CHAPTER 18

5.7K 191 27
                                    


Doyoung menatap wanita di hadapannya dengan malas. Sudah sekitar 6 jam berlalu tetapi wanita yang dipanggil Jasmine itu masih belum sadar.

Hari semakin malam, Doyoung berdecak kesal dan berniat untuk kembali ke kamarnya.

Belum sempat ia berjalan keluar dari kamar itu, sesosok pria menghalangi jalannya.

"Siapa dia?" Tanya pria itu datar, tatapannya memandang wanita dibalik tubuh Doyoung yang tertidur di kasur.

"Bukan urusanmu, kau diam disini. Jika dia sudah sadar panggil aku." Doyoung membalas dengan dingin sambil berjalan dan menabrak bahu pria yang menghalanginya.

Tangan pria itu mengepal keras. Hatinya merasa jengkel dengan prilaku kakaknya, Doyoung.
Ekspresi Doyoung yang begitu serius dan terlihat kesal membuatnya tidak berani membantah.

Dengan kepala yang masih penuh dengan pertanyaan, pria itu duduk pada sebuah sofa yang ada di depan tempat tidur. Tubuhnya menghadap ke televisi,  membelakangi tempat tidur.

Dilepaskannya jaket hitam kulit miliknya, dan diletakkan di sisi sofa yang kosong. Tangannya memijit pelipisnya pelan. Ia bahkan belum mengganti seragam sekolahnya.

Dengan malas dirinya kembali berdiri,  melepas seragamdan menyisakan kaos hitam dalamannya.

Diperhatikannya wanita yang dibawa oleh Doyoung. Tertulis Jasmine pada badge nama di seragamnya.
Ia tidak pernah tertarik dengan urusan yang dilakukan oleh kakaknya, namun ini pertama kalinya ia membawa wanita pingsan ke dalam rumah.

Tatapan kakaknya bahkan terlihat dingin, tidak hangat sama sekali kepada wanita dihadapannya. Tangan dan kakinya terikat, mustahil wanita ini adalah pacarnya.

Tak mau pikirannya semakin bertambah, ia segera kembali duduk di sofa. Tubuhnya terasa begitu lelah dan ia semakin merileks kan punggungnya pada sandaran sofa.

-
HAECHAN POV

Samar- samar aku mendengar suara jatuh yang  cukup keras. Ku kerjapkan mataku perlahan dan menengok ke belakang.

Tubuh wanita itu tidak ada diatas tempat tidur. Aku langsung terjaga dan berdiri. Saat itulah aku melihat wanita itu terjatuh sambil menangis. Tubuhnya menggeliat karena tidak bisa bergerak akibat tali yang mengikatnya.

Aku dengan cepat menghampirinya, membantunya pada posisi duduk.
Matanya penuh dengan air mata dengan wajah pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya,bibirnya mengeluarkan suara yang tidak jelas karena mulutnya yang ditutup kain oleh Doyoung.

Kulepaskan kain yang terikat mengelilingi mulutnya.

"Aku.. ingin.. muntah.." suaranya bergetar

Dengan panik aku segera menggendongnya ke kamar mandi. Hingga sampai di depan wastafel, kuturunkan tubuhnya yang bahkan tidak bisa berdiri dengan benar.

Saat aku bermaksud untuk melepaskan ikatan pada tangannya, ia sudah lebih dulu mencondongkan wajahnya pada wastafel

Kulepaskan ikatan itu dengan cepat, dan refleks tanganku menghidupkan air keran.
Dengan cepat aku kembali memegang tubuhnya yang begitu lemas yang terlihat hendak terjatuh jika tidak ada yang menyangganya.

Ia berusaha mengeluarkan semua yang ada, rambut nya yang berantakan kusingkirkan agar tidak terkena air dan muntahannya.
Meski ia terus seperti itu, yang keluar hanyalah lendir bening.

Aku melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 3 pagi. Sedangkan wanita dihadapanku tergesa membersihkan mulutnya. Bahunya tak lagi setegang tadi.

"Apa kau masih mual?" Tanyaku

Wanita itu mematikan keran dan menggeleng pelan. Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Namun beberapa detik kemudian aku merasakan tubuhnya yang semakin terasa berat, wanita itu pingsan.

POV END
-

Jasmine mengerjapkan matanya yang terasa begitu berat. Perutnya terasa masih bergejolak, menghirup parfum menyengat milik seseorang yang berada di dekatnya membuat dirinya merasa mual.

"Sudah sadar?" Suara dingin itu membuatnya semakin sadar

Matanya menoleh pada sumber suara.

"Do..young??" Lirih Jasmine

Ia berusaha bergerak, tetapi ia dengan cepat menyadari bahwa ia diikat. Kedua tangannya diikat diatas kepalanya, sedangkan kedua kakinya terikat menjadi satu.

"Doy.. kenapa aku disini?" Ia berusaha melepaskan ikatannya

Jasminepun menoleh panik pada Doyoung.

"Doyoung...
bantu aku, kumohon"

Tangannya terasa perih karena bergesekan dengan tali yang mengikatnya begitu kuat.

Doyoung masih berdiri pada sisi ranjang, tidak membantu dirinya sedikitpun.

Jasmine menatap Doyoung meminta pertolongan, namun hanya ekspresi datar dan tatapan dingin yang ia dapatkan.

Otaknya berfikir cepat, namun jawabannya sulit diterima oleh hati kecilnya.

"Ka..kau.. yang membuatku seperti ini?" Jasmine berucap tidak percaya

Doyoung berjalan mendekat. Tatapan dinginnya tertuju pada Jasmine seorang.

"Jangan berbicara santai denganku." Ucap Doyoung dengan ekspresinya yang datar

Dia seperti bukan Doyoung yang ku kenal
Jasmine membatin.

Doyoung dengan cepat mencengkram kedua pipi Jasmine dengan tangan kanannya. Tubuhnya menunduk dan wajahnya kini tepat berada di atas wajah Jasmine

"Jangan banyak bicara jika ingin nyawamu aman" Doyoung berbisik pelan

Suaranya begitu berat, tidak seperti sosok ceria yang Jasmine kenal.
Seketika itu tubuh Jasmine bergetar, ia tidak lagi mengenal pria di hadapannya.

Doyoung terasa asing baginya.

Tanpa sadar air mata itu jatuh. Dirinya takut setengah mati.

Doyoung yang menyadari perubahan ekspresi Jasmine tersenyum senang.
Dilepaskannya cengkraman tangannya pada pipi Jasmine.

"Bagus jika kamu paham situasinya."
Doyoung berbalik badan dan berjalan pergi. Sosoknya hilang dari balik pintu, meninggalkan Jasmine yang mulai terisak dan berteriak meminta tolong.

-
-

Hi guys aw:3
Dikit dulu,
Next?

Btw thankyou vote and commentnya🥺❤️🙏🏻
Karna kemarin cerita ini sepi, aku kaya kurang semangat nulis.
Tapi ternyata pas ditinggal viewsnya naik, meskipun engga kaya dulu sebelum ceritanya di banned.

But aku bakal coba nulis lagi. Intinya cerita ini bakal aku tamatin kok, engga bakal gantung. Cuman perlu waktu aja ☺️🙏🏻

And again thankyou for support guys, love you, jangan malu2 kalau mau komen bebas hehe, jaman demokrasi, bebas berpendapt❤️👍🏻

Boser Bub (Taeyong) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang