"Baik, mulailah."

"Apa benar lo pelaku dari semua ini?"

Si pelaku tersenyum tipis, ia berjongkok di depan kursi yang di duduki Chenle dengan sebilah pisau kecil di tangannya.

"Tanpa gue jawab lo pasti udah tahu jawabannya dari situasi sekarang, iya kan?"

Chenle menghela nafas panjang, ia memejamkan matanya bersiap menerima serangan yang akan ia dapatkan.

"Sst, jangan takut. Gue cuman bakal bikin wajah lo lebih indah lagi." Si pelaku terkekeh senang, ia menggoreskan pisau kecil yang berada pada tangannya ke pipi Chenle membentuk sebuah sayatan panjang hingga ke leher Chenle.

"2 pertanyaan lagi."

Chenle terdiam, memejamkan matanya. Ia berusaha mati-matian untuk menahan perih di pipi dan lehernya. Sungguh, Chenle sudah tidak sanggup untuk berbicara lagi karena luka sayatan ini.

"Hei, lu belum mati kan?" Tanya nya sambil melihat ke arah Chenle.

Chenle mendongak, ia meringis kesakitan dengan sorot mata penuh kebencian.

"Kenapa lu lakuin semua ini?"

"Simple aja, ini menyenangkan. Lo tahu kan bagi gue gak ada yang lebih menyenangkan dari ini."

Chenle terdiam, ia tidak begitu puas dengan jawaban si pelaku. Namun ia tidak bisa melakukan apapun lagi selain menanyakan pertanyaan terakhir yang ia simpan sedari tadi.

"So pertanyaan terakhir? Atau kata-kata terakhir?" Ujar si pelaku, ia mengangkat pisaunya dan menancapkannya tepat pada perut Chenle.

"ARGH!!" Si pelaku hanya terkekeh pelan  melihat Chenle kini memuntahkan segumpal darah dari mulutnya dengan perut yang terus-menerus mengeluarkan darah.

"Bagaimana heum? Lo tahu ini sangat menyenangkan." Si pelaku tertawa tanpa beban, ia menarik dagu Chenle membuat keduanya kini bertatapan, ia bisa melihat tatapan sendu serta kebencian di kedua mata Chenle namun ia tidak peduli dengan hal itu.

Baginya, itu semua sudah tidak ada gunanya lagi.

"Ssh. . gue mau nanya dan gue harap lo jujur, uhuk!" Chenle terdiam sementara, nafas nya kini tidak beraturan dan perut nya terasa sangat sakit akibat tusukan yang di berikan oleh si pelaku.

"Hm?"

"Lo tulus sama pertemanan kita apa enggak? Jawab jujur." Raut wajah si pelaku berubah, kini raut wajahnya begitu datar dan dingin. Ia mencekram leher Chenle membuat si empu menjerit kesakitan, nafasnya tersendat dengan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.

"Lo gak perlu tahu jawabannya, dan ini kali terakhirnya lo ada di dunia ini." Ujar si pelaku dengan dingin, di tangannya kini ada sebuah pisau yang sudah siap ia pakai.

Chenle tersenyum tipis, nafas nya tidak beraturan dan tubuhnya terasa mati rasa.

"terakhir, gue cuman mau lo berubah karena gue tahu lo gak kaya gini."

"Cih, omong kosong." Setelah itu ia menikam Chenle berkali-kali hingga kini Chenle sudah tidak bernyawa.

"Ck, sial." Umpat si pelaku, ia menatap tubuh Chenle yang bersimbah darah. Tidak sampai situ, ia kembali menusuk dan merobek bagian dada sampai ke perut Chenle untuk mengeluarkan organ dalamnya.

"Semoga lo tenang disana, hahahaha." Gumam nya dengan tatapan puas, ia menarik kepala Chenle lalu membenturkannya di lantai berulang kali.

"ini akibatnya kalau lo main-main sama gue."

Si pelaku tersenyum bangga dengan hasil karyanya, lalu ia menggeret kursi yang ditempatkan Chenle kebelakang.

"Ini seru tapi gak seru." Gumamnya.

Ia melepaskan tali yang mengikat Chenle menggunakan pisau tadi, setelah tali terlepas ia melempar tubuh Chenle ke pojok ruangan.

Ia berjalan keluar ruangan, untuk pergi menuju toilet.

"Huh. . ngomong sama ngebunuh tuh bocah bikin capek njir. Tapi ya masih mending sih, dari pada sama si Dongpyo, berbusa mulut gue yang ada."

Ia terus berjalan ke toilet, memang cukup jauh jarak antara toilet dan ruangan tadi. Kaya kalian sama doi eak.

Selang beberapa menit, akhirnya ia telah sampai di toilet. Ia berkaca melihat baju dan wajahnya yang penuh dengan darah.

Ia tersenyum puas karena dendamnya telah terbalaskan.

Mendengar pengumuman tersebut, ia langsung melepaskan semua bajunya yang penuh dengan darah lalu mengganti nya dengan yang baru.

"Anjir, untung aja gue bawa baju cadangan." Ucapnya sembari menghela nafas.

Ia segera bergegas menuju ke aula agar tidak dicurigai teman temannya. Dia sebenarnya bukan penjaga yang bertugas membunuh, dia hanya ingin membalaskan dendam nya.

Karna gara-gara orang tua Chenle, ibu nya kecelakaan dan tewas ditempat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[ hiatus ] hide and seekWhere stories live. Discover now