17. Tea Time

1.2K 154 6
                                    

"Gila."

"..."

"Kenapa gadis ini tidak ingin menerima pria itu sih? Walaupun itu adalah obsesi, sepertinya obsesi itu tidak begitu menakutkan."

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Karena pria yang terobsesi pada wanita ini tampan."

Kini, Claude dan Shanna sedang berada di ruang kerja milik Claude.

Sudah beberapa minggu berlalu semenjak Shanna terbangun dari tidurnya. Memang saat itu ada sedikit kehebohan, namun berkat Claude, kehebohan itu sedikit memudar.

Shanna tidak dapat mengingat apapun tentang 'mimpi' nya saat itu, dia bahkan terkejut saat mengetahui bahwa dia telah terbaring selama 2 bulan.

"Walaupun dia terobsesi dengan mengerikan?"

"... Mengerikan apa nya? Disini tertulis jelas bahwa pria ini benar-benar mencintai wanita itu!"

Claude dibuat terdiam oleh jawaban sang anak. Sesaat kemudian dia menghela nafas panjang dan menyenderkan tubuhnya di senderan kursi.

"Sudahlah. Kau masih kecil, untuk apa memikirkan hal-hal yang seperti itu? Panggil saja Athanasia, aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan tempat tea time sebentar lagi."

Ucap Claude yang masih fokus dengan dokumen didalam genggamannya. Shanna hanya bisa mendecakkan lidah mendengar perkataan ayahnya ini.

"Huh, papa tidak seru!"

Hentakan kaki terdengar di seluruh ruangan. Shanna sudah seperti hulk yang mengamuk dan memporak porandakan seluruh ruangan.

Padahal kenyataannya, dia bahkan tidak dapat mengangkat kursi.

* * *

"Tidak! Jangan bunuh Deon! Jangan mendekat!"

Seorang wanita dengan rambut pirang yang terurai dan sedikit berantakan menangis sambil memeluk seorang pria.

Ada darah di mana-mana. Dihadapannya, ada seorang pria berpakaian putih dengan darah berceceran, memegang pedang besar berlumuran darah.

"Tolong... kali ini saja, jangan bunuh Deon."

Wanita itu memohon pada pria di depannya. Mata biru permata yang biasanya memancarkan kebahagiaan, kini dipenuhi dengan berbagai emosi negatif.

Berawal dari ciuman yang tidak disengaja, menjadi sentuhan posesif, kemudian menumbuhkan berbagai kecemburuan, meningkat menjadi sentuhan yang lebih intim, dan berakhir pada obsesi.

Mata permata pria itu dipenuhi dengan keinginan obsesif untuk wanita di depannya.

"Sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan pria lain, kan? Ini salahmu karena tidak mendengarkan perkataan ku dengan baik."

Masih dengan matanya yang membara, pria itu menghunjamkan pedangnya ke tanah.

"KAU! Bukankah kau yang membunuh Arsen dan Nathan!? Kamu juga menyegel Lucas di dalam brosmu!"

"Lalu, Kak Athanasia! Kamu berdalih ingin mengirimnya ke Saichansia untuk masuk akademi, tapi... Ternyata kamu menguncinya di penjara bawah tanah."

"Kamu juga menuduh Izekiel menggelapkan pajak rakyat dan mengurungnya di menara, tempat yang biasa digunakan untuk mengurung pemberontak!"

"Zenith juga! Kamu tidak suka dia berada di dekatku, kan?! Jadi kamu menuduhnya sebagai orang yang meracuniku dan mengeksekusinya!"

"Derrick! Kamu-, kamu mengirimnya ke Siodona dengan dalih pekerjaan. Tapi kau menjadikan dia sebagai budak! Benar kan?!"

Obsession [WMMAP]Where stories live. Discover now