👻MDS 32 || Satu Rahasia

Start from the beginning
                                    

Ah! Jika mengingat-ingat masa kecilnya dulu, Sheina jadi rindu pada ayahnya. Sebelum berganti profesi menjadi dukun, mereka hidup tentram.

"LO BISA MAIN GA SIH? ITU ADA MUSUH WOI!"

"BISA LAH ANJIR!"

"YAUDAH GERAK, BEG*O!"

"SABAR G*BL*K!"

Serangkaian umpatan tadi keluar dari mulut kedua pria yang asyik bermain game online di sofa. Kedua pria yang 6 jam lalu berselisih sampai tercipta luka berwarna ungu kebiruan akibat salah satu dari mereka menonjok ke rahang lawan, kini tampak akur seperti tak terjadi apa-apa.

Memang bermain game tidak lengkap rasanya kalau tidak mengeluarkan kata-kata toxic.

Sheina membuka pintu kamar sedikit untuk melihat Rey dan Ryan sedang melakukan apa.

"Pantesan akur," gumamnya tak habis pikir. Setelahnya Sheina langsung menutup pintu rapat-rapat.

Mungkin prinsip kedua cowok itu adalah 'boleh bertengkar, tapi kalau urusan game bisa dibicarakan'.

"Bang, gue mau nanya," ucap Ryan memanggil Rey dengan sebutan 'bang'. Rey pun tak masalah dipanggil begitu dalam kondisi sekarang, tidak tahu kalau nanti.

"Hm." Rey berdeham, masih fokus menatap layar ponsel.

"Emang Sheina punya penyakit apa?"

"Mirror Touch Synesthesia."

"Hah? Apaan tuh?"

"Search di Google."

"Ga ada kuota."

Rey melirik tajam, "ITU LO MAIN GAME ONLINE BISA! BERARTI PUNYA KUOTA DONG? EMOSI GUE DEKET-DEKET SAMA LO!"

"Santai, Bang," balas Ryan diiringi kekehan.

Mereka kembali fokus pada ponsel masing-masing, menjadikan suasana senyap tanpa suara.

"Bang, gue mau nanya lagi." Ryan buka suara untuk kesekian kali.

"Paan?"

"Sheina beneran indigo? Soalnya sebelum ada kecelakaan, dia sempet ngobrol sama orang, tapi gue ga ngeliat siapa-siapa."

"Iya, dari umur 4 tahun."

"Oh iya, kalo ga salah juga dia sebut nama lo, ga tau apa yang diobrolin."

Rey meletakkan handphone tiba-tiba, tertarik pada topik pembicaraan.

"Dimana lokasinya?"

"Taman di komplek perumahan Nusa Jaya."

Rey membisu. Pikirannya mengacu ke seseorang yang amat ia kenal. Jangan-jangan memang benar gadis kecil itu? Tapi untuk apa dia hadir lagi? Di tempat terbuka pula.

"BANG, KITA KALAH ANJ*ING! GARA-GARA LO!" jerit Ryan dengan nyaring, melebihi suara emak-emak ketika mengomeli anaknya.

Seketika Rey tersadar. "KOK GUE? EMANG LO NYA AJA BELOM PRO!"

"YA KAN TADI LO BENGONG MULU!"

"Yi kin tidi li binging mili," ejek Rey tak mempedulikan seberapa kesalnya Ryan.

Saat mereka bertengkar tak lihat waktu, Sheina di kamar jadi tersiksa mendengar suara berisik yang berasal dari mulut kedua cowok itu. Pasalnya, sebentar lagi azan Maghrib akan berkumandang sedangkan mereka masih bertikai?

"BERISIK! SONO, MENDING KE MASJID LO BERDUA!" usir Sheina seraya melempar semua bantal yang berada di kamar.










©MEREKA DI SINI



Maafin Rey sama Ryan, mereka emang ngomongnya agak anu😌

Sengaja ending di part ini ga ngegantung kek part lainnya. Kasian, masa Sheina ga ada istirahatnya:v

Yaudah, itu aja. Bye.

Note: Mirror-touch synesthesia membuat seseorang memiliki kemampuan untuk melihat apa yang dilihat oleh orang lain; merasakan apa dirasakan yang orang lain.

Sebenernya Mirror-touch synesthesia itu bukan penyakit, tapi ya karena tokoh-tokoh di dalam cerita ini ga tau, yaudah maklumin.

Minggu, 23 Januari 2022. 08:07

1321 words.

MEREKA DI SINI [TAMAT]Where stories live. Discover now