15. Kirim Salam.

2.7K 446 20
                                    

Haidar pikir, setelah Jordan izin pergi main sehabis menjemputnya dari sekolah dia bisa tenang bermain catur di rumah Hanan. Pemuda itu sudah mengunci pintu kamar, memakai sendal yang berada di sebelah pintu lalu melangkah menuju pagar.

Bertepatan setelah Haidar membuka pagar kost-an, satu motor mendadak datang dari sebelah kanan. Si pemilik melempar senyum.

"Surprise!" Farel bersorak sambil memasukkan motornya ke dalam perkarangan kost. Dia turun sambil membawa dua kantong plastik yang tergantung di motor.

"Lo ngapain disini?" Haidar kembali menutup pagar, batal sudah rencana main ke rumah Hanan.

Farel terkekeh, dia ambil satu minuman kaleng bersoda yang ada di dalam plastik lalu memberikannya ke Haidar. "Ya pergi mainlah kawan, masa jual diri."

Haidar menerima soda yang disodorkan Farel. Dia usap permurkaan kaleng berembun itu sebentar, lalu mendongak untuk kembali melihat temannya. "Tapi kan itu kegiatan lo tiap malming." Selanjutnya Haidar terkekeh melihat Farel tertawa.

"Jangan buka aib, dong. Hahaha."

Haidar ikut tertawa, lalu dia mengode Farel untuk ikut masuk ke dalam. Si bule pun mengikuti sambil menenteng kantong plastik tadi. Dia duduk di lantai kamar Haidar, lalu mengeluarkan makanan ringan juga minuman dingin dari plastik.

Haidar mengirim pesan pada Hanan untuk datang ke kost-an karena ada Farel disini. Setelah itu duduk di hadapan pemuda blasteran.

Farel membuka satu botol soda. "Gue bosen banget di rumah. Mau masak, tapi bahan makanan belum dibeli. Bahan terakhir kemarin udah dipake untuk buat brownies pesanan Bang Rian." Farel meneguk beberapa kali soda yang di dalam kaleng.

"Tadi kenapa ga lo aja yang ngasih ke kelasnya, sih?" Farel lanjut bertanya.

"Lah? Kan bukan gue yang jualan. Lagian udah untung gue temenin nganter brownies." Haidar menjawab sambil ikut minum soda yang ada di tangan. Farel bergumam.

Selang beberapa detik mereka terdiam. Hanan datang sambil membawa papan catur, dan itu sukses membuat Farel tertawa.

"Lo ngapain bawa catur, anjir?" Farel meraih papan yang ada di tangan Hanan.

"Ga tau, kepikiran buat bawa aja. Mau main ga?" Hanan mengambil posisi duduk di sebelah Haidar yang kini bersandar di kaki ranjang.

Farel membuka papan catur tadi, mengeluarkan semua bidak. "Ayo aja, gue udah lama ga main." Dia susun anak-anak catur itu di atas papan. Memposisikan papan berada di tengah-tengah mereka setelah menggeser jajanan.

Hanan bergeser maju, lalu ikut menyusun bidak catur miliknya. Haidar mengambil satu bungkus cheetos. Mereka diam selama beberapa menit.

"Oh iya, Dar. Rencananya kapan lo mau jadian sama Bang Rian?" Farel berucap sambil memajukan satu pion. Matanya melirik Haidar yang tengah mengunyah cheetos.

"Gimana mau jadian, kalau orangnya aja ga berani maju." Hanan merespon kalimat Farel, dia mengambil kuda untuk maju lebih dulu.

"Diam deh kalian, gue kan cuman pengagum rahasia."

Hanan menggeleng. Tidak habis pikir dengan pendirian Haidar yang ternyata bikin sakit kepala. "Padahal lo udah didorong sama Farel, terus banyak kesempatan juga buat ngedeketin Bang Rian."

Farel sendiri terkekeh, "Yaelaah, pengagum rahasia bukan berarti ga ngasih jejak atau petunjuk ke doi kalau mereka tuh ada."

"Nah! Bener. Misal kaya ngasih surat atau hadiah yang sifatnya anonym ke Bang Rian. Biar doi kepo juga, terus nyari tahu tentang lo." Hanan mengamini ucapan Farel. Dua orang itu beradu tos, lalu Hanan lanjut mengambil pion untuk dijalankan.

BANG RIAN [renhyuck]Kde žijí příběhy. Začni objevovat