9

59 14 5
                                    

"shh.." Chenle terbangun dari acara pingsannya, ia melihat sekeliling yang ternyata adalah gudang.

Ia terkejut karena mendapati dirinya sedang diikat disebuah kursi yang sudah tidak layak untuk dipakai.

Ikatan tali yang begitu keras membuatnya kesulitan untuk bernafas, Sesekali ia berteriak guna untuk meminta bantuan. Ia mencoba memajukan kursinya walaupun itu akan membuat kakinya semakin sakit.

Kursi besi yang tak layak dipakai itu berdecit saat bersentuhan dengan lantai gudang, membuat telinga berdengung saking berisiknya.

Sret

Sret

Brak!

"Ashh.. sialan!" Chenle tersungkur jatuh, dia melihat sumber cahaya yang menerangi gudang. Dalam hati dia mengumpat, kenapa dia malah mengsetujui ajakan temanya? Mana dia yang paling semangat 45.

"Ya Tuhan.. ini yang ngajakin gua minta di tampol banget, ya ada salah gue juga sih main ikut-ikut aja tanpa tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Ah tapi, ini tetep salah yang ngajak gue sama pembuat gamenya!" Ucap Chenle.

"Ck! Ini gimana caranya gue berdiri, mana kaki gue sakit banget." Keluhnya

"Yang ngiket sama nembak kaki gue, gue sumpahin jadi pacar Popo, kalo gak jadi pacar Oli bengkel!"

Pintu gudang tiba-tiba terbuka, Chenle menatap ke depan penasaran dengan siapa yang membuka. Setelah melihat familiar dia tersenyum senang.

"Pstt, woi! Bantuin gue!" Teriak Chenle.

Namun yang disuruh hanya diam saja sambil menutup pintu gudang kembali.

"Pura-pura budeg ye lu! Cepet tolongin gue."

Berjalan mendekat, ia mengeluarkan pisau daging yang memang sudah di asah terlebih dahulu.

"Heh, mau ngapain lu bawa pisau daging?! Kalo buat lepas tali pisau yang kecil juga bisa." Chenle panik, ia sekuat tenaga mencoba untuk melepaskan tali yang mengikat dirinya.

Ia tak menghiraukan teriakan Chenle, Ia terus menerus berjalan mendekat ke arah Chenle.

"BERHENTI!" Chenle terus berteriak menyuruh orang tadi untuk berhenti mendekat.

"Ayo teriak lagi." Sambil menyeringai, ia menempatkan pisau itu pada paha Chenle.

"D-dasar penghianat sia—"

SREK!

JLEB!

Darah segar mulai mengalir dengan deras dari paha Chenle, pisau yang semula hanya ditempatkan pahanya kini sudah menancap sempurna pada paha Chenle, tentunya dengan luka sayatan yang cukup dalam.

Tubuh Chenle bergetar hebat saat pisau tadi menusuk paha nya, ia sudah tidak sanggup untuk berteriak akibat rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh nya.

"Eh, kenapa diem? tadi lu teriak-teriak terus, sekarang kenapa diem?" Tanya nya dengan nada jenaka.

Chenle diam sejenak, ia masih tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tidak menyangka jika selama ini penghianat nya adalah dia, sahabatnya sendiri.

"Kenapa lo lakuin ini semua?" Tanya Chenle dengan nada bergetar. Butuh mental lebih untuk mengucapkan kata itu, apalagi kini darah terus mengalir di pahanya.

"Sebelum itu bagaimana kalau kita bermain? Satu pertanyaan, satu siksaan dari ku mau mencoba?"

-ah tidak, aku tidak menanyakan pendapatmu. Jadi mari kita mulai." Si pelaku tertawa senang, sedangkan Chenle hanya terdiam meratapi nasib nya. Tapi tak apa, setidaknya ia tidak akan mati sia-sia jika ia mengetahui beberapa fakta dari si pelaku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[ hiatus ] hide and seekWhere stories live. Discover now