Sambil mengusap perutnya yang sudah kembali lapar, Beomgyu berjalan ke arah dapur lalu mengecek setiap isi lemari, panci, dalam kulkas maupun mangkuk-mangkuk yang ada di atas meja.

Namun na'as, tidak ada satupun makanan di sana. Dirinya kembali melirik ke arah wastafel tempat cuci piring dan melihat rantang milik tetangganya masih berada di sana dalam keadaan masih kotor. Dirinya tidak ada niatan untuk mencucinya. Bahkan piring bekas makannya tadi masih berada di atas meja bersama mangkuk-mangkuk tempat lauk tadi.

"Lapar~~"

Beomgyu memanyunkan bibirnya lalu memutuskan untuk pergi dari dapur dan berniat ke ruang tengah. Namun pandangannya menemukan Winter yang sedang tertidur di atas sofa panjang dengan keadaan telentang. Tangan dan kakinya terbuka lebar dan bahkan kaki dan tangan kanannya sudah terjulur ke bawah. Hal itu tentu saja mengundang decakan malas dari pemuda bermarga Choi itu.

"Dasar gadis bar-bar, tidur ajah gak ada kalem-kalemnya."

Namun dengan begitu, Beomgyu tetap membangunkan perempuan itu dan kemudian menyuruhnya untuk tidur di kamar laki-laki itu saja. Kasian soalnya tidur di sofa yang sempit. Entar jatuh kan gak lucu kalau lantainya retak.

Namun lain halnya dengan Winter yang sudah terlalu ngantuk dan langsung masuk ke kamar Beomgyu dan duduk di bangku meja belajar di samping kasur pemuda bermarga Choi itu. Pikirannya sudah lalot akibat terlalu mengantuk mengakibatkan dirinya lebih memilih langsung menidurkan kepalanya di atas meja dengan tumpukan buku paket milik tetangganya itu sebagai bantal. Padahal ada kasur yang empuk dan nyaman di sana.

"Perut oh perut, kenapa engkau lapar?~~"

Kepala Beomgyu terlihat bersender di senderan sofa yang di tempati oleh Winter tadi. Matanya terpejam namun jelas laki-laki itu sama sekali tidak tidur.

Mata sebelah kanannya dia buka sedikit melirik sesuatu yang di sentuh oleh tangannya tadi. Tak lama kemudian matanya berbinar dan kembali cerah saat mengetahui kalau yang dipegangnya itu merupakan sebuah roti gepeng. Roti itu sangat menggiurkan dengan toping seres coklat dan juga coklat lumer yang berada di dalam roti itu. Terlihat dari pembungkus rotinya sih seperti itu.

Tanpa babibu lagi laki-laki itu segera membukanya dan menyantap roti tersebut.

Tanpa laki-laki itu sadari, di tengah-tengah kegiatannya mengunyah roti sambil men-scroll beranda instagramnya, dirinya telah berubah menjadi sosok anak kecil berusia delapan tahun.

Dirinya baru sadar ketika pantulan wajah mungilnya terpampang di layar handphonenya yang sedang dia matikan itu. Helaan nafas menjadi responnya kemudian. Setiap dirinya memakan suatu makanan yang manis-manis pasti akibatnya akan seperti ini. Dirinya akan berubah menjadi sosok bocah kecil berusia pelantaran delapan tahun. Yah sebut itu kutukan, sebab memang itu kebenarannya.

Kutukan itu sudah mulai ketika dirinya berusia sepuluh tahun. Sudah delapan tahun dirinya hidup di dampingi dengan kutukan itu. Tia hanya pasrah dengan kutukan yang diterima oleh putranya. Hanya karena kesalahan mertuanya, Putranyalah yang menanggung akibatnya. Tia sebagai seorang Ibu tunggal merasa sangat marah kepada Ibu mertuanya yang menyebabkan putranya mempunyai kutukan seperti itu. Namun dia tidak bisa menentang takdir. Itulah takdir putranya. Dia dan putranya harus tetap melanjutkan hidup walaupun kutukan itu masih melekat di hidup putranya. Yah sampai saat ini tidak ada yang tahu mengenai kutukan Beomgyu. Hanya keluarga Winter dan keluarga Choi. Yah dengan begitu Beomgyu masih bisa bersyukur, dirinya masih bisa menikmati hidupnya dengan normal walaupun harus siap siaga jika dirinya harus berubah menjadi bocil lagi jika tidak sengaja memakan makanan atau minuman yang manis-manis.

Cinta Penawar KutukanWhere stories live. Discover now