53. KUNJUNGAN

Mulai dari awal
                                    

"G-gue..."

Salah satu alis Jake terangkat menunggu kata yang sedikit demi sedikit terlontar dari mulut Hana.

"...anu gue...em itu...Jake."

"Apa?"

"Bocor."

Jake diam, otaknya yang biasanya lancar jika di ajak berhitung kini seakan membeku, tidak bisa di ajak kompromi.

"Hah?"

Hana meringis, menahan malu yang sedikit lagi next level, "Iya bocor masa lo nggak tau sih?"

"Gue? Gue emng wajib tau yang kaya gituan? Bocor? Apanya yang bocor?!"

"Itu merah-merah yang bau anyir."

Otak Jake sedang loading, ngelag, ngebug sebentar lagi konslet.

"Ohh?" Jake membulatkan bibirnya, diam-diam menahan untuk tidak tertawa, "Terus?"

Hana diam sebentar, "Lo pulang aja duluan, ntar gue balik aja sendiri. Gapapa nggak usah merasa kasihan sama gue, gue nggak bakalan di culik sama kucing buat di jadiin babu."

Jake menaikkan salah satu alisnya lagi, "Oke, gue pulang." Ucap Jake lalu berlalu begitu saja dari hadapan Hana, wah...

Hana menganga di tempat, bodoh sekali. Padahal ia  sudah berharap Jake akan tetap pada tempatnya menemaninya hingga ia berani untuk berdiri. Ternyata tidak sesuai harapannya, ia di tinggal sendiri di dalam perpustakaan sekolah. Benar-benar tega.

"Kasihan banget lo Han, lagian ngarepin apa sih lo dari dia?" Tanya Hana, lalu tertawa sumbang.

°°° ( ° >< ° ) °°°

"Lo yakin nggak mau datang?" Tanya Hyunjin untuk yang ketiga kalinya.

Jay menatap Hyunjin malas, "Apa perlu gue perjelas kalo gue nggak bakalan datang ke sana, terlebih bareng sama lo."

"Coba deh lo pikirin baik-baik, dengan begitu seenggaknya lo bisa tahu siapa pengirim uang setiap bulan itu!"

Jay terdiam, memikirkan kalimat yang baru saja terlontar langsung dari mulut Hyunjin. Jika dipikir-pikir ada benarnya juga, setiap kali Jay menerima uang itu Jay selalu bertanya-tanya siapa pengirim yang sudah repot-repot memberikan uang sebanyak itu kepadanya. Nominalnya pun tidak sedikit.

Memang benar, sebuah amplop yang terakhir kali Jay terima tertera dengan jelas sebaris kalimat yang menyatakan itu adalah sebaris alamat yang harus Jay kunjungi. Lalu di akhir kalimat tertera nama Mr Money yang  Jay duga adalah si pengirim.

"Kalo lo ada niat mau ngajak gue... gue juga nggak masalah sih." Kekeh Hyunjin membuat Jay merotasikan bola matanya.

"Nggak perlu, gue bisa datang sendiri." Ucap Jay menyenderkan tubuhnya ke dinding kamar kosan.

"Dasar bocah prik! Gue sebagai besprend poreper lo sudah sepatutnya di ajak dong! Jaga-jaga aja siapa tau yang mau lo temuin itu orang psikopat kelas jengkol?!"

"Tinggal gue bawain rantang berisi nasi dan tahu tempe." Jawab Jay mampu memunculkan kerutan di dahi Hyunjin.

"Buat apa?"

"Makan bareng sebelum adu pisau."

Hyunjin menghela napas, energi dan kekuatan untuk menghujat Jay seketika kabur entah kemana.

"Pasrah gue asli. Mau diajak silahkan kalo nggak juga gapapa. Ikhlas gue ikhlas."

Jay tertawa, "Belum tentu juga gue bakalan mau datang kan?"

GOOD BOY || JAKE ENHYPEN ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang