Bubble Gum Mala || New Cast !

666 45 11
                                    

Maaf ya baru updet ^^ Eh emang ada yang nungguin? lupakan*

Jangan lupa kasih vommentnya ya guys ({}) oh iya, baca juga cerita baruku yang judulnya FASCINATED ! minta kritik dan sarannya pada cerita itu. thanks you.


Happy reading ^^


-------------------

Fan, gue tetep akan kejar adik lo yang cantik itu. Lo nggak bisa nahan gue. Kalo lo nahan akan tahu akibatnya.

Kata-kata itu selalu terulang kembali di pikiran Refan. Dan, semenjak saat itulah, Refan menjadi overprotektif terhadap Mala. Walaupun dari kejauhan dia mengawasi, namun bisa dia lakukan dengan baik dan benar. Dia hanya ingin melindungi adiknya dari seseorang yang sudah lama dia curigai.

Mengawasi. Ya kini yang dilakukan Refan hanyalah mengawasi Mala yang sedang berduaan dengan Rey. Tersirat emosi dari raut wajah Refan. Namun, dia juga memikirkan untuk menjaga hubungan baik dengan adiknya lagi. Jangan sampai seperti kemarin itu.

"Permisi mas, mau pesan apa?" tanya pelayan café itu yang mendekati meja Refan.

Dia hanya mendengus kesal. "Air putih," jawab Refan. Pelayan itu mengernyitkan dahinya, menatap aneh kepada Refan.

"Maaf mas, kala-"

"Ssst! Bisa nggak sih mba nggak usah banyak bicara?" pekik Refan lalu mendengus kesal, "Milk tea sama macaroon!" jawab Refan tegas. Pelayan itu menunduk.

"Baik, saya ulangi Milk-"

"Hih udah sanah gue tau, kalau salah juga gue bayar kok. Gue lagi jadi spy saat ini, jadi minggir!" bentak Refan masih dengan bisikan. Pelayan itu hanya terdiam menahan emosi yang tidak sepantasnya dia keluarkan.

Setelah pelayan itu pergi, Refan makin melekatkan pandangannya pada sudut meja di sana. Beruntung café ini besar, jadi Refan tidak akan ketahuan jika dia berada di satu ruangan dengan Mala.

"Silahkan dinikmati," kata pelayan café itu. Refan hanya mengangguk pelan. Lalu meminum milk tea yang berada di depannya. Ketika ada pergerakan dari Mala dan Rey yang ingin pergi, Refan buru-buru meninggalkan selembar uang lalu melesat pergi lagi.

Refan meraih ponselnya yang bergetar. Terpaksa Refan meninggalkan jejaknya untuk mengikuti adiknya itu. Dan dia selalu berharap agar adiknya aman. Melihat siapa yang menelfon, Refan tersenyum penuh arti.

"Iya halo?"

"...."

"Gue juga kangen banget sama lo, kapan balik?"

"...."

"Cepet banget, ya udah besok lo ke sekolah aja. Kan deket dari bandara. Ntar lo tunggu di sekolah. Gue juga mau kasih kejutan buat Mala. Pasti dia kaget deh ngeliat lo."

"...."

"Haha, sip deh. Gue juga udah kangen berat sama lo, sumpah udah berapa lama kita nggak ketemu?"

"...."

"Bener, bokap nyokap yang jahat, haha!"

"...."

"Udah, gue mau balik ke rumah. Gue tunggu besok di sekolah, ya!" Refan mematikan sambungan telefonnya. Lalu melesatkan motornya menuju rumah.

-

"Mala, kantin yuk!" ajak Nia yang menarik lengan baju Mala. Mala yang ditarik-tarik hanya menjawabnya dengan letupan buble gumnya itu. "Ish, ayooo! Laper gue ini!" Nia menyeret tangan Mala. Mau tidak mau Mala hanya mengikuti apa kata sahabatnya itu.

"Mala, gimana hubungan lo sama Rey? Baik atau buruk?" kata Nia dengan mulut penuh mie.

"Telen dulu baru ngomong!" Mala menatap aneh sahabatnya itu, kebiasaan.

"Emm. Nah, gimana hubungan lo sama Rey?" tanya Nia lagi. Kini tanpa makanan di mulutnya.

"Baik. Tapi gue ngerasa aneh sama dia. Dia jadi lebih over banget sama gue. Gue jadi takut dia mainin hati gue...."

Nia merasakan perubahan raut wajah Mala. "Gue tau, gue juga ngerasaain waktu lo sekarang deket sama dia. Jadi beda banget. Apa lo masih suka sama dia?" Nia kini berbicara serius, tumben.

"Masih, masih banget. Tapi ya itu konfliknya, dia makin over dan gue ngerasa dia itu mainin gue. Walaupun yaaa dia nggak pernah main kekerasan fisik, tapi kekerasan batin. Ngenes gue!" Mala menundukkan kepalanya pada meja kantin itu.

"Gue harap pikiran negatif lo cepet dibayar. Dan semoga, kenyataannya beda sama yang lo pikir. Gue akan setia dengerin cerita lo deh!" Nia semakin serius. Tumben banget.

"Thanks, lo sahabat gue yang paling ngertiin gue." Mala tersenyum melihat keseriusan Nia. Jarang-jarang dia melihat Nia seperti ini.

Nia kembali menyantap mie ayam yang hampir saja dingin karena dia tinggal bicara. Mala kini sedang tidak nafsu makan. Karena sedang asyik dengan permen karetnya itu.

KRING!

"Yuk balik kelas!" sahut Nia yang mendengar bel sekolah berbunyi. Mala hanya mengangguk pelan.

-

Pelajaran Biologi Pak Cahyo yang terdengar tegas tetapi bisa melawak. Gimana tuh? Mala sedikit malas untuk mendengarkan cerita dari Pak Cahyo karena matanya terasa sangat mengantuk.

"Kartika Mala!" Mala terkesiap karena mendengar namanya dipanggil oleh guru yang sedang menunjukkan tatapan marahnya. Ya, Mala tadi mengantuk dan hampir saja tertidur jika tidak mendengar suara bentakan dari Pak Cahyo.

"I-iya pak ada apa?"

"Kamu mengantuk? Cuci muka sana dan kembali lagi ke kelas jika keadaanmu sudah tidak mengantuk!"

"Hah?"

"Cepat!"

Mala membulatkan matanya terkejut lalu melesat keluar kelas. Menuju toilet untuk sekedar mencuci muka. Padahal, mungkin mencuci muka saja tidak menghilangkan kantuknya itu.

"Huh, dasar Pak Cahyo. Ribet deh," gumam Mala.

"Mala!" pekik suara dari arah depan Mala. Mala mengernyitkan dahinya ketika mengetahui itu siapa.

"Abang? Sejak kapan abang gue pake kacamata? Lah kenapa juga nggak pake seragam?" gumam Mala. Pikirannya penuh dengan seseorang yang berdiri tepat di depannya itu.

"Ini rupanya adik perempuanku?" kata pria itu yang kini mendekati Mala. Terdapat senyuman di bibir pria itu.

Mala berdecak, "ck, abang gue dramatis banget." Mala menatap lekat mata itu yang sedikit berbeda.


==

see you for next chapter. :*



Bubble Gum MalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang