10. Pulang Sama Siapa?

3.1K 489 47
                                    

"Dar, lo yakin ga mau ikut?" Farel sekali lagi bertanya pada Haidar yang berjalan di sebelahnya. Orang yang ditanyai menggeleng, tanda tetap menolak.

Beberapa saat lalu, Hanan dan Farel berencana pergi ke toko buku, karena Hanan butuh membeli seri baru dari novel kesukaannya. Sedangkan Farel memang sedang bosan berada di rumah. Masa bodoh dengan telapak kakinya yang masih sakit kalau berjalan.

"Udah dibilang, ongkos gue pas-pasan. Lagian gue males." Lanjut Haidar.

Mereka bertiga; Hanan, Farel, Haidar jalan beriringan di lorong. Niatnya mau langsung ke arah gerbang. Lorong kelas masih lumayan ramai dengan siswa-siswi yang baru keluar. Beberapa terlihat masih sibuk membersihkan kelas, karena bel pulang yang baru berbunyi beberapa menit lalu.

Pundak Farel nampak merosot lesu, dia menghela nafas kecewa sambil menyenggol Hanan yang berjalan di sebelah kiri.

Hanan yang tidak siap dengan dorongan tentunya terhuyung, namun tidak sampai jatuh. Dia balas menyenggol Farel, dan pemuda blasteran itu sengaja menjatuhkan diri untuk menyenggol Haidar.

"Kenapa, sih? Jalan yang bener." Haidar yang menabrak dinding lorong berujar kesal pada Farel yang kini berlari kabur. Haidar langsung mengejar si freckless untuk menarik kerah bagian belakangnya.

"Huek~ anjing. Kecekek!" Farel melangkah mundur sambil memukul-mukul tangan Haidar yang semakin menarik kerahnya.

Haidar melepas kerah Farel saat Hanan menahan lengannya sambil berkata, "udah udah, ntar dia mati."

Tentunya Farel melotot sehabis mendengar kalimat kejam dari mulut si tupai. "Oh, jadi gitu sifat asli lo." Dia menggulung lengan baju seperti hendak mengajak Hanan baku hantam setelah kerahnya tidak lagi ditarik.

Hanan ikut melakukan gerakan yang sama, bahkan memasang kuda-kuda. Kini giliran Haidar yang menahan lengan Hanan. "Udah udah, ntar dia mati." katanya sambil terkekeh.

Hanan tertawa. Rasanya lucu saat kalimat sendiri dilontarkan oleh orang lain. Dia menurut setelah melihat Farel sudah menghadap tembok untuk menempelkan jidat di permurkaan datar tersebut, merajuk.

Haidar menarik lengan Hanan untuk lanjut melangkah. Setelah sampai di luar area lorong kelas, berdekatan dengan parkiran motor. Farel berlari ke arah dua pemuda itu, lalu merangkul pundak mereka. Haidar berdecak sebal saat merasa satu pundaknya memberat, sedangkan Hanan hanya bersorak heboh.

"Eh, Dar." Farel menepuk-nepuk pundak Haidar. "Mending lo pulang sama Bang Rian, deh. Tadi pagi gue lihat doi bawa motor."

Haidar hendak menggeleng, namun suara Hanan lebih dulu mengambil fokusnya. "Buset, Farel. Sebenarnya yang suka sama Bang Rian tu elo apa Haidar? Lo lebih update tentang Bang Rian dibanding Haidar, hahaha."

Farel ikut tertawa. "Kebetulan doang. Lagian best friend kita ini ga berani maju duluan, jadi mending didorong."

Tangan Farel yang masih berada di pundak Haidar menunjuk ke satu titik. "Tuh, si ganteng idaman lo." katanya. Setelah berucap begitu, si bule australia bertubuh mungil tadi berlari ke arah Rian yang tengah mengambil helm di spion motor.

Hanan ikut berjalan ke arah yang dituju Farel, sedangkan Haidar menggaruk kepala setelah gagal menahan Hanan yang melangkah. Terpaksa ia mengikuti dua temannya.

"Bang Rian." Farel langsung menyapa setelah sampai di belakang motor Rian.

Membuat pemuda yang lebih tua menoleh. "Iya, kenapa, Dek?" Rian bertanya sambil memakai helm.

"Pulang sama siapa?"

"Kebetulan hari ini sendirian."

Senyum Farel semakin lebar. "Boleh minta tolong buat ngantar Haidar pulang, ga? Dia rumahnya searah sama abang."

BANG RIAN [renhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang