"Jangan pergi kemanapun, Sakura."

"Tapi aku-"

"Jangan memulai perdebatan, nona. Diam di ruangan ini atau kuikat kau sekarang juga."

Sakura memandang sebal pemuda Kazekage tersebut. Matanya melotot lucu, siap untuk menyemburkan untaian kalimat guna mengekspresikan amarahnya. Namun belum sempat ia buka suara, suara ketukan pintu membuat keduanya tersentak. Gaara langsung menjauhkan tubuhnya dari Sakura sebelum pintu ruang rawat inap ini dibuka. "Selamat sore," sapa seseorang dari balik pintu.

"Oh? Hiroomi!"

Wajah Sakura mendadak cerah sementara Gaara tak segan menatap sosok itu dengan tatapan tajam. Ah, dia lagi, batin pemuda itu.

"Bagaimana keadaanmu, Sakura?"

"Aku baik. Oh iya, kenapa kau belum kembali ke Kirigakure?"

Hiroomi melirik Gaara yang kini berada di sampingnya. Pemuda itu tersenyum tipis lalu berkata, "Kazekage-sama memberi tugas tambahan untukku. Katanya putra salah seorang petinggi Desa Suna terserang racun, jadi aku membuat penawar untuknya."

"Kau melakukannya? Sungguh?"

"Hahaha, begitulah. Ini merupakan suatu kehormatan untukku."

Sakura menatap Hiroomi tak percaya. Tidak, bukannya ia meragukan kemampuan pemuda itu- justru Sakura paham betul jika Hiroomi memang ahli di bidang penawar racun seperti ini. Namun yang membuatnya terkejut adalah perintah itu datang secara langsung oleh Gaara. Apa ini? Apakah pemuda itu telah berhasil menyingkirkan rasa cemburunya sehingga mau bertatap muka dengan Hiroomi?

"Begitu, ya?"

"Benar. Ditambah lagi, Kazekage-sama bilang kau tidak sadarkan diri setelah melakukan operasi. Kurasa kekasihmu ini khawatir padamu."

Gaara melirik sinis pemuda di sampingnya, merutuki Hiroomi yang terlalu banyak bicara. Pemuda bersurai merah itu bangkit dari duduknya, bersiap untuk pergi meninggalkan mereka. Namun belum sempat Gaara melangkah walau hanya satu langkah, suara Hiroomi menginterupsi, "Anda mau kemana, Kazekage-sama?"

Gaara memandang Hiroomi dengan tatapan datar khas dirinya lalu menjawab, "Kurasa kalian butuh waktu untuk mengobrol."

Sadar akan gelagat si Kazekage itu membuat Hiroomi terkekeh canggung. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya, diam-diam menggerutu bahwa Gaara terlihat kekanakan jika melihat dirinya.

"Kurasa itu tidak perlu, Kazekage-sama. Saya harus pergi sekarang. Saya tidak bisa membuat Mizukage-sama menunggu lebih lama," ujarnya dengan jujur. Kebetulan ia baru mendapat kabar jika rumah sakit militer Kirigakure sedang ada masalah dan selaku kepala rumah sakit tersebut, keberadaan Hiroomi sangat dibutuhkan secepatnya.

"Aa, hati-hati di jalan. Sampaikan salamku kepada Mizukage."

Hiroomi mengangguk, mengiyakan perkataan pemuda itu lalu membungkukkan badan. Setelahnya ia menatap Sakura kemudian tersenyum tipis pada gadis musim semi itu.

"Aku kembali duluan, Sakura. Jika ada pesta pernikahan, jangan lupa undang aku, ya," ujar pemuda itu dengan enteng seraya mengedipkan sebelah matanya, lagi dan lagi menggoda Sakura.

"Mou, cepat pergi sana! Kau membuatku semakin sakit karena tingkah menyebalkanmu itu."

Hiroomi kembali terkekeh. Ia segera mengenyahkan dirinya setelah pamit secara resmi kepada Gaara, meninggalkan pasangan muda-mudi yang sebenarnya masih bersitegang itu.

***

"Satu suap lagi."

"Aku kenyang."

"Satu lagi, Sakura."

Cicatrize ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora