Bubble Gum Mala || Café

849 71 5
                                    

Semenjak Disti diskors oleh kepala sekolah. Mala menjadi lebih tenang. Bukannya takut, namun setidaknya tidak ada keributan lagi tentang ini.

Mala kini menunggu Rey yang katanya ingin menemui Mala di kantin sekolah. Perasaan Mala senang, juga bahagia. Sedikit terobsesi oleh ketampanan Rey, tidak masalah bukan?

"Mala...," sapa Rey yang sedang berjalan mendekati Mala.

"Oh Kak Rey...." Mala tersenyum.

"Ini, gue mau tanya... lo baik-baik kan? Masih sakit gak?" Rey menatap Mala dengan tatapan khawatir.

"Eum... ya sedikit. Gue rasa udah cukup membaik. Hanya saja, rambut gue kusut sebelah. Sebel," kata Mala yang menunjukkan rambutnya itu.

"Gak ke salon?" tanya Rey.

"Belum sempet. Abang gak mau nemenin. Katanya sibuk," ucap Mala sesekali menggelembungkan permen karetnya.

"Oh, iya udah. Gue juga sebenarnya mau temenin lo ke salon, tapi gue sama kaya abang lo, Mal," ucap Rey.

"Ok nggak apa-apa. Makasih kak udah jujur," Mala tersenyum.

"Gue kekelas dulu ya? Dagh," Rey berjalan melewati Mala yang masih duduk.

"Dagh...," selang waktu 30 detik Mala beranjak dari duduknya dan menuju kekelas.

--

Mala POV

Malam ini, dimana hawa dingin menyeruak menyelimuti kulitku. Membuatku ingin sekali memejamkan mata. Menutupi tubuhku dengan selimut. Namun, itu mustahil. Karena,aku mempunyai tugas sekolah yang sangat menumpuk. Sulit untuk tidur, namun kantukku yang membuatku malas untuk mengerjakannya.

Author POV (normal)

"Hoam... abaaang!" teriak Mala, seakan-akan suaranya itu terdengar sampai ke telinga Refan.

"Berisik deh. Apaan?" tanya Refan setelah membuka pintu kamar Mala.

"Ajarin! Gue gak ngerti soal apaan ini. Gue ngantuk." Mala menundukkan kepalanya diatas meja belajarnya.

"Ganggu aja. Sinih." Refan mendekati Mala lalu mulai belajar.

Mala masih saja mengantuk, dia hanya menuruti apa kata Refan. Silang a,b,c,d/e. Entah itu benar atau tidak. Yang penting selesai dikerjakan, pikirnya.

"Mala! Cuci muka, gue juga masih banyak tugas kali. Ini soal mudah banget, lo gak bisa ngerjain," hardik Refan. Mala menekuk raut wajahnya.

"Iya, bentar ya." Mala berjalan gontai menuju kamar mandi disebelah meja belajarnya itu.

"Dah? Yaudah sini." Refan menarik tangan Mala hingga terduduk.

"Abang. Gue bingung. Ini kenapa jawabannya kayak ngaco gini ya?" Mala baru saja menyadari bahwa silangannya meleset.

"Lo yang salah silang! Udah ganti nih. Gue ulang ya... a,c,d...." Refan terus menjawab pertanyaan yang menurutnya mudah.

Selang beberapa menit, Mala akhirnya bisa tertidur pulas diatas kasur empuk dan sebuah selimut yang menutupi tubuhnya itu. Refan tersenyum melihat Mala yang sangat cepat tidurnya.

"Malam Malaaa," ucap Refan sembari meninggalkan kamar Mala.

Samar-samar mendengar, namun Mala rasanya ingin membalas. "Malam bang...," lirih Mala akhirnya. Lalu dengan cepat, dia tertidur.

--

Refan mengisi waktu luangnya kini dengan melantunkan suaranya. Suara yang indah, dan tidak fales itu mampu menghipnotis Nia yang berada disamping Mala kini. Ya. Nia sedang berada dirumah Mala. Kesempatan.

Nia terhipnotis oleh suara merdu Refan. Mala yang acuh tak acuh sedang asyik memakan permen karetnya dan menonton tv. Nia mendekati Refan dengan canggung.

"Kak, nyanyi bareng mau gak?"

Mala yang mendengar perkataan itu, langsung berbalik menengok ke belakangnya.

"Ish. Nia...." Mala menepuk jidatnya sendiri.

"Emang suara lo bagus?" kata Refan yang terhenti bernyanyi. Refan sudah tau, bahwa gadis di depannya ini menyukainya.

"Dikit sih...." Nia tersenyum.

"Nggak, suara dia jauh lebih dari kata indah," cletuk Mala yang masih tetap menonton tv.

"Mala ih, nggak dukung banget," gerutu Nia.

"Yaudah, lo nyanyi gih. Gue dengerin dulu," kata Refan.

"Oke...,"

Aku ingin engkau...slalu....

"Stop! Suara lo jelek," sahut Mala yang mendekati mereka.

"Ih Mala, belum juga mulaaaiii." Nia menekuk raut wajahnya.

"Bodo. Bang, nanti makan diluar yaa... café biasa itu," ucap Mala.

"Ya, boleh. Ajak temen lo ya, kasian." Refan terkekeh.

"Yes! Thanks you verry much Refaaan." Nia dengan gaya alaynya.

"Yaa." sahut Refan sembari berjalan jauh.

--

Café ini, tempat favorit Mala dan Refan. Karena, menurut Mala. Café ini interiornya cukup memukau siapa saja yang datang disini. Sangat indah. Rapi, bersih dan wangi. Mala memesan makanan dan minuman untuk mereka bertiga.

"Sial, gue kaya cowok gak bener," gerutu Refan.

"Lah kenapa?" tanya Mala bingung.

"Ya, bawa gadis dua, mereka kan belum tentu tau lo adik gue dan lo, temen adik gue." Refan menyandarkan punggungnya di sofa itu.

"Elah baaang, gitu aja dipikirin. Slow aja kali, mumpung disini. Kita betah koo." Mala menggelembungkan permen karetnya.

"Serah lo pada dah." Refan menutup mukanya dengan topinya.

Mala dan Nia terkekeh. Mereka kini menikmati hidangan juga menikmati musik yang mereka dengar itu. Mala merasakan kebahagiaan kepada dirinya yang telah kembali ke café ini. Sudah lama sekali dia tidak makan disini.

--

Mala, Refan dan Nia keluar dari café tersebut lalu menuju mobil Refan. Namun, Mala sedikit curiga dengan seseorang yang berdiri disana. Bukan, namun sepasang manusia. Mala mengernyitkan matanya, dia tahu siapa itu. Mala menampakkan raut wajah yang sangat sulit diartikan. Marah iya, sedih iya.

------------------------

Yuhuu~ maaf kalau ada typo ^^
Jangan lupa setelah membaca kasih vote dan komentarnya yaa ^^ komentar kalian sangat berarti :)


Bubble Gum MalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang