara melambai dengan semangat membuat Rani memutar bola matanya, malas jika Dinara sudah mengalihkan fokusnya.

"Urang mau cerita, kalian tahu ngga?" ucap Rani pelan. Ini adalah ciri khas Rani ketika mulai membicarakan orang. Semakin pelan suaranya berarti semakin menggemparkan topik berita yang akan dibicarakan.

Abizhar terkikik melihat ekspresi Rani yang menatap Riska, Hani, Dinara, Eko dan dirinya dengan intens satu persatu dengan sorot mata serius yang seolah bicara "Tolong kalian jangan kasih tahu orang lain, tapi kalau keceplosan ngga apa-apa kok"

"Bentar... bentar ini kita mau ngegosip?" tanya Abizhar sambil masih terkikik sedikit geli juga. Dia bukan tipe laki-laki penggila gosip seperti Eko.

Dinara berbisik pada Abizhar yang duduk di sebelahnya, "Kalau maneh ngga kuat sama topik obrolan ini, maneh bisa cari meja lain Zhar" Dinara tersenyum lebar membuat Abizhar kembali mengangkat piring nasi gorengnya.

"Ih mau kemana Zhar, kenapa ngga makan bareng-bareng di sini sih? Janji deh ngga akan gosip. Urang cuma mau bilang kalian tahu ngga Alina udah hamil 2 bulan sama Tama? Iya... iya deh kita ganti topik aja" pinta Rani membuat Abizhar kembali duduk.

"Sumpah maneh Ran? Tahu darimana?" tanya Eko penasaran membuat Riska dan Hani ikut fokus memperhatikan Rani.

"Iya anak-anak manajemen pada ngomongin. Terus katanya ibunya Alina juga dulu emang pelakor hamil di luar nikah juga"

"Tuh kan Din rongsokan kaya Tama tuh emang wajib dibuang cari yang baru" imbuh Riska. Sementara Dinara tak peduli ia sibuk mengaduk-aduk mie ayamnya yang sudah terlanjur dingin.

"Kok bisa sih maneh diselingkuhin 1,5 tahun ngga ketahuan Din? Sejago itu Tama nyembunyiin? Urang harus belajar sih sama dia gimana caranya jadi fucek boy hehehe" celetuk Eko sambil terkekeh disusul cubitan kuat dari Rani. Sementara Hani dan Abizhar hanya menyimak obrolan mereka yang suaranya semakin kecil.

"Tapi kalian sadar ngga sih point pentingnya itu buah jatuh ngga jauh dari pohonnya?" ucap Rani sambil memicingkan mata membuat Dinara meremas kertas yang ada di tangannya.

"Ya iyalah anaknya jadi pelakor orang emaknya juga pelakor. Ya pasti diajarin gimana caranya ngegoda pacar atau suami orang ngga sih? Hina banget ngga sih? Pasti tuh butuh duitnya ju..." belum sempat Rani menyelesaikan ucapannya, Dinara menggebrak meja menarik Rani keluar foodcourt dengan sekali sentakan, membuat Rani ikut berlari sempoyongan mengimbangi langkah kaki Dinara. Hani dan Riska saling tatap kemudian ikut berlari menyusul Dinara.

"Ih sakit tahu Din! Kenapa sih main tarik aja ngomong bisa kan?" teriak Rani sepanjang jalan menuju fakultas bisnis dan ekonomi. Puluhan pasang mata menyaksikan mereka.

Weak TiesWhere stories live. Discover now