♧Chapter1♧

135 90 74
                                    

"Woi Sel buset dah! Badan lo gentong amat dah, gak muat nih tempat duduknya!"

"Bacot ya lu Sun! Gini-gini juga gue sehat tau. Lu jangan bodyshaming ya ama gua! Awas lu."

"Et dah ribut amat lu berdua-"

"Diem lo!"

Salah satu gadis bertubuh subur itu cemberut mendengar bentakan dari kedua orang yang berada di depannya. Sudah menjadi rutinitas tiap hari masuk sekolah adegan perbacotan antara Giselle dan Sunoo si bontot kelas terjadi.

Sering disebut bontot kelas soalnya dia yang paling bocil umurnya di kelas XII.2. Anak-anak seumurannya masih menginjak bangku kelas XI atau ada juga yang masih kelas X. Lah dia udah kelas XII ajah. Katanya sih dia sekolahnya kecepetan.

"Masuk woi! Pak Kai lagi otw ke kelas!" teriakan menggelegar milik Lai Guanlin si ketua kelas XII.2 membuat semua penghuni kantin ricuh dan panik. Semua siswa kelas XII.2 berada di kantin mulai saat jam mata pelajaran Pak Kai masuk. Lewatnya waktu selama dua puluh menit membuat mereka kompak mengira Pak Kai gak bakalan masuk mengajar. Yang tadinya sedang asyik makan dan bergosip ria sekarang malah lari-lari dan terlihat juga ada yang sibuk menghabiskan makanannya dengan cepat.

"Buset dah ntuh Pak buluk. Kenapa gak masuk ajah si sekalian? Kan nanggung waktu sudah tersisah beberapa menit lagi baru istirahat," gerutu Winter sambil menyedot santai teh kotak miliknya. Dirinya sedang menunggu Giselle dan Sunoo yang terburu-buru menghabiskan makanan mereka.

"Cepetan woi! Keburu Pak Kai nyampe kelas duluan entar!"

"Slurp.... tungguin napa. Dikit lagi habis nih."

"Gua tinggal sebiji doang bakso gua. Rugi kalau gak dihabisin."

Kantin sudah mulai sepi. Winter mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, namun hanya meja yang ditempatinya yang terisi. Semua sudah kembali ke kelas. Tersisa mereka bertiga di sana.

"Udah yok!" Giselle menarik tangan Winter yang tadi melamun dan juga Sunoo yang masih mengunyah bakso miliknya. Langkah kaki milik mereka yang tergopoh-gopoh membuat karidor terasa gaduh.

"Anjir... anjir jangan sampai Pak Kai udah ada di kelas."

"Bacot lu Ter. Lari ajah udah buruan," ucap Giselle sambil mempercepat langkah kakinya dan mengejar Sunoo yang sudah berlari di depan mereka.

"Asli gak kuat gue! Mau ma-"

"Loh kalian dari mana?"

Suara itu membuat langkah kaki mereka dan juga ucapan Winter terhenti. Penggaris kayu yang selalu setia di tangan Guru matematika itu sudah bertengger santai di bahu siswi gendut bernama Winter itu. Lain halnya dengan Sunoo dan juga Giselle yang sudah terbirit masuk ke dalam kelas ketika sempat melihat orang yang berada di belakang Winter saat ini. Alhasil tersisa Winter dan orang itu di luar.

"Hehehe Pak Kai. Apa kabar Pak? Kulitnya udah cerah?"

Pak Kai menukikkan alisnya sambil menatap Winter dengan penuh selidik. Bahu Winter sudah lepas dari santuhan penggaris kayu milik Pak Kai itu.

"Masuk sana!" ujarnya sambil mengayunkan penggaris kayu itu ke arah pintu kelas yang dengan cepat langsung dilaksanakan oleh siswi gendut itu.

Pelajaran berlangsung seperti biasanya. Tidak ada masalah pada proses belajar mengajar kali ini, kecuali hal yang mengenai proses pemahaman siswa-siswi terhadap materi yang diajarkan atau yang dijelaskan oleh Pak Kai tadi.

Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Itulah yang pantas untuk Giselle dan Winter, dua-duanya yang merupakan cewek berisi yang berada di kelas itu. Namun teman sekelas mereka tidak ada yang sampai membully atau menghina mereka. Mereka berteman layaknya teman sekelas pada umumnya. Mereka berdua juga berusaha untuk tidak insecyure dengan badan mereka dan senang-senang saja bergabung dengan yang lainnya.

Cinta Penawar KutukanWhere stories live. Discover now