"Iya Sal. Tunggu di depan. Aku minta izin dulu," kata Nayara. Bersamaan dengan itu mata Nayara berhenti beredar saat melihat Bu Yuni memasuki dapur. Segera saja Nayara menghampirinya.

"Bu saya mau izin keluar," kata Nayara.

Bu Yuni mengerutkan keningnya. "Keluar kemana?"

"Barusan saya dikabari orang rumah. Anak saya nggak ada di sekolahnya waktu tantenya mau jemput. Saya mau cari anak saya," kata Nayara menahan rasa panik.

Saat itu terlihat mata Bu Yuni sedikit melebar. "Astagfirullah. Iya Nay, silahkan. Kamu boleh izin," ucap Bu Yuni.

"Terimakasih Bu, terimakasih banyak." Nayara menyatukan kedua telapak tangannya sambil beberapa kali merunduk saat itu. Merasa begitu berterimakasih kepada Bu Yuni yang sudah mengizinkan pergi.

"Sudah-sudah jangan begini. Cepat cari anak kamu ya, semoga cepat ketemu. Kalau sudah ketemu, kamu nggak usah ke sini lagi nanti. Besok baru kerja lagi ya," pesan Bu Yuni. Sekali lagi Nayara menunduk.

"Iya Bu, terimakasih sekali lagi. Saya pamit pergi. Assalamu'alaikum," ungkap Nayara.

"Waalaikumusalam."

Setelah jawaban dari Bu Yuni itu. Nayara segera pergi dari dapur. Namun karena rasa cemas yang ia rasakan. Nayara tidak fokus dan hampir menabrak seseorang di koridor. Nayara cepat-cepat menunduk saat menyadari orang yang hampir ia tabrak adalah seorang lelaki berjas rapi. Sudah dipastikan dari pakaiannya orang itu seorang petinggi di kantor ini.

"Maaf Pak. Saya tidak sengaja," ucap Nayara. Terselip sedikit getaran dari cara bicaranya. Bukan karena Nayara takut pada orang di depannya. Tapi karena rasa cemasnya terhadap Aira yang semakin pekat di hatinya.

"Tidak apa-apa. Lain kali hati-hati." Suara berat dengan aksen sedikit datar itu keluar dari mulut pria di depan Nayara. Membuat Nayara terdiam untuk beberapa saat.

"Iya Pak. Maaf sekali lagi. Saya Permisi. Assalamu'alaikum." Tanpa mengangkat pandangan matanya Nayara menyatukan tangannya di depan.

Lelaki itu mengangguk. "Waalaikumusalam," balasnya.

Usai mendengar jawaban, barulah Nayara pergi dengan sopan. Meninggalkan lelaki itu bersama satu orang lelaki lain di belakangnya.

"Dia pegawai baru? Baru sekarang saya melihat ada pegawai yang memakai jilbab dengan benar di sini." tanya lelaki yang hampir ditabrak Nayara kepada seseorang di belakangnya.

"Sepertinya iya. Saya baru lihat wajahnya juga di kantor," balas lelaki itu.

"Gadhul bashar Asad! Kenapa kamu tatap wajahnya?" protes lelaki itu sedikit tak senang. Sedangkan lelaki yang di panggil Asad itu menelan ludahnya susah payah. Ia sangat tahu bagaimana perangaian dari atasan ini yang begitu mengutamakan soal aturan agama.

"Maaf Pak. Saya tidak sengaja melihatnya sebentar tadi," ucap Asad yang memang kenyataannya seperti itu. Ia tidak sengaja melihat wajah perempuan yang baru saja hampir bertabrakan dengan atasannya.

"Kamu tahu sendiri sebesar apa hawa nafsu itu, Asad. Hanya dari sebuah tatapan, bisa saja hawa nafsu membawamu pada suatu hal yang dibenci Allah. Ingat apa yang diperintahkan Allah pada surah An-Nur ayat 30.

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ

Lantunan Surah Asy-SyamsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin