15.

28.4K 2.2K 33
                                    

I hope you enjoy your reading🤗
.
.
.
.
.

Bagaimana rasanya jika kehilangan sebuah genggaman tangan yang seharusnya dirasakan saat kita butuh pertolongan mereka untuk tumbuh?

merasa sendirian, takut, cemas, kehilangan arah dan ragu untuk melangkah. Dan itulah yang dirasakan Aruna selama 2 tahun terakhir.

Ia takut akan tersakiti, takut akan hancur, kebingungan dan takut untuk mengambil langkah karena tak ada yang menggenggam tangannya sambil menuntunnya kepada jalan yang baik.

Namun dibalik keburukan itu semua pasti ada kebaikannya bukan. Karena tak ada yang membantunya tumbuh, bukankah itu akan membuat dia tumbuh lebih dewasa sebelum waktunya, waktu kedewasaannya lebih cepat dari orang lain, dan ia pun akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat bukan.

Tapi,

apakah benar itu hal yang baik?

Disinilah dia sekarang, mall yang cukup besar dan lumayan terkenal di kotanya sendirian. Niatnya ia ingin membelikan kado sambil untuk bunda nya yang sebentar lagi akan berulang tahun dan mungkin untuk cuci mata juga. Jadilah ia memilih berangkat sendiri. Entahlah anehnya hari ini ia ingin sendirian tanpa kedua temannya.

Rencana nya untuk menjernihkan pikiran malah menjadi kebalikannya. Pikirannya menjadi semakin rumit dan emosinya naik saat tak sengaja berpapasan dengan pasangan suami istri dengan perbedaan usia terpaut jauh.

Sialnya si istri malah memanggilnya, jadilah ia disini berhadapan dengan mantan ayahnya dan mantan wanita yang dulu sudah ia anggap menjadi kakaknya.

“Run kakak gak nyangka kita bisa ketemu disini” Kaila tersenyum manis menatap gadis yang dulu sudah ia anggap menjadi adiknya. Tidak, sampai sekarang pun ia masih menganggap Arunna sebagai adiknya. Lucu bukan.

“Punya kaca gak di rumah? Apa perlu gue beliin? Sadar diri dong lo itu bukan kakak gue!” sinis Aruna.

“ Aruna omongan kamu, ayah gak pernah ngajarin kamu ngomong kasar dan gak hormat kayak gitu yah” tegur si ayah, sedangkan Aruna hanya terkekeh saat mendengar ucapan ayahnya yang menurutnya lucu.

“Ayah? Gue gak punya ayah tuh" Aruna menatap sinis pria paruh baya yang sudah tak ia anggap lagi sebagai ayahnya.

“Apa maksud kamu?”

“Bokap gue pergi, lebih milih jalang sialan daripada kel__

PLAK!!!!!

Suara tamparan itu menggema di mall tersebut, beberapa pengunjung mulai memperhatikan mereka bertiga. Ia tak habis pikir ayah nya lebih memilih wanita sundal itu.

Gadis itu tertawa miris, Hatinya hancur, hatinya sakit, semuanya tampak lucu dimatanya. Ayahnya yang lembut kini sudah mulai bermain tangan.

Dia memandang sepasang suami istri itu lekat. Tatapan terlukanya bisa ditangkap oleh si ayah. Tubuh Bayu menegang melihat tatapan kecewa putrinya, rasa bersalah menjalari hatinya.

“Mas, jangan main pukul aku gak apa apa, Aruna bener dan aku yang salah” ucap Kaila lembut. Ya ampun ingin sekali Aruna tertawa mendengar kalimat tersebut. Lagi lagi perempuan itu membuat dirinya seperti orang jahat.

Ingin sekali ia menjambak dan memukul perempuan tak tau diri itu, namun dia cukup sadar walau bagaimanapun juga tak boleh menggunakan kekerasan.

“ Runa ayah__

BUKKKK!!

Belum sempat si ayah menyelesaikan ucapannya, sebuah pukulan tiba tiba mendarat di wajah yang mulai keriput itu, seorang pemuda entah dari mana datang memukulnya.

I AM NOT HER (end)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt