DUAPULUH SATU

7.4K 214 9
                                    

Ada banyak hal yang Sashi tidak sukai dalam hidupnya. Tapi kalau dia disuruh memilih dari banyak hal tersebut, maka 'ketidakpastian' adalah hal yang paling Sashi tidak suka. Itulah kenapa Sashi memiliki prinsip untuk memberi jawaban atau keputusan cepat atas suatu masalah atau permintaan seseorang. Membiarkan seseorang dalam ketidakpastian adalah satu hal ter-bitch yang bisa dilakukan seseorang kepada orang lain, begitu Sashi selalu berpikir selama ini. Tapi sepertinya itu hanya berlaku untuk Sashi atau beberapa orang saja karena ternyata ada orang yang suka melakukan kebalikannya.

Contohnya adalah Langit.

"Jam 5," ucap Sashi setelah mematikan alrm dari handphonenya."Dan aku belum tidur sama sekali." Lanjutnya dengan wajah yang super datar.

Merasa kalau tidak ada gunanya dia berbaring karena matanya tidak bisa diajak kerja sama, Sashi memutuskan untuk jogging. Percuma rasanya kalau dia memaksa untuk tidur saat pikirannya masih sibuk dengan pernyataannya untuk Langit kemarin malam. Dimulutnya Sashi boleh bilang kalau dia tidak kepikiran dengan jawaban atau pikiran Langit tentang pernyataan sukanya, tapi pikiran dan hati Sashi tidak bisa diam. Sepanjang malam ini dia sibuk menebak-nebak apa yang dipikirkan Langit tentangnya setelah apa yang dikatakannya kemarin malam.

Kalau sampai Langit berpikir Sashi mudah atau aneh, Sashi tidak akan marah sama sekali.

Memangnya apalagi sebutan untuk orang yang cepat menyukai orang lai selain mudah dan aneh. Bukankah normalnya menyukai seseorang itu butuh waktu yang cukup lama? Apalagi kondisi hubungan yang dimilik Sashi dan Langit, bisa-bisa pria itu berpikir Sashi menyukainya karena uang yang dimilikinya.

Lagipula salahnya Sashi yang melarikan diri kemarin malam. Seandainya dia tidak tiba-tiba saja membatalkan acara menonton mereka dan menikmati es serut nanas buatan Langit bersama, mungkin Sashi sudah mendapatkan jawaban dari Langit. Ini Sashi malah melarikan diri dengan pura-pura mengantuk setelah seharian ini sibuk memaksa. Entah Langit mempercayai kebohongannya atau tidak, tapi yang pasti tadi malam Sashi berhasil menghindar dari Langit.

Well, seperti yang diharapkan dari seorang Sashi Yosephine Kanaka. Lari dari suatu masalah akan selalu menjadi keahlian terbaik dirinya. Walau begitu bukan berarti Sashi menyesal sudah melarikan diri dari Langit ya, karena sejujurnya dia sendiri tidak tau apakah dia memang ingin mendapatkan jawaban dari pria itu.

Mungkin terdengar aneh, tapi Sashi memang hanya ingin Langit tau apa yang dirasakannya.

"Hah sudahlah, sejak awal semuanya memang sudah amburadul. Oak Langit juga mungkin tidak akan menanggapi serius pernyataanku yang kemarin." Keluhnya bermonolg sambil menarik retsleting jacket trainingnya yang berwarna baby blue.

Setelah meamastikan penampilannya oke untuk olahraga, Sashi keluar dari kamarnya. Tepat dia membuka kamarnya, dia melihat Langit juga keluar dari kamarnya. Pria itu menggunakan training berwarna hitam yang memiliki merk sama dengan yang digunakan oleh Sashi. Untuk sesaat Sashi terdiam disela pintu, menatap Langit yang juga sedang menatap dia.

"Apakah kamu mau berolahraga?" Tanya Langit memecah keheningan diantara mereka berdua.

Sashi mengangguk. "Hmmm... aku mau jogging disekitaran apartemen." Jawabnya menuju pada taman yang tidak jauh dari apartemen Langit. Taman itu banyak digunakan oleh penghuni gedung apartemen sini sebagai tempat olah raga.

"Oh, berarti tujuan kita sama." Balas Langit, "mau olahraga bersama?"

...

Sashi termangu sejenak, 'Tentu saja pak Langit tenang dan biasa saja karena sejak awal dia memang tidak menginginkan apapun dari aku.' Ucap Sashi dalam hatinya.

"Tentu saja," jawab Sashi kemudian sambil tersenyum.

Benar Sashi juga harusnya bisa bersikap biasa saja sama seperti yang Langit lakukan. Tidak ada gunanya dia bersikap canggung karena itu hanya akan mengganggu hubungannya dengan Langit.

"Jadi bagaimana skripsimu, apakah kamu menemukan kesulitan mengerjakannya?" Tanya Langit saat mereka berjalan di lorong apartemen.

"Tidak, sejauh ini aku merasa bisa mengerjakannya. Lagipula buku dari pak Langit cukup membantu karena garis besar penyelesaian permasalah skripsi ada disana." Jawab Sashi membiarkan Langit menekan tombol lift untuk mereka.

Begitu, Sashi dan Langit mengisi pembicaraan mereka dengan hal ringan sepanjang perjalanan mereka menuju taman. Sedangkan sesampai di taman keduanya memilih diam, fokus dengan gerakan mereka. Lagipula bagaimana Sashi mau berbicara dengan Langit saat posisi mereka depan belakang. Karena walaupun melakukan hal yang sama kaki Langit lebih panjang dan tenaganya juga lebih banyak darinya, jadi sudah pasti Sashi tertinggal.

Marah? Kesal? Sebal?

Nope, Sashi tidak merasakan satupun dari perasaan itu karena dia memang ingin menghabiskan energinya. Berharap Sashi bisa tidur nantinya sebelum kembali mengerjakan bab 3 skripsinya. Lagipula Langit juga tidak meninggalkannya jauh-jauh amat karena jarak mereka tidak pernah lebih dari satu meter. Entah Langit sengaja atu tidak, tapi yang pasti jarak mereka selalu terjaga sejak tadi.

"Apakah mau langsung pulang setelah dari sini?" Tanya Langit sambil menyerahkan sebotol minuman ion yang baru saja dibelinya pada Sashi.

Sashi yang duduk di kursi taman karena merasa lelah setelah sejaman lebih berlari kecil mengelilingi taman menerima botol minuman dari Langit. "Hmmm aku mau langsung pulang." Katanya kemudian mengedarkan pandangannya ke arah penjual sarapan yang sudah mulai membuka lapak berjualan mereka. "Aku mau tidur karena sepanjang malam kemarin aku tidak bisa tidur sama sekali. Aku sangat lelah." Lanjutnya kemudian berdiri setelah melihat tukang bubur ayam langganan Langit sudah terbuka.

"Tapi aku mau beli bubur ayam dulu sebelum pulang." Tunjuk Sashi pada gerobak bubur ayam yang sudah mulai dikunjungi pembeli. "Pak Langit mau juga nggak? Biar sekalian aku belikan?" Tanya Sashi melihat Langit yang terdiam menatapnya.

...

Keduanya saling menatap.

Jika Sashi menatap Langit karena bingung pria itu tidak menjawabnya dengan pertanyaan semudah itu, pria tersebut malah menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dibaca Sashi sama sekali.

"Pak Langit?" Panggilnya berharap Langit berhenti menatapnya begitu.

"Aku mencintai seseorang."

...

Sashi terdiam karena bingung harus merespon bagaimana atas info yang baru Langit sampaikan kepadanya.

"Violet." Lanjut Langit berbicara tanpa melepaskan tatapannya dari Sashi sama sekali. "Nama wanita yang aku cintai itu adalah Violet."

Saat itulah Sashi sadar kemana arah dari pembicaraan ini.

'This is it, sepertinya aku akan mendapat jawaban pernyataanku sekarang.' Kata Sashi dalam hatinya. 'Atau malah sudah mendapatkannya karena sudah jelas sekali Langit akan menolaknya.' Bukankah aneh kalau Sashi tidak tau apa jawaban yang akan pria itu berikan saat Langit jelas menyebut dia menyukai seseorang, bahkan sampai menyebut nama wanita yang dia sukai.

Darn, Sashi hate this.

Ternyata setelah semalaman menyugesti dirinya kalau dia tidak akan apa-apa kalaupun ditolak Langit, tidak berguna sama sekali. Sebanyak apapun Sashi bilang kalau dirinya akan baik-baik saja karena dia yakin perasaannya belum sedalam itu, ternyata sia-sia karena Sashi merasa ada yang sakit didadanya. Tapi dia tidak bisa apa-apa karena Langit tidak memiliki kewajiban untuk menerima perasaannya.

Sashi sudah akan bilang kalau Langit tidak perlu memikirkan pernyataannya kemarin malam karena dia hanya bercanda saja. Namun Sashi berhenti saat mendengar perkataan Langit selanjutnya.

"Tapi kami pada akhirnya tidak akan bisa bersama. Jadi bisakah kamu berusaha untukku?"

...

Otak Sashi macet, dia tidak bisa memikirkan apapun.

Semalaman Sashi tidak tidur sama sekali. Lalu dia baru saja membuang energinya dengan berolah raga dan sekarang Langit memberinya pertanyaan yang rumit.

Mengehela napasnya berat, "Hhhhfffttt..." Sashi menatap Langit sembari tersenyum, "Kita bisa sarapan dulu nggak pak? Aku serius ketika aku bilang aku sangat lelah. Aku butuh mengembalikan energiku kalau pak Langit mau aku berusaha." Katanya lalu mengambil tangan Langit bersamanya berjalan menuju tukang bubur yang diinginkannya barusan.

===000===

PLEASE BE MY SUGAR ***** (REPOST)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora