Soul 7 - [Di antara 'Half']

Start from the beginning
                                    

Tapi, jika orang lain melihat mereka, Cain dan gadis ini seolah seperti kakak-adik, karena memiliki kesamaan warna rambut.

Disana mereka bertedu dari teriknya matahari dalam bayangan dari pohon di dekat mereka.

"Dari dulu aku ingin menanyakan ini, kenapa kau tak pernah memperkenalkan dirimu? Siapa namamu? "

Gadis ini menatap Cain dengan aneh, ia memiringkan kepalanya seolah tak memahami perkataan Cain.

Sekali lagi hal yang sama terjadi waktu pertama Cain bertanya padanya di malam itu. Cain berwajah kecut, seolah berkata "Jangan menatapku seperti itu! "

Gadis ini pun menjawab Cain. "Aku tidak punya nama ... Semua makhluk setengah sepertiku tak memiliki nama. Tapi, jika julukan ada. "

"Hmm... Seperti apa itu? " Memasang wajah masam, Cain penasaran dengan kelanjutan dari kalimat gadis ini, seolah harus menunggu bagian dari cerita film yang sedang mengalami iklan.

Gadis ini menunjuk ke atas dan memperlihatkan khayalannya. "Seperti ini... "

"Dalam Ras Ogre, kami akan memanggil orang lain dengan sebutan sesuai jenis kelamin mereka. Contohnya; jika itu adalah kakak perempuan maka akan dipanggil 'Saudariku', sedangkan kakak laki-laki adalah 'Saudaraku'. Tapi, panggilan itu hanya berlaku pada orang lain, seperti pedagang, atau saat kita memanggil orang lain dan bukan keluarga sendiri. Lalu untuk kami yang memiliki keluarga maka akan ada alphabet di belakang sebutan kami. Contohnya; jika aku memanggil kakak tertuaku, maka aku akan memanggilnya 'Kakak pertama' dan seterusnya. Dan untuk mereka yang memanggilku, sebutannya adalah 'Adik bungsu'. "

Cain menajamkan pupilnya, alisnya terangkat, ekspresinya seolah tak ingin mempercayai itu semua.

Apa-apaan dengan sebutan payah itu!? Inikah dunia lain?

"Lalu, bagaimana kau memanggil Ayah dan Ibumu? "

Gadis ini berkedip-kedip, matanya memperlihatkan bahwa jawaban yang diinginkan Cain, bukankah sudah jelas.

"Tentu saja, Ibunda dan Ayahanda. Bagaimana Tuan tidak mengerti hal sederhana itu? " Gadis ini mengeluarkan gaya menyombongkan diri, dengan nada yang kecut, seolah Cain lebih bodoh dari anak kecil sepertinya.

Tentu saja aku tidak tahu, sialan!

Begitulah cara kerja dunia para makhluk 'Half' tidak punya nama, yang ada hanya ikatan pada Ras mereka. Memanggil satu sama lain dengan sebutan kekeluargaan adalah hal terpayah yang pernah terjadi. Apakah ini peradaban zaman Dinosaurus? Pernyataan itu terbesit di kepala Cain.

Hingga dalam hal ini, terbesit dalam kepalanya sebuah ide yang seperti ingin melakukan keinginannya.

"Bagaimana jika aku memberimu nama? Jangan berpikir yang tidak-tidak, aku hanya tidak nyaman terus-terusan memanggilmu 'Kau'! "

Dalam raut wajahnya yang dia palingkan dengan segera saat mengatakan kalimat akhir dengan nada panik, terlihat bahwa telingannya sedikit memerah. 

Gadis ini diam saat memandang Cain, wajahnya menatap Cain seolah tak percaya akan kata-katanya. Kenapa? Apa ada yang salah? Cain juga bertanya kenapa gadis ini memandangnya seperti itu?

[Lapor. Jawab. Memberi nama pada makhluk 'Half' seperti memberi berkah pada mereka, jadi itu bukanlah hal mudah untuk dikatakan. Lalu, jika anda ingin memberinya nama maka ratusan jiwa dari <<Soul Coridor>> akan menjadi persembahan.]

Ada hal yang seperti itu juga. Jika aku memberinya nama maka akan seperti aku memberkahinya. Apa itu berarti aku akan menjadi orang tuanya?

[Lapor. Jawab. Tidak mungkin hal seperti itu terjadi. Hanya, saat anda pemilik jiwa memberi nama pada makhluk hidup lain, jiwa anda akan ikut di proses, dan jiwa dari yang diberi nama akan di beri wujud sesungguhnya. Saat itu semua selesai, maka sebuah 'Mark' yang merupakan simbol bahwa andalah yang memberi nama pada makhluk lain, akan ada di bagian tubuh mereka hingga akhir hayat anda. Dan mereka akan menjadi keturunan dari anda.]

[Lapor. Intinya, saat anda memberi subyek tersebut nama. Maka subyek akan berevolusi menjadi sosok yang tak pernah di tulis dalam rekaman sejarah dunia.]

Klop. Suara Skill meredup. Dan Cain mencoba memberi gambaran atas apa yang dikatakan Skill padanya, dengan memajamkan matanya.

Begitu. Bukankah itu gila? Menciptakan keturunan dengan memberi nama.

Bayangan Cain terpecah. Gadis ini angkat bicara. "Tidak perlu Tuan... Dengan Tuan yang membawaku saja itu sudah lebih dari cukup... Jika anda memberikan nama maka, itu bisa membebani anda. "

Gadis ini murung, ia seolah tahu bahwa memang memberi nama bukanlah hal yang mustahil bagi Cain. Tapi, Cain sudah dianggap sebagai penyelamat hidupnya dan juga pahlawan. Namun bukankah gadis ini akan merasa senang dengan diberi nama, maka itu yang akan di sebut sebagai 'Keserakahan'. Gadis ini pun tersenyum di akhir kalimatnya, seolah berkata tidak apa-apa pada semua ini.

Cain mengerti akan perasaan itu, gadis ini tidak sama sepertinya dalam hal emosi. Gadis ini hanya sudah bersyukur dan mendapat lebih dari cukup dengan berjalan bersamanya. Cain memutuskan untuk tidak memaksakan keingintahuannya pada gadis ini dan menerima keputusannya.

Cain menepuk kepala gadis ini. "Aku mengerti, jangan khawatir. " seorang gadis yang mempertahankan harga dirinya agar bisa tetap bertahan hidup dengan kekuatannya sendiri, orang sepertinya tidak akan mudah digulingkan emosinya.

Gadis ini merona, ia senang Cain memperlakukannya dengan lembut kali ini. Itu, sungguh lebih dari cukup baginya.

Tak terasa 10 hari telah berlalu, dalam perjalanan panjang tak hanya berpetualang, Cain juga harus terpaksa bergelut dengan monster-monster yang mencegatnya di setiap jalannya. Harus melindungi dirinya sendiri dan gadis ini, memaksa batas kekuatannya dan terus berjuang untuk hidup di tempat asing dan keras. Perjalanan Cain, masih terus berlanjut.

Saat menanjak di perbukitan yang tinggi dan memandang di sisi jurang yang curam. Disana Cain melihat ada sebuah kota besar yang di kelilingi dinding tebal, tapi, hanya saja itu adalah kota para manusia tinggal.

Cain dan gadis ini menuruni bukit yang curam. Sebelum sampai di depan gerbang dinding kota itu, dari awal hingga akhir gadis ini murung dan memasang wajah cemas. Cain pun bingung ada apa dengannya?

"K-Kota itu adalah Kota manusia. Disana dipimpin oleh Gubernur Bangsawan yang terkenal serakah dan suka bermain perempuan... " gadis ini menggenggam kedua tangannya di dada dan keadaanya semakin buruk. Ia gemetar dan melanjutkan ucapannya.

"Dan lebih parahnya, disana perdagangan manusia dan budak 'Half' seperti ku secara ilegal dilakukan olehnya. Aku pernah melihat anak-anak 'Half' dimasukan dalam kurungan penjara keluar-masuk dari gerbang itu!! "

Perdagangan budak?!

Cain syok, tak tahu bahwa ada hal seperti itu di dunia ini. Sekali lagi, Cain mulai memutuskan bahwa memang dunia ini gila.

Walau dari awal sudah tahu akan kebusukan dunia ini, semua yang mereka lakukan adalah hal yang sangat hina dan tidak manusiawa. Cain menggertakkan giginya dengan kuat.

Dan disini Cain punya ide gila dalam kepalanya saat ini. Itu akan memperlancar semuanya saat Cain ingin masuk ke dalam Kota.

[Lapor. Skill <<Set>> menciptakan 'Rantai budak'.]

? Bagaimana bisa?

Cain terkejut akan suara Skill yang tiba-tiba muncul dalam kepalanya dan lebih mengejutkan lagi, Skill seolah telah membaca pikiran Cain disana dan langsung melakukan tugas tanpa di suruh.

Lebih cepat, lebih baik.

Dalam Sub-Space keluar rantai dengan belenggu tangan dan kalung besi. Dengan cepat Cain langsung memasangkan itu pada gadis ini.

Gadis ini terkejut akan apa yang dilakukan Cain? Lebih parahnya kenapa kalung dan rantai budak terikat padanya?

Cain menutup bibirnya dengan jari telunjuk, menyeringai suram pada gadis yang cemas dan takut akan apa yang ingin dilakukan padanya. "Rencana dimulai! "

"Eh? Eh... " Gadis ini berfirasat buruk, sesuatu yang tak terduga akan terjadi padanya saat ini juga.

I'am The Irregular Villain Of Soul Eater [HIATUS]Where stories live. Discover now