PROLOG

3 3 0
                                    

 

Perempuan itu berjalan menyusuri koridor sekolah, tatapannya kosong seakan dia berjalan tanpa arah, rasa hampa itu benar benar memenuhi perasaannya. Namun, langkah gadis itu terhenti setelah melihat kerumunan di kantin, terdengar riuh suara siswa siswi yang sedang menyaksikan berita di televisi.

"Bukannya itu bokap lo ya Nay? " Ucap salah seorang siswi yang berpapasan dengan Naya.
Sontak mata gadis itu tertuju pada televisi, meneliti apakah benar itu ayahnya. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, benar saja, lelaki paruh baya itu tengah diwawancarai oleh beberapa wartawan di dalam televisi. Air mata itu mulai turun membasahi pipinya, rasanya baru kemarin ia kehilangan kakaknya, rasanya baru kemarin ia melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat, dan kini ia harus menyaksikan kenyataan pahit ini.

" Kenapa Tuhan? " Ucapnya lirih, butiran kristal bening mulai membasahi pipinya.

"Tajir sii, hasil korupsi ga tuh? Canda korupsi " Cibir yurika,

" Ups! Maaf Nay gua keceplosan "

" Jangan jangann, uang yang dijadiin dana sekolah kita uang hasil korupsi dong" sahut cheryn. Mengingat ayah Naya adalah donatur yang berkontribusi cukup besar pada sekolah itu.

Naya menutup telinganya, batinnya sakit mendengar sindiran siswa siswa julid itu, rasa lelah mulai menguasai diri nya.

" Udah, bisa diem ga, julid amat kayak lambe turah lo, bullshit tau ga" Ucap Amira dengan nada tinggi menatap sengit tiap siswa itu. 

Naya berlari menjauhi area kantin, ia benar benar tak bisa menahan tangisannya. Amira mengikuti langkah gadis itu,

"Nay, tunggu" Panggilnya.

Tetapi terhenti setelah melihat sosok lelaki yang berdiri di hadapan Naya.

" Mau apa lagi lo? "

" Maafin gua nay" Lelaki itu menghela nafas penuh rasa bersalah.

" Puas lo? Buat apa minta maaf? Harusnya lo minta makasi Vin, karena berkat kebodohan gua yang percaya semua kebohongan lo itu, sekarang bokap gua jadi masuk penjara" Wajah Naya memerah, jujur ia sangat kecewa.

" Gua tau ini sulit buat lo, tapi tentang bokap lo, gua ga pernah berniat gitu Nay, dengerin penjelasan gua Naya" Ucap Vincent memegang kedua pundak Naya, berusaha meyakinkannya

" Lantas? Mau jelasin apa lagi lo? Lo pikir gua bakal percaya? "
Tatapnya sinis sambil menyingkirkan kedua tangan itu.

" Gue cuman.. "

"Cukup, gua ga butuh penjelasan lo" Ucap Naya mengacungkan tangannya di depan wajah Vincent. Ia tak mau mendengar lebih banyak lagi kebohongan dari lelaki itu.

"Gua ga pernah nyangka, lo bakal sebusuk itu untuk bantuin misi dendam bokap lo, bravo! Selamat ya,gua harap keluarga lo bisa party besar besaran buat ngerayain ini" Naya tersenyum kecut dan berlalu meninggalkan Vincent.

Amira yang sedari tadi menyaksikan perdebatan itu hanya terdiam. Sejak pertengkaran hebat antara Naya dan Vincent beberapa hari yang lalu, entah kenapa ia merasa ada yang salah dengan Vincent. Mau atau tidak, ia harus menyusul Naya, takut gadis itu bertindak gegabah, apalagi melukai dirinya sendiri.

   
                               ****

Rooftop sekolah.

" Gua tau lo pasti bakal kesini Nay" Ucap Amira lalu duduk disamping Naya. Rooftop sekolah adalah tempat favorit Naya untuk menyendiri. Tidak tahu sejak kapan ia mulai memiliki kebiasaan itu.

Naya hanya diam, sepertinya dia masih enggan bersuara.

"Kenapa mir? Kenapa ini semua harus terjadi ke gua? " Tangisnya.

" Gua cape" Air mata itu mengalir semakin deras.

" Karena tuhan tau kalau lo itu kuat Nay, dan dia cuman pengen lo belajar lebih kuat lagi, ini berat buat lo, tapi Tuhan ga bakal pernah ninggalin lo  sendirian Nay, yakini itu" Ucap amira meyakinkan Naya

"Sampai kapan? Sampai semuanya benar benar diambil dari gua? "

" Gua cuma pengen tenang mir, tanpa harus khawatir bakal kehilangan  orang orang yang gua sayang, apa itu terlalu sulit? "

"Sabar ya, gua bakal selalu disini buat lo, gua percaya bokap lo ga bersalah,lo boleh cape,boleh nangis sampai lo puas, but lo harus tetap kuat, setidaknya untuk buktiin ke mereka, kalau lo ga selemah itu untuk nyerah, so dont be sad okey"

" Makasih udah selalu percaya gua, gua ga bakal bisa tegar gini kalo itu ga karena lo, thanks mir" Ucap gadis itu sambil memeluk tubuh amira. Tangis nya kembali pecah.

"Always Naya, kuat ya" Balas nya.

"Dan lo ga bakal sendiri Nay, kita bakal sama sama buat perbaiki semuanya"

"Ah, sok dramatis lo" Cibir Naya, kedua gadis itu pun tertawa.

Plakk! Tangan itu mendarat tepat dipundak Naya,

" Ishh, sakit tau, dipuji malah ngelunjak" Ucap Naya kesal.

" Balas aja kalau lo bisa"  Amira tertawa puas sambil berlari menjauhi Naya.

Kedua gadis itu pun beralih meninggalkan rooftop.

Dikejauhan terlihat sesosok lelaki yang tengah mengawasi Naya.

"Kali ini, saya pastikan Puteri Anda tidak akan selamat,karena darah harus dibayar darah" Ucap lelaki itu mengepalkan tangannya.

Entah sejak kapan ia berdiri di bawah sana, memerhatikan dua gadis yang tengah berlari meninggalkan rooftop tersebut.

DORRR!

Tembakan timah panas itu melesatt ingin menembus tubuh Naya, siall, sepertinya tembakan itu tidak tepat sasaran.

" Nayy, lo gapapa kan" Ucap Vincent memastikan.

Naya masih terdiam ditempatnya, tak menyangka jika baru saja hal itu terjadi.

"Darah" Ucapnya sambil menatap manik hitam milik lelaki di depannya.

Eyyowww!
Gimana vren?
Kalian pada kepo ga nih sama ceritanya??
Kira kira bokap Naya beneran korupsi ga ya?
Lantas, siapa sosok lelaki itu?
Pantengin terus yaa vrenn
Sekian cuap cuap singkat saya.
Enjoy ya!

K A N A Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang