Missing Control • 15

Começar do início
                                        

Contohnya, Yuri sama White.

Ditengah acara perbincangan mereka, seseorang masuk ke lighthouse Aguero. Laki laki berambut biru, senada dengan Aguero, hanya saja tidak terlalu panjang.

"Sudah selesai, adikku?"

Aguero menatap datar saudara beda ibunya itu, Khun Hatzling.

"Kenapa repot repot kemari?"

"Ya, aku diajak Yuri, kebetulan aku tau si Pijakan Maria ada di sini juga. Jadi aku menemuimu. Kita pindah tempat saja bagaimana?"

Aguero hanya diam dan menggerakkan lighthouse nya ke tempat sepi. Dia berhenti di tanah lapang yang sedikit berhiaskan tanaman hijau dan bebatuan. Hatzling duduk di salah satu batu seraya memainkan nintedonya.

"Ya seperti yang kukatakan, aku kemari hanya ingin melihatmu." alis Aguero berkedut, diam diam tangannya hendak mengambil pisau milikknya. Tapi Hatzling menghentikan pergerakannya.

"Hentikan saja niatmu. Kau tidak akan bisa membunuhku."

Aguero mengeluarkan tangannya lagi. "Jadi, ada urusan apa sampai putra keluarga khun lain menghampiri ku?"

Hatzling melompat turun dari batu yang di duduki lalu mendekati Aguero tepat di telinganya dan berbisik.

"Mau ku bantu ke tempat Maria?" Aguero tersentak sementara Hatzling tersenyum sambil menutup matanya. "Kalau kau mau, aku akan menunjukkan jalan ke sana."

"Kenapa?!"

"Ya, karena membuat keluarga Khun geram itu, kesenangan tersendiri. Lagipula, aku juga buangan kok." Hatzling berkata dengan sangat enteng seraya berbalik menghadap adikknya. Setelah menatapi Aguero sesaat, ia mengulurkan tangannya.

"Kau mau?"

Aguero diam sejenak, sebelum tangannya bergerak menepis tangan Hatzling cukup keras.

Plak!

"Tujuanku menaiki menara, bukan untuk menemui Maria." jawabnya tegas. Hatzling terkekeh. "Apa? Kau ingin jadi Kepala Keluarga Khun, 'kan?"

"Aku ingin lebih dari itu."

"Untuk ukuran orang yang takut mengayunkan pisaunya kepadaku, tekadmu besar juga." Hatzling terdengar sedikit meremehkan Aguero. "Tapi... "

Segera dia melompat mundur ketika seseorang mengayunkan pedang ke arahnya. Sosok pelaku -Hatz- mengarahkan kembali katananya ke arah Hatzling.

"Sepertinya kau memiliki banyak teman baik... Ya?"

"Baiklah. Berjuanglah, adikku." setelah mengatakannya, Hatzling pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi.

"Tidak apa kah kita biarkan dia pergi?" tanya Hatz

"Kenapa kau menolongku?"

Hatz menengkus. "Apa kau tipe orang yang beristirahat ketika temanmu bersenang senang?"

"Lagipula, kalau aku membiarkanmu mati, aku tak akan mempunyai wajah untuk bertemu dengan dia."

•  •  •

(Siapkan suara untuk mengumpati desuatu di ending.)

Pergi ke sisi Bam, kelopak pertama bunga telah terbuka, jadi Bam dan Rachel tau ujian ini akan segera selesai.

"Ujiannya hampir selesai." ucap Bam senang. Rachel hanya tersenyum lembut. //hoek//

"Mari bertahan sebentar lagi!"

"Kau benar."

Ditengah kebahagiaan, seekor banteng kiriman Ren sebelum tewas telah tiba. Dengan rahangnya, ia merusak tempat Bam dan Rachel berdiri. Tentu itu membuat getaran yang mengejutkan.

"Banteng?!" seru Rachel terkejut.

Banteng itu berputar laku menyerang Bam lagi. Serangannya cukup kuat sampai dahi juga lengan Bam terluka. Darah mengotori pakaian bam dan wajahnya.

Meski kewalahan, Bam terus berusaha mengumpulkan shinsu sebesar mungkin untuk mengalahkam monster itu.

Demi Rachel.

Tanpa takut, Bam melompat masuk ke mulut Banteng dan membiarkan makhluk itu melahapnya. Rachel membeku ketika Banteng itu mundur dan tak lagi menyerang. Hanya berputar putar di dekatnya.

Tidak ada pergerakan lain dari Banteng tersebut. Sampai akhirnya badan si Banteng membesar seperti balon dan meledak. Tubuhnya terpotong potong menjadi banyak bagian yang tercecer di dalam air. Darahnya juga ikut mengotori pemandangan.

Bam berhasil selamat dan terlempar kembali ke dalam bola. Rachel dengan sigap menolongnya.

"Bam. Kamu berhasil!" ucapnya. Bam membuka sebelah mata, dan tersenyum.

Kelopak terakhir terbuka, cahaya kekuningan menyinarinbagian dalam air itu, termasuk Bam dan Rachel.

"Semuanya selesai! Setelah ini, mari kita daki menara bersama sama, Rachel." Bam berucap sambil tersenyum. Ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Rachel.

Rachel juga mengulurkan tangannya, namun dengan artian lain...

Swing!!

"E-eh?!"

Bam terlempar keluar bola.

"Rachel?"

(Puter aja bestie, biar nge-feel)

•  •  •

Bam semakin tenggelam ke dasar sementara Rachel tiba di final ujian.

Aguero dan Hatz mendengar pengumuman ujian berakhir pun kembali ke tempat berkumpul.

Yuri dan Kurdan segera keluar dari area ujian.

Di lapangan, Aeden, Aven, Rak, Paracule dan Alexay mendekat ke arah bunga terlebih dahulu disusul anggota tim yang lain.

"Demi apa, gue benci scene ini... " bisik Aven kepada Aeden.

"Ga lu doang, gue, Aria ama para readers juga." balas Aeden berbisik.

"Entar yang nonjok Rachel siapa?" tanya Aven. "Readers biar puas."

"Aria aja dah. Entar kan ada scene Rachel ketawa sikopat, tampar aja pipinya ampe bengkak."

"Nice."

"Maap telat."

•  •  •

Missing Control • TOG FanfictionOnde histórias criam vida. Descubra agora