Prolog

4 3 0
                                    

  "Kok, sepatu gue hilang sebelah, sih?!"

Teriakan itu berasal dari Widia, gadis berambut panjang dan sedikit kelakian itu berdecak terus menerus.

  "Lo ga ingat naruh, kali," sahut Gauri, sambil memasangkan sepatu di kakinya.

  "Ga! Gue gak mungkin lupa. Tadi gue taroh disini!" Widia bersikukuh. Ia sangat yakin, tadi saat ingin memasuki rumah Gauri. Widia melepaskan sepatunya bersama teman.

  "Anj, sepatu gue juga hilang!!" teriak Mentari. Matanya memperhatikan sekeliling. Oke, ini tidak beres. Mereka beradu pandang saat gedoran gerbang memekikkan telinga.

Dengan langkah cepat lima gadis itu keluar. Salah satu gerombolan lelaki menaikkan sesuatu yang sangat mereka kenali. Sepatu milik Mentari dan Widia.

  "Mau sepatunya, gak?" tanya Vana cengengesan.

Widuri berdecak, "Gak usah basa-basi, balikin sepatu kita gak?!"

  "Gak semudah itu ferguso!" Di iringi tawa meledek, Adista Ezra, Vana Cris, Agam Bramatyo, Genta Martin dan terakhir Putra Patrick–Utta, berlari menjauh.

  "Woi siluman ular, jangan kabur lo?!" Seru Mentari.

Selamat menikmati 🐊🦋

Cro&ButtΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα