28. Lagi-Lagi Tamu Tak Diundang.

2.2K 377 19
                                    

CW, TW // MENTION OF VIOLENCE, BLOOD, TOXIC PARENT, DADDY ISSUES.

(Haidar debat sama bapaknya. Jadi kalau ada yang ga nyaman bisa langsung skip aja sampai pembatas kedua.)

Kaki Haidar lemas, dia bahkan hampir oleng saat turun dari motor

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Kaki Haidar lemas, dia bahkan hampir oleng saat turun dari motor. Pemandangan di depan sana jelas tidak bagus. Seorang pria yang sangat ia kenali duduk di teras, menatap lurus ke arahnya. Haidar menghadap Rian untuk mengucapkan terima kasih, berharap si kakak kelas segera pergi.

Namun Rian malah bertanya, "itu siapa?" pemuda tampan itu berbisik setelah membuka helm.

Haidar cemas, wajahnya memucat dan keringat dingin mulai bermunculan seiring detak jantung yang meningkat. Hal itu ditangkap oleh mata Rian.

"Kenapa, dek?" tanyanya lagi, masih berbisik.

Haidar mengatur nafas sebentar, "itu Papa."

"Oohh." Rian segera turun dari motor. Ia berjalan masuk untuk menyapa pria yang terlihat lumayan berumur tengah duduk di kursi yang berada di teras.

"Selamat sore, Om. Saya temannya Haidar." Dia sedikit membungkuk dan mengulurkan tangan.

Haidar masih diam di tempat. Cemas jika sang Papa marah dan malah membentak Rian. Namun pria itu tersenyum lalu berdiri, dia biarkan Rian menyalami tangannya.

"Sore juga, terima kasih karena sudah mengantar pulang Haidar. Pasti kamu kerepotan." Papa berujar setelah melepas salaman.

"Tidak merepotkan kok, Om. Lagian rumah saya di dekat sini." Rian kembali menegakkan tubuh, tetap dengan gestur yang sopan.

Papa mempersilahkan Rian untuk duduk terlebih dahulu, namun hal itu ditolak oleh yang bersangkutan. "Maaf, Om. Tapi saya mau langsung pulang aja. Bunda sudah nungguin di rumah."

Haidar pelan-pelan melangkah masuk ke dalam perkarangan. Mengalihkan pandang saat sang Papa melihat ke arahnya. Ia yakin, setelah Rian pergi dia pasti akan dimarahi habis-habisan.

"Ohhh, gitu. Ya sudah, kamu hati-hati di jalan."

"Iya, Om. Saya pamit." Rian berbalik, matanya langsung menangkap sosok Haidar yang sedikit menunduk berdiri di belakangnya. "Haidar, abang pulang dulu, ya."

Haidar mengangguk, "iya." Ia biarkan sang kakak kelas berjalan keluar perkarangan, kembali naik ke atas motor dan memakai helm.

Setelah Rian pergi menjauh dengan motornya, keringat dingin kembali bercucuran dari dahi Haidar.

"Jadi kamu tinggal disini?"

Haidar menoleh cepat ke arah sang Papa, ekspresi pria itu berubah drastis. Kini tidak ada senyuman lagi yang terpajang, auranya juga lebih mengintimidasi.

"Iya."

"Padahal Papa sudah membelikanmu tempat yang bagus. Tempat yang lebih pantas untuk kamu tinggali. Terus ternyata selama ini kamu tidak masuk ke sekolah yang Papa pilih?"

BANG RIAN [renhyuck]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora