"Setelah Radheya temen kamu itu meninggal, seharusnya kamu bisa memanfaatkan itu untuk tetap jadi nomor satu di sekolah! Kamu udah kehilangan saingan, loh, Sena! Bisa-bisanya kamu malah bikin rusak namamu begini!"

"Ma!" Sena memekik tidak terima, air matanya telah mengalir di pipi.

"Mama itu nggak pernah ngertiin aku! Aku udah susah payah buat terus berusaha jadi anak sempurna sesuai kriteria yang mama mau! Aku udah maksa diri aku, Ma! Aku terima mama batasin aku dan kehidupan remaja aku! Aku rela ngelakuin apa aja supaya aku tetap juara satu dan punya nilai yang semuanya sempurna! Tapi mama tetep nggak pernah bisa ngerti aku! Semua yang terjadi sekarang ini gara-gara mama!"

Plak!

Tangan Celine kembali mendarat ke pipi mulusnya. Pipi Sena berdesir pedih. Memandang mamanya yang menatapnya tajam selama beberapa saat.

"Selesaikan masalah kamu. Mama nggak mau dengar masalah apa pun lagi. Kalau ada satu aja yang terdengar lagi di telinga mama, habis kamu, Sena."

[.]

Sena tidak pernah memikirkan mengenai masa-masa terburuknya yang akan ia hadapi ketika semua orang mengetahui rahasia terburuknya.

Tidak adalagi hari-hari yang baik setelah kejadian itu. Semua penghuni Satya Bangsa terus memberikan caci maki untuknya. Memandangnya penuh benci. Menyoret mejanya dengan kata-kata tidak enak dibaca. Menumpukkan sampah ke dalam lokernya. Sengaja menumpahkan saus ke rambutnya. Semua orang memperlakukannya semena-mena.

Dasar tukang fitnah!

Diam menjadi siswi teladan, bergerak menjadi anak setan.

Nggak tau malu lo masih masuk sekolah! Dasar pembunuh!

Pembunuh kayak lo nggak seharusnya ada di sini! Seharusnya lo mati juga di dalam penjara!

Oh, pantesan nilai olahraga lo selalu aman, dipake guru biar nilai sempurna ternyata!

Dasar simpanan! Pelakor! Mati aja deh lo!

"Diam lo semua!" Sena memekik tidak terima, mengedarkan pandangannya kepada semua orang. Namun yang ia dapat selanjutnya adalah lemparan-lemparan benda, membuat sena sontak bergerak untuk melindungi dirinya sendiri.

Rumor telah menyebar kemana-mana. Entah sudah sampai ke lingkungan guru atau belum. Yang jelas seingatnya, peneror itu bilang akan segera menyebar rahasia kotor itu lebih luas sampai ke lingkungan guru, bahkan juga mamanya. Sena benar-benar frustasi. Ia tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.

Bahkan pak Risandi... terlihat seperti menjauhinya.

"Pak..." panggil Sena pelan menyentuh lengan lelaki dewasa itu tatkala melewati koridor. Risandi melepaskan tangannya, kemudian berlalu meninggalkannya begitu saja.

Sena berteriak frustasi, mengacak-acak rambutnya sendiri. Kemudian berjongkok di lorong yang sepi, meringkuk dan menangis seorang diri.

"Sen? Are you okay?" Raline menunduk berdiri di sebelah Sena, gadis itu mendongak padanya.

Sena seketika berdiri, matanya yang memerah memandang Raline marah. "Puas lo? Ini semua gara-gara lo Raline! Lo udah bongkar rahasia gue sampai gue dibenci dan disiksa sama satu sekolahan! Udah puas lo hah?"

Hipokrit ✔️जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें